"Langsung saja karena aku tak punya banyak waktu dan kita tidak perlu berkenalan. Oke, buat aku hamil dan ini uang untukmu!." Sombongnya menyodorkan sejumlah uang yang cukup banyak.
"Kau membeliku?."
"Samuel Dirgawijaya, kau datang ku pastikan kau menerima tawaran ini." Ucap Naura membalas tatapan mata biru Sam.
Harap bijak memilih bacaan!
Dilarang nge-hate karena ini hanya cerita fiksi ya.. Untuk segala kekurangan dalam penulisan harap dimaklumi karena author masih pemula dan masih dalam tahap proses pembelajaran.
Simak kisah selengkapnya.>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
"Ha!!!???." Pekik Naura.
Novan sendiri terkejut dengan reaksi adiknya yang tak diduga itu. "Biasa aja Nau kenapa kau tampak begitu kaget? tunggu, itu bukan sekedar wajah kaget saja kau tampak panik." Ucap Novan sedikit mengolok-olok Naura.
Sadar dengan reaksi wajahnya yang hampir membuat Novan curiga, Naura langsung ketawa cekikikan seolah yang barusan bukan apa-apa. "Gak ada kak aku terkejut saja, kau langsung melibatkan ku dalam proyek itu tanpa memberi tahu dulu siapa saja yang terlibat di dalamnya."
"Biasanya juga kau tak peduli rekan kerja siapa, kenapa saat Sam disebut raut wajahmu berubah?." Tanya Novan sambil meneguk minuman yang dipegangnya. "Kakak tahu kamu bagaimana, apa ada sesuatu? apa jangan-jangan kamu naksir lagi sama suami orang." Novan sengaja menggoda Naura.
Naura melotot tak terima, jika di sini Naura kakaknya dan Novan sebagai adiknya, mungkin pria tinggi di hadapannya itu sudah Naura tenggelamkan di kolam renang. "Seperti tidak ada pria lain saja kenapa harus Samuel!." Balas Naura.
"Benar juga."
Namun Naura merasa tertampar dengan ucapannya barusan. "Kak bukankah Sam memiliki asisten pribadi yang selalu menjalankan proyek di tempat lain, kenapa dia setuju turun langsung?."
"Mungkin karena aku yang membuat proyek ini dan katanya juga ia ingin menghirup angin segar di Singapura." Jawab Novan.
Naura tak langsung menjawab ia hanya manggut-manggut saja. "Aku akan menarik kata-kataku, oke aku setuju ikut andil kelangsungan proyek tapi tidak mau jika harus berangkat bareng Sam."
"Why?." Novan menatap tajam adiknya. "Jika kau tak mau dengan sahabatku berangkatlah bersama para petinggi yang sudah berumur dan buncit."
Naura spontan menggelengkan kepala berkali-kali tanda menolak.
"Tidak ada bantahan Naura kau harus ikut andil!."
"Iya, tapi aku tak mau jika berangkat dengan para petinggi perut buncit itu mau pun bareng Sam sendiri." Kukuh Naura. "Bareng kakak saja."
"Besok aku pulang ke Singapura dan kau tak mungkin ikut bagaimana dengan meeting mu yang akan berlangsung di perusahaan." Timpal Novan. "Sudah cukup jangan banyak bicara, jika kau tak mau bersama para petinggi maka berangkatlah bersama Sam sekaligus mulailah berteman dengannya."
Belum juga Naura berucap.
"Masuk ke dalam dan tidurlah!." Suruh Novan yang ia sendiri memasuki rumah untuk istirahat.
Naura menggigit bibir bawahnya karena kesal, ia pun masuk menyusul Novan.
Sesampainya di kamar Naura menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. "Apa sekalian saja kita melakukannya di sana?."
Pertanyaan yang keluar dari mulutnya membuat Naura guling-guling tak karuan akan malu dengan keberaniannya sendiri, sebenarnya ia tak masalah jika kerjasama dengan Sam namun karena ingat kesepakatan diantara mereka ia ingin cepat-cepat menyelesaikannya dan berakhir tinggal menunggu hasil.
Naura merubah posisi menjadi duduk ia merogoh handphonenya untuk menghubungi seseorang, ya ia berniat menghubungi Samuel.
.
Sam yang sedang mengacak-acak rambutnya dengan handuk tampak ia habis mandi, menghampiri handphone yang berdering di atas meja kerja. Melihat nama si pemanggil Sam mengerutkan kening sekaligus tersenyum sekilas.
"Ya?."
"Kau tidak memberitahuku jika kita terlibat dalam proyek yang Novan buat." To the point Naura dari seberang.
"Kau akan tahu sendiri bukan?." Timpal Sam sambil berjalan ke arah balkon untuk menghirup angin segar.
"Oke lupakan." Naura tak mau bertanya lagi karena Sam memiliki sikap dingin yang cukup menyebalkan baginya. "Langsung saja aku menghubungimu karena ingin mengatakan jika kita akan melakukan kesepakatan itu di sana." Mulai Naura tanpa ragu.
Sam terdiam beberapa saat namun sudut bibir pria tampan itu terangkat ia tersenyum. "Kau memang seberani ini aku menantinya saat bersamamu di atas ranjang nanti."
Seketika pipi Naura merona. "Sial!." Batinnya mengumpat pada diri sendiri.
"Oke."
.
.
Tinggalkan jejaknya ya sebagai dukungan buat othor!🤗
buah jatuh sepohon pohonnya
/Tongue//Tongue//Tongue/
tinggal papa Wiguna yang bum tau
bar-bar akan keinginannya
gue yakin kalian jodoh
jadi semulus apapun karirmu jangan lupa keharmonisan kelurgamu.