Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19 Rencana Kakek Agung
Bonus wajah tokohnya, biar terasa lebih nyata ketika membacanya. Semoga suka ya sama pilihan othor 🤗☺️
Mayang Rembulan
Danu Rangga Baragajasa
Tama Baragajasa
Imah
Beni
Tisa Baragajasa
Kakek Agung Baragajasa
Tuan Bagas
Viona
∆∆∆∆∆
Berlahan Danu melerai pelukan Tisa, dan membawanya duduk di pinggir ranjangnya. Semua itu tak lepas dari tatapan Mayang yang terlihat tidak suka dengan adegan yang dilihatnya.
'' Kakak ga apa-apa, sudah jangan nangis lagi. Nanti makeupnya luntur jadi makin terlihat kayak mak lampir.'' Bujuk Danu sedikit melucu agar Tisa bisa tenang. Tidak dipungkiri kenapa Tisa begitu sesedih itu, karena dia lebih dekat dengan Danu daripada dengan kakak kandungnya Tama. Itu dikarenakan Tama lebih kaku dan pendiam, tapi kasih sayang Tama pada Tisa sama besarnya dengan Danu. Selain itu Danu juga lebih sering mengajak Tisa main atau hanya sekedar bercerita.
''Is..enak aja Mak Lampir, kalo Mak Lampirnya cantik kayak gini bukannya takut malah dipeluk lagi hihihi...'' Jawab Tisa cekikikan.
'' Gimana kondisimu? Apa makin lebih baik?'' Tanya Tama dengan wajah cuek tapi peduli kepada Danu.
'' Yah begini lah, tapi aku malah bersyukur bisa masuk rumah sakit.'' Jawab Danu dengan senyum sambil melirik Mayang yang tengah berdiri di ujung tempat tidurnya.
'' Kok malah besyukur sih kak? Ini tu bukan luka tertusuk jarum, tapi ditusuk pisau. Ih Kakak ada-ada aja.'' Ujar Tisa.
'' Ya karena luka itulah orang yang paling aku cinta kembali lagi padaku.'' Jawab Danu menatap damba ke arah Mayang.
Tama dan Tisa sangat kaget dan mentap Danu untuk menjelaskan maksud kalimatnya itu.
'' Dia adalah Mayang, istriku. Wanita yang telah resmi menjadi istri Danu Rangga Baragajasa. Kami menikah waktu Kakak menghilang saat kecelakaan yang menimpa Kakak. Kemarilah sayang, kenalkan ini Tisa Adek Mas dan dia tentu kamu sudah mengenalnya sayang, Tama sepupu Mas. Dan kalian lihatlah ini, yang ada didalam sini adalah Danu Junior'' Danu menarik pelan pinggang Mayang dan mengelus-elus perut istrinya itu.
Danu mulai menceritakan semua kisahnya hingga Dia kembali bertemu dan bersatu lagi dengan Mayang istri yang sangat dirindukannya. Kecuali tentang kecurigaannya tentang penyebab kecelakaan mobilnya itu.
'' Kakak Ipar, Tisa senang sekali bisa punya Kakak ipar bahkan ditambah bonus calon ponakan. Wah ga sabar nungguin Danu juniornya lahir, pasti lucu hihihi...'' Tisa cekikikan lagi.
'' Tidak disangka ya May, ternyata kamu Kakak iparku. Untung saja belum aku jadikan istri.'' Ucap Tama dan berhasil membuat Danu menatap tajam ke arah Tama.
Beruntung Dokter dan seorang suster datang, kalau tidak mungkin sudah terjadi baku hantam di dalam kamar rawat Danu.
'' Mah, sepertinya aku ga pulang dulu. Kamu bilangin Mamang ya, ceritain aja apa adanya. Tapi bener kamu ga apa pulang sendiri? ini sudah tengah malam loh.'' Ujar Mayang saat mengantar Imah ke depan lobi rumah sakit.
'' iya ga apa kok, Maaf ya aku ga bisa temenin kamu May. Kasian Bapakku sendirian dirumah. Oh ya nanti kamu chat aku aja apa yang mau aku bawain besok ke sini.''
'' Iya, makasih ya Mah.''
'' Sama-sama, kamu baik-baik ya jangan kecapean.''
Setelah Imah pamit pada Mayang, Mayang langsung masuk menuju kamar rawat suaminya karena Tama dan Tisa telah lebih dulu pamit pulang dari Imah.
'' Wah ngeri juga rasanya dijalan tengah malam gini, ya Allah lindungilah hambamu dari segala mara bahaya dan malapetaka amiin.'' Ucapa Imah sambil menengadahkan kedua tangannya dan kemudian mengusapkan kewajahnya.
Hal itu sontak membuat seorang pria tersenyum melihat tingkah Imah yang menurutnya sangat lucu. Pria itu sedang menatap Imah dari dalam mobilnya yang terparkir tidak jauh dari motor Imah. Dia adalah Tama, entah kenapa dia meresa tidak tenang saat tau Imah akan pulang sendiri. Kalau untuk mengantar Imah, gengsi Tama sangat besar. Jadilah dia menunggu Imah dan mengikuti motor Imah sampai Imah tiba di kontrakannya.
Setelah melihat Imah sudah masuk rumahnya, barulah Tama melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah utama.
( Di Rumah Utama )
Disebuah ruangan yang cukup luas, tepatnya di ruang kerja Tuan Agung terlihat dua orang sedang berdiskusi serius. Mereka terlihat sibuk dengan memandangi laptop yang sedang menyala. Mereka adalah Tuan Agung dan asisten pribadinya Rudi yang umurnya juga tidak muda lagi, hanya berbeda 10 tahun dari Tuan Agung yang sudah menginjak umur 70 tahun.
'' Bagaiman Rudi, apakah semua bukti ini cukup untuk memenjarakannya?'' Ujar Tuan Agung.
'' Maaf Tuan, menurut saya belum cukup Tuan. Kita butuh bukti yang lebih dalam lagi, karena barang bukti yang sangat berharga telah lenyap bersama meningggalnya Nona Viona. Jika ponsel Tuan Danu masih ada, maka akan mudah bagi kita untuk menjeratnya.'' Ulas Rudi dengan penuh hormat.
'' Saya tidak tau bagaimana reaksi Tisa kalau sampai Papanya masuk penjara. Tapi kejahatan Bagas sudah tidak bisa saya tahan lagi. Sudah cukup dia buat cucu saya jadi yatim piatu, tidak untuk calon cicit saya yang hampir menjadi anak yatim. Seharusnya dari dulu saya bertindak tegas, entah mengapa setiap melihat Bagas saya selalu teringat dengan Andi.'' Tuan Agung nampak menghela nafasnya berat.
'' Baiklah Rudi, apa langkah kita selanjutnya?''
'' Saya sudah menempatkan orang-orang saya di bagian divisi keuangan, dan juga orang-orang yang akan selalu mengikuti kemanapun Tuan Bagas akan pergi. Tapi mungkin tidak terlalu dekat, karena Tuan Bagas selalu dijaga ketat oleh beberapa bodyguard yang sangat handal.'' Rudi menjelaskan dengan detail kepada Tuang Agung yang tengah berdiri memandang jauh keluar jendela.
'' Baiklah, ingat berhati-hatilah. Jangan sampai lengah, mereka tidak akan segan untuk mengahabisi semua yang mengahalangi jalannya.'' Ujar Tuan Agung. Rudi menjawab dengan anggukan kepala.
'' Bagaimana dengan rapat divisi senin ini? Apakah ada kendala?'' Tanya Tuan Agung.
'' Semua berjalan sesuai rencana Tuan, tapi kalau Tuan Danu tidak hadir, maka proyek itu akan langsung dimenangkan oleh Tuan Tama.'' Jawab Rudi.
'' Biarkan semua berjalan dengan semestinya, kamu awasi saja agar tidak terjadi masalah.''
'' Baik Tuan.'' Ucap Rudi dengan membungkukan badannya.
Tepat saat Tama akan menaiki tangga rumah, Rudi dan Tuan Agung keluar dari ruang kerja Tuan Agung.
'' Kakek, kenapa Kakek belum istitarahat? Ini sudah larut sekali.'' Ujar Tama berjalan mendekati Kakeknya.
'' Kakek tadi ada sedikit pekerjaan, o ya Tama bagaimana kondisi Danu?'' Tanya Kakek Agung.
'' Dia sudah sangat baik Kek, apalagi ada Mayang yang menemani. Pasti sangat betah Dia di sana.'' Jawab Tama.
'' Hahaha...ya sudah lah kalau begitu, ayo kita sekarang istirahat.'' Kata Kakek Agung.
Mata Danu sudah tidak bisa kembali terpejam saat dia tiba-tiba terbangun. Hatinya sangat bahagia melihat Mayang yang masih setia di sampingnya. Sungguh bahagia hati Danu, tidak pernah terbayang baginya akan secepat ini bersatu kembali dengan Mayang. Wanita yang sudah hampir membuatnya gila, wanita yang telah mampu menggeser Viona dari hatinya.
Sekarang banyak hal yang sudah terpikirkan olehnya, apa saja dan bagaimana dia dan Mayang menjalani hari-hari bahagia mereka setelah ini nantinya. Yang pasti untuk membahagiakan istri tercintanya. Apalagi adegan ranjangnya, Danu benar-benar sudah tidak tahan ingin segera menerkam Mayang. Seketika gairahnya makin naik, dan tiang pancangnya sudah berdiri tegak.
'' *Aduh gawat nih, kenapa pake ikut bangun juga sih. Sabar...sabar..ntar kita babat habis. Tahan...huuuf...tahaan huuuf*.'' Danu menetralisir hawa panas yang datang begitu saja.
Melihat Mayang yang tidak nyaman dengan posisi tidurnya, Danu pun membangunkan Mayang.
'' Maylov...sayaaang, sayaaang.'' Ucap Danu dengan membelai lembut kepala Mayang yang tidur dengan posisi tangan dan kepala menempel di pinggir tempat tidur Danu.
'' Mm...ya Mas, apa Mas butuh sesuatu.'' Jawab Mayang yang setengah sadar.
'' Tidurlah di samping Mas, Mas tidak bisa tidur.''
'' Jangan sempit, nanti luka Mas kena gimana. Lagian May juga ga apa-apa kok.'' Tolak Mayang.
'' Jangan membantah, cepat naik kesini.'' Danu menarik tangan Mayang. Akhirnya Mayang pasrah, dia sangat ngantuk untuk terus berdebat dengan suaminya.
'' I love you sayang.'' Ucap Danu sambil terus mengecup kepala Mayang yang tidur lelap memeluk erat badannya dengan berbantal lengannya. Tentu bukan pada posisi pinggang Danu yang luka.
'' *Halo Bos, target hanya berdua dengan seorang wanita Bos. Sepertinya wanita itu tengah hamil*.'' Ujar seseorang orang dari balik sambungan telepon.
'' Pantau terus dan tunggu perintah dari saya.'' Kata seorang Pria yang tengah duduk bersandar pada kepala tempat tidur, dan dipahanya berbaring seorang wanita tanpa mengenakan busana.
'' Siapa wanita hamil itu? Apa mungkin...?'' Muncul seringai jahat dari wajahnya.