Gibran harus merelakan kisah cintanya dengan Shofiyah yang telah dia bina selama 8 tahun kandas karena orangtua Shofiyah tak menerima lamarannya dan membuatnya harus menyaksikan pernikahan kekasih yang begitu dicintainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Wanita Kesayangan Gibran
Setelah sampai, shofiyah mendekati sang adik ipar untuk diajak pulang bersama karena kegiatan sudah selesai dan ini sudah sangat sore dan jalanan macet.
"Maafkan aku yah kak, membuat kakak dalam masalah seperti ini". Gaby memandang perempuan yang akan jadi calon kakak iparnya itu.
" Tidak apa dek, harusnya kakak yang minta maaf karena membawamu ke ruangan kakak sampai lelaki kurang ajar itu berusaha mengganggumu". Shofiyah mengelus kepala adiknya itu.
"Kakak ma tambah mungil aja". Gaby menoel lengan Shofiyah dengan gemes.
" Iya deh yang tinggi mah, bisanya ngeledek orang".
"Iya kakak memang mungil tapi tenaganya bahkan lebih dari aku dalam hal memukul orang". Gaby terkekeh mengingat bagaimana pukulan ku mendarat diwajah Rendi tadi.
" Itu memang harus diperlakukan begitu, enak saja mau kurang ajar". Ucapku manyun dan cemberut.
"Ululu kakakku tersayang malah tambah gemes jika cemberut seperti itu". Gaby mencubit pipi Shofiyah dengan gemes.
Mereka berdua tidak menyadari jika dari tadi mereka berdua malah jadi pusat perhatian bahkan mereka tak menyadari dan tidak tahu.
" Ayo pulang kakak ku sayang, nanti aku dicariin sama mama, mama pasti senang bisa ketemu kakak". Gaby menggandeng tangan Shofiyah dengan semangat.
Shofiyah hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku adik Gibran itu, hanya usia dan badannya saja yang bertambah tapi tingkah lakunya tetap saja seperti anak-anak.
"Kak, kenapa orang-orang melihat kita kayak gitu??
Mendengar ucapannya, aku mengedarkan pandanganku memperhatikan sekitar, ternyata benar banyak orang memperhatikan kami.
" Biarkan saja, mereka tidak pernah lihat orang cantik kayaknya". Ucapku menarik tangannya untuk keparkiran, tempatku memarkirkan motorku.
Gaby mengulum senyumnya melihat tingkah masa bodoh sang kakak ipar, jika dia memiliki kekasih, dia sangat berharap sikap dan hangatnya sama seperti kakak iparnya ini.
"Kita mau langsung pulang atau gimana??
" Kakak boleh singgah nanti beli sesuatu, aku lagi pengen beli cemilan dan buah, boleh ga??
"Boleh kok sayang, kita beli sekalian untuk papa dan mama kamu yah!! ".
" Oke nanti kita beli yang banyak yah, kamu bebas memilih apapun yang kamu suka
"Benaran?? Asyik, mari berangkat ATM berjalan ku akan ku kuras sampai habis". Semangatnya berjalan dengan riang.
Aku hanya terkekeh mendengar ucapannya itu, kata-kata itu selalu dia ucapkan jika kami jalan bertiga dengan kak Gibran, walau hanya sebagai candaan tapi aku sungguh terhibur dengan tingkah lucunya itu. Dia sama persis dengan adik perempuanku sendiri. Secara sifat dan karakter mereka sangat mirip.
Kami telah sampai ditempat yang kami tuju untuk membeli cemilan dan buah, aku telah memilih banyak untuk dibawah pulang kerumah dan juga dibawah kerumah kak Gibran begitupun dengan cemilan ku dan untuk stock dirumah untuk adikku dirumah.
Kami membawa 2 troli berisi buah dan cemilan, aku juga membeli barang perlengkapan rumah karena sudah pada habis.
"Yuk kita bayar". Ajakku kepada Gaby yang sejak tadi tertegun melihat 2 troli di hadapan kami.
Wajahnya mengamati troli itu dengan lucu, mungkin dia tidak menyangka sejak tadi kami berkeliling malah dia tidak sadar mengambil ini dan itu.
" Kakak, ini belanjaan kita kenapa banyak sekali?? ". Tanya dengan takjub dan sedikit linglung dengan mulut menganga.
" Hahahaha". Aku tertawa keras menyaksikan kekonyolan wajahnya itu. Astaga.
Aku bahkan jadi pusat perhatian karena tertawa agak kencang tadi. Aku terkekeh sambil menggelengkan kepalaku.
"Tidak apa-apa sayangku, tinggal gesek kartu saja, to ATM berjalan ini sedang kelebihan saldo". Ucapku masih terkekeh kecil.
" Beneran, ini tidak apa-apa??, ini banyak banget loh kak??
"Tidak apa sayang, yang penting kamu makan dan habiskan saja tidak masalah". Ucapku mengelus kepalanya.
Wajahnya merona dengan perhatianku, dia memelukku dengan sayang seperti kakaknya sendiri.
" Pokoknya kakak harus jadi kakak iparku bodoh amat sama takdir". Gaby memeluk Shofiyah dengan gemes
"Ya sudah, kita bayar yuk, setelah itu kita makan malam, baru kita pulang, kamu sudah menghubungi orang rumah kan??, jika kamu sedang bersama kakak??
" Iya kak, sejak tadi kok, mereka bilang untuk kita makan dirumah saja, makanya setelah belanja kita langsung pulang aja".
"Baiklah, nanti pisahin belanjanya yah, supaya mudah dan tidak ribet kalau kakak mau pulang".
" Siap buk bos".
Kami melangkah kemeja kasir untuk melakukan pembayaran belanjaan kami, sejak tadi kasir memang memperhatikan tingkah kami karena jarak kami dengan kasir tidak terlalu jauh, mungkin dia mendengar percakapan kami tadi.
Setelah melakukan pembayaran kami pulang dengan menggunakan motor, belanjaan ku kutaroh didepan sedangkan belanjaan Gaby dan untuk keluarganya dia pegang dibelakang.
"Assalamualaikum" Ucap kami bersamaan saat memasuki rumah kak Gibran, aku membantu membawa barang-barang Gaby dan buah tangan untuk kedua orangtuanya.
"Aduh calon mantuku sudah datang, bawah apa itu nak??, kok banyak banget??
" Ini sedikit buah tangan untuk papa dan mama, tolong diterima". Aku memberikan buah tangan yang lumayan itu.
"Kamu ini kebiasaan, kalau datang banyak banget bawa apa-apa".
" Tidak apa ma, lagian sekalian jalan, kebetulan ade mau beli cemilan sama buah yah sekalian saja". Aku tersenyum manis memberikannya".
"Ya udah, makasih ya nak, sekarang kita makan malam aja ya, kamu bisa bersih-bersih dikamar Gaby dulu, mama ada beliin kamu beberapa baju jika kamu menginap tapi mama ga tahu itu cocok atau tidak". Mama Gibran tersenyum mengelus kepalaku dengan sayang.
Mama dan papa Kak Gibran memang mengangap ku sebagai anak mereka sendiri bahkan lebih menyayangi aku dibanding kedua anaknya.
"Aku akan pakai apa yang dibeli mama kok, walau besar sekalipun".
" Ya sudah, sekarang kalian bersih-bersih yah, mama siapin makan malam untuk kita semua".
Kami berdua bergegas membersihkan diri kemudian sholat berjamaah mempersingkat waktu.
"Kalian sudah selesai??. Mama kak Gibran itu memandang Haru kami karena kami selalu berada di jalur positif.
Kami berdua menghampiri sang Mama dan mencium tangannya barulah kami melepaskan mukenah yang kami gunakan
" Ayo kita makan nak, makanan sudah siap, sekarang turun yah, kita makan sama-sama kebetulan papa juga sudah pulang dan akan bersama kita".
"Mama duluan saja nanti kami menyusul, kami rapikan ini dulu baru kami turun".
" Ya udah, mama tunggu di meja makan". Ucap beliau meninggalkan kami berdua.
Kami bergegas merapikan alat sholat kami dan keluar dari kamar Gaby kemudian menghampiri kedua orangtua kak Gibran yang sudah duduk di meja makan menunggu kami.
"Ayo makan, duduk nak shofiyah". Mama kak Gibran mengambilkan nasi dan lauk pauknya kepiring ku kemudian Gaby dan kami makan bersama dengan sedikit pembicaraan.
Setelah makan, aku dan Gaby membantu mama membereskan bekas makan kami kemudian duduk ngumpul di ruang keluarga dan berbincang.
"Bagaimana kabarmu nak??, sudah lama tidak main kesini??
" Baik kok pa, maaf yah aku baru bisa kesini". Ucapku memelas,
"Iya ma, pa, kak Shofiyah itu sibuk sekali pulangnya bahkan sampe tengah malam". Gaby memberitahu aktivitas ku
" Loh memang, apa yang kamu lakukan sampe tengah malam nak?? ". Mama dan papa Gibran memandangmu dengan tatapan menyelidik.
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, dasar anak nakal, bicaranya blak-blakan amat.
" Aku bekerja kok ma, pa, bukan hal aneh-aneh ". Ucapku dengan canggung.
" Memang kerja apa nak sampe malam begitu??
"Aku les Privat ma sampai jam 9 malam, sisanya aku jadi ojek online khusus makanan, kebetulan itu makanan buatan nenek yang dijual secara online".
" Ya Allah nak, kamu tidak capek apalagi aktivitas kampus kan padat??
Aku tersenyum mendapatkan perhatian mereka yang sudah lama tidak kudengar. Aku sangat berharap mereka bisa menjadi mertuaku nantinya.