Kelanjutan dari cerita 'Dan Cinta itu Kamu'.
Jadi, sebelum baca yang ini, baca dulu cerita sebelumnya ya, 'Dan Cinta itu Kamu'.
Setelah empat tahun berusaha untuk melupakan perasaannya terhadap Khumaira, Yoongi kembali bertemu dengan seorang gadis berjilbab lagi. Pertemuan keduanya terjadi di rumah orangtua Yoongi.
Ternyata bukan hanya Yoongi yang menaruh hati pada Zeera. Jungkook yang saat itu tidak sengaja Bertemu dengan Zeera pun menaruh hati pada gadis tersebut.
Saat Yoongi dan Zeera mulai akrab, Tuhan kembali mempertemukan Yoongi dengan Khumaira dan juga Namira, anak dari Khumaira dan Rangga.
Ternyata Rangga sudah meninggal satu tahun yang lalu saat perjalanan dinas keluar kota. Saat itu usia Namira sudah tiga tahun.
Akankah cinta lama Yoongi kembali tumbuh?
Berhasilkah Jungkook mendapatkan cinta Zeera?
Lalu Husna dan Hobi, yah mereka juga saling jatuh cinta. namun tidak ada kendala
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amalia Shah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Penyesalan Yoongi
"Ambil darah saya juga dok!" Seru seseorang yang baru saja tiba.
Semua mata tertuju pada sumber suara. Yoongi datang bersama dengan Hobi dan Jungkook.
"Golongan darah saya juga O." Tambah Yoongi.
"Baiklah. Kalian berdua ikut bersama kami." Titah dokter pada Jin dan Yoongi.
Diantara ketujuh member BTS, memang hanya Jin dan Yoongi yang golongan darah nya O, sama dengan golongan darah Rangga.
Aku masih diam ditempat. Tatapanku kosong. Yoongi sekilas melirikku. Aku hanya diam menatapnya dengan perasaan tidak karuan. Antara marah dan benci.
Rangga dipindahkan ke ruang ICU. Jungkook memapahku, karena aku terlihat begitu lemah.
"Nuna, aku antar kau pulang ya." Jungkook menatap khawatir.
Aku menoleh, kemudian menggeleng.
"Setelah nuna berganti pakaian, nanti kita kesini lagi." Bujuk Jungkook.
"Iya nuna. Lihat pakaianmu, penuh dengan darah Rangga Hyung. Kami antar nuna pulang, setelah itu kita ke sini lagi." Tambah Taehyung.
Aku melihat jilbab dan pakaianku, sempat terdiam sejenak. Lalu aku mengangguk, mengiyakan ajakan Jungkook dan Taehyung.
"Kalian harus hati-hati. Di depan banyak wartawan." Namjoon mengingatkan.
"Baik Hyung."
Kami bertiga pergi, dan melewati jalan belakang untuk menuju ke mobil. Saat di parkiran, kami berpapasan dengan manager Sejin dan beberapa bodyguard. Jungkook memberitahu bahwa mereka akan mengantarku pulang.
"Hati-hati. Aku akan menemui yang lainnya."
"Baik Sejin-nim."
Jungkook sengaja tidak mempercepat laju kendaraannya. Dia dan Taehyung sesekali mengajakku bicara, agar suasana hati ku tidak terlalu 'tegang'. Namun aku hanya menimpali nya sesekali, karena aku lebih banyak diam. Lalu Taehyung menyalakan lagu Bollywood yang tersimpan di handphone nya. Lagu yang diputar ternyata membuat suasana hati ku semakin sedih. Beberapa kali aku menghapus air mata.
"Maaf nuna, kami tidak bermaksud membuatmu sedih dengan lagu ini. Kami hanya ingin menghiburmu saja." Taehyung menoleh ke bangku belakang. Ekspresi wajah dia terlihat sangat bersalah.
"Tidak apa. Aku mengerti." Aku tersenyum getir.
"Matikan saja Hyung." Pinta Jungkook. Taehyung menuruti.
Aku memejamkan mata. 'Entah, cinta itu masih ada atau nggak buat kamu, Yoon.' Batinku.
Sampai di kontrakan. Aku bergegas mandi, ganti pakaian, kemudian sholat. Karena aku ketinggalan sholat magrib, jadi sholat magrib nya aku jamak dengan sholat isya.
Setelah dari rumah kontrakan ku, kami bertiga pergi ke apartement BTS. Selain Jungkook dan Taehyung berganti pakaian, mereka juga membawa pakaian ganti untuk member lain.
Saat kembali ke ruang sakit, kami bertiga kembali bertemu dengan manager Sejin. Taehyung menawarkan sang manager untuk makan bersama sebelum pulang, namun di tolak karena dia harus segera bertemu dengan PD nim.
"Kalian makalah dulu. Aku sudah memesannya." Taehyung membagikan makanan dan minuman pada ke lima Hyung nya, dibantu oleh Jungkook.
"Ah paman, maaf kan aku karena tidak memesan makanan untuk kalian." Celetuk Jungkook pada para bodyguard.
"Tidak apa-apa tuan. Kami akan memesannya sendiri nanti." Ujar salah satu dari kelima bodyguard.
"Nuna, ini punyamu."
"Aku tidak lapar V." Tolak ku.
Semua member menatap ke arahku.
"Kau harus makan nuna." Bujuk Jungkook.
"Aku tidak berselera."
"Kalau Rangga Hyung sadar nanti, dia pasti akan marah karena nuna tidak mau makan."
Aku terdiam dengan ucapan Jungkook. Mataku kembali berair. Aku juga melihat kesedihan di mata Jungkook. Bayi nya army itu bahkan menitikkan air mata ketika melihatku kembali menangis.
"Aku suapi ya nuna." Sambung Jungkook. Aku mengangguk.
Jungkook menyodorkan sendok berisi makanan. Namun mulutku masih tertutup, terlihat bergetar.
"Nuna."
Aku menyeka ujung mataku. Lalu membuka mulutku, mengunyah dengan begitu pelan.
"Kau tidak makan Hyung?"
Ucapan Hobi menyadarkan Yoongi. Semua mata tertuju pada Yoongi. Pria itu menundukkan kepalanya. Aku yang biasanya peduli, saat itu kepedulianku terhadap Yoongi sudah hilang. Ku alihkan pandangan pada yang lain.
"Makanlah Yoon. Apa kau mau sakit eoh?"
"Tapi hyung..."
"Kami tahu. Tapi setidaknya, makanlah walaupun sedikit."
Jimin yang memang berhati lembut, dia menawarkan diri untuk menyuapi Yoongi. Pria itu tidak menolak kebaikan Jimin. Jimin hampir menangis saat menyuapi Yoongi. Dia tahu betul betapa hancurnya hati Yoongi dengan kejadian tersebut.
Selesai makan. Kelima member BTS berganti pakaian. Ada beberapa kamar pasien yang kosong, yang bisa mereka gunakan untuk beristirahat. Namun aku lebih memilih menunggu di depan ruang ICU. Duduk, sambil membaca Al-Qur'an yang ada di handphone. Ekor mataku menangkap Yoongi terduduk di sampingku. Namun aku mengacuhkannya dan meneruskan membaca Alquran.
"Aira." Suara Yoongi terdengar lirih.
Aku menghentikan aktivitasku.
"Pergilah. Aku tidak mau berbicara denganmu lagi." Aku membelakangi Yoongi.
Flashback off
"Saat itu, Rangga sempat dinyatakan meninggal. Aku beneran belum terima. Aku minta sama Allah buat balikin dia lagi. Aku sampai janji, kalau Rangga balik, aku bakalan bales perasaan dia." Bibir Khumaira bergetar. Zeera mendekat, merangkul Khumaira dan mengusap lembut punggungnya. Pun dengan Husna, dia genggam jemari Khumaira menatapnya sedih.
"Allah kabulin doa aku. Setelah Rangga sembuh total, kami kembali ke Indonesia dan menikah. Dan satu tahun yang lalu, Allah mengambil Rangga lagi buat selamanya." Khumaira tertunduk. Dia sudah tidak bisa menahan tangisnya lagi kalau mengingat tentang kepergian sang suami yang begitu cepat.
Flashback on
POV: author
Rangga meninggal karena kecelakaan lalu lintas saat dia beserta team nya akan melakukan perjalanan bisnis keluar kota. Di dalam mobil yang ditumpanginya ada sekitar lima orang. Saat kecelakaan tersebut, selain Rangga, ada dua rekannya lagi yang meninggal dunia.
Dunia Khumaira seakan runtuh karena harus kehilangan separuh jiwanya. Apalagi dia harus membesarkan Namira yang saat itu masih berusia tiga tahun lebih, sendirian. Setelah pemakaman Rangga, Khumaira lebih memilih berdiam diri di kamar. Dia lupa, bahwa dia punya Namira. Gadis kecil itu selalu menempel pada neneknya. Ziya-adik dari Khumaira inisiatif untuk menghubungi Jungkook. Dia tahu kalau Khumaira masih berhubungan baik dengan member paling bungsu di BTS itu. Ziya menceritakan semua yang menimpa keluarganya. Ziya meminta Jungkook untuk membujuk Khumaira, agar sang kakak tidak larut dalam kesedihan.
Setelah berbicara melalui telpon dengan Ziya, Jungkook langsung menelpon Khumaira. Lebih dari lima kali telpon nya di abaikan. Jungkook menelpon balik Ziya. Keduanya seakan frustasi. Pintu kamar Khumaira terbuka.
"Suruh dia telpon teteh lagi." Khumaira lalu masuk kembali ke kamar, menutup pintunya.
Tidak berselang lama, handphone Khumaira berdering. Dia segera menjawabnya.
"Kenapa lama nuna?"
"Tadi aku sedang sholat."
"Nuna, aku turut berbelasungkawa atas kepergian Rangga Hyung."
Tidak ada suara di ujung telpon sana. Hanya terdengar isak tangis. Khumaira menangis dan menjauhkan telpon dari telinganya.
"Nuna."
"Aku tahu memang sulit sekali harus kehilangan orang yang kita cintai, apalagi untuk selamanya." Jungkook menjeda ucapannya. Mengatur nafas. Dia bisa merasakan kesedihan sang nuna.
"Tapi aku minta agar nuna tidak terlalu larut dalam kesedihan. Nuna masih punya Namira. Kasihan dia kalau melihat mamah nya terus bersedih, mengurung diri di kamar. Dia masih sangat butuh perhatian dan kasih sayang nuna sebagai mamah nya. Namira juga pasti sangat kehilangan papah nya."
"......"
"Nuna, kau masih disana?"
"Hmmm."
"Ah, andai aku ada disana?"
"Apa?"
"Ah tidak."
"Nuna, sudah dulu ya. Aku dan yang lain harus tampil dulu. Bye nuna."
"Iya. Terimakasih Jungkook-ah."
Sambungan telpon berakhir.
"Nuna, andai saja aku ada disana, ingin sekali rasanya memelukmu dan memberikan kekuatan padamu." Lirih Jungkook, meremas handphone miliknya.
"Siapa yang ingin kau peluk kook?"
Jungkook menoleh, matanya yang bulat melotot dengan kehadiran Yoongi yang tiba-tiba.
"Ah tidak ada Hyung, kau salah dengar." Jungkook segera menyimpan handphone nya.
Yoongi menatap penuh selidik. "Kau habis menangis, eoh?"
"Ti-tidak Hyung."
"Tapi matamu merah kook." Yoongi lebih dekat memperhatikan mata Jungkook.
Jungkook menghindar. Dia takut kebohongannya ketahuan oleh Yoongi.