Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Di Pantai
Setelah sarapan selesai, Kirana merapikan piring serta gelas yang sudah kosong. Dia akan bawa keluar, dia tidak nyaman berdua dengan Bryan. Bukan apa-apa, dia hanya tidak ingin di bilang perempuan yang memanfaatkan keadaan.
"Kamu cepat sekali selesai makannya." kata Bryan.
"Ya, karena saya lapar jadi cepat habis." jawab Kirana.
"Kucing saja kalau makan walaupun mencuri, dia tetap tenang makannya." ucap Bryan.
"Tapi saya bukan kucing, dan makanan ini juga bukan hasil mencuri." jawab Kirana ketus.
Dia tidak terima di samakan dengan kucing, dia hanya tidak mau lama-lama berdua terus dengan Bryan. Bisa gawat dengan hatinya, apa lagi saat ini Bryan terlihat sangat hot di mata Kirana.
Tubuh berkeringat dengan kaos tanpa lengan, selesai fitnes pula. Tubuh hotnya naik seribu persen. Bagi Kirana itu bahaya untuk hatinya, jadi lebih baik dia menghindar saja.
Lagi pula, wajar saja dia dan Bryan bisa saling jatuh cinta. Tapi tidak wajar baginya karena dia sendiri menyadari siapa dirinya.
"Aku tidak menuduhmu di samakan dengan kucing. Oke, kamu sedang menghindariku?" kata Bryan lagi.
Kirana menatap Bryan, menghindar kenapa?
"Saya tidak punya masalah dengan anda tuan, kenapa saya harus menghindar?" jawab Kirana.
Bryan tersenyum, dalam benaknya Kirana sangat aneh dan membuat penasaran. Dia tertarik dengan pribadi Kirana, karena jarang sekali seorang gadis dekat dengan anak kecil. Apa lagi anaknya sendiri yang terbilang pemilih jika berteman. Dia sendiri merasa aneh Missel bisa akrab dan mudah menerima Kirana, meski dulu butuh waktu tiga hari untuk menaklukkan hati Missel.
Laudya saja tidak bisa mengambil hati Missel, tapi Kirana dalam tiga hari bisa mengambil hati Missel. Atau bahkan kurang dari tiga hari, karena waktu tiga hari itu batas yang dia berikan pada Kirana.
"Kirana, kamu kuliah jurusan apa?" tanya Bryan lagi untuk mencegah Kirana pergi dari hadapannya.
Dan benar saja, Kirana duduk lagi dan melihat ke arahnya sejenak lalu membuang muka ke samping.
"Ini bukan sedang wawancara kerja kan tuan Bryan?" tanya Kirana.
Terang saja Bryan tertawa keras, merasa lucu dengan jawaban Kirana.
"Kenapa anda tertawa?"
"Kamu lucu. Baiklah, tidak usah di jawab. Sebaiknya kamu bawa piring-piring kosong itu." kata Bryan.
Dia melangkah pergi dan melanjutkan kembali fitnes. Kali ini dia akan menggunakan barbel, untuk olah raganya. Dia ingin membentuk otot-otot bisepnya di tangan.
Kirana melihat Bryan sedang mengangkat barbel yang entah berapa kilo beratnya, namun jelas terlihat itu sangat berat jika dia yang mengangkatnya. Dia pun pergi membawa nampan berisi piring dan gelas kosong, Bryan menatap kepergian Kirana dari ruangan fitnesnya.
_
Perjalanan menuju pantai cukup lama, tempatnya jauh dari rumah Bryan. Dia sengaja memilih pantai agak jauh karena bisa lebih lama bermain dengan anaknya.
Bryan sadar, dia jarang sekali mengajak anaknya jalan-jalan. Meski Missel jarang meminta liburan, tapi dia merasa bersalah jarang sekali mengajak anaknya jalan-jalan karena sibuk bekerja.
Mungkin karena setiap kali Missel pulang sekolah TKnya Bryan tidak ke kantor lagi, hanya asistennya saja yang bekerja seterusnya.
Dan kali ini dia beruntung, Kirana siap menemani anaknya bermain di rumah sampai dia pulang kantor jam enam petang.
"Pi, kok pantainya jauh banget sih?" tanya Missel.
"Iya sayang, papi ingin lebih lama liburan sama Missel." jawab Bryan.
"Sama tante Kiran juga pi, masa sama Missel aja. Kan tante Kiran juga ikut." protes Missel.
"Iya, tante Kiran juga."
"Oh ya pi, kemarin aku di tanya sama mamanya Dora." kata Missel bercerita.
"Di tanya apa?"
"Mami baru Missel." jawab Missel.
Bryan diam, Kirana juga jadi malu jika Missel cerita tentang minggu lalu di sekolah. Tapi Bryan bisa menebak, kenapa Missel di tanya itu.
"Missel jawab apa?" tanya Bryan sambil melirik Kirana.
Kirana sudah merah padam wajahnya, dia membuang muka ke arah jendela. Bukannya dia minder, tapi karena memang malu di akui oleh Missel sebagai mami barunya Missel.
"Ya aku jawab aja, tante Kiran itu mami baru Missel." jawab Missel.
Bryan melirik Kirana yang merasa malu, dia masih membuang muka ke arah jendela.
"Oh, bagus itu."
"Beneran pi?"
"Iya, kenapa tidak." jawab Bryan santai.
"Waaah, berarti beneran ya pi tante Kiran itu jadi mami Missel." kata Missel antusias.
Uhuk uhuk,
Kirana terbatuk karena kaget dengan ucapan Missel itu. Dia tidak menyangka Missel akan cerita sama Bryan. Wajah Kirana merona karena malu.
"Asyiiik, Missel punya mami baru." teriak Missel penuh kegirangan.
Dia memeluk Kirana dengan erat, membuat Bryan tersenyum simpul. Sedangkan Kirana sendiri merasa aneh, anak dari majikannya itu berharap dia jadi maminya.
Mobil Bryan sampai juga di area pantai, Missel tidak sabar untuk bermain air pantai dengan Kirana.
_
"Tante, ayo kita ke dalam air." kata Missel.
"Jangan jauh-jauh Missel, ini ombaknya tinggi banget." Kirana memperingatkan Missel.
Tapi Missel tidak mempedulikan ucapan Korana. Dia terus menerjang ombak yang sedang menggulung bersama dengan orang-orang yang juga ikut menghadang ombak itu.
Satu sapuan mengenai Missel dan lainnya, mereka terdorong ke belakang. Kirana takut dengan ombak yang menggulung dengan dahsyat itu, namun dia tetap bersama dengan Missel agar Missel tidak terlalu ikut lebih dalam lagi.
Gulungan ombak kedua, Missel terjungkal ke belakang. Kirana mendekat, dia mencari Missel tapi ternyata tidak ada. Kirana panik, dia pun mencari kemana-mana dengan memanggil-manggil Missel.
"Missel, kemana kamu!" teriak Kirana sambil berjalan kesana kemari mencari Missel.
Kirana semakin panik ketika ombak besar datang lagi, dia pun memberanikan diri untuk maju dan mencari Missel.
"Missel!"
Semua orang kembali tertawa seperti tadi karena merasa tantangannya sangat nyata di deru ombak besar. Mereka tidak tahu Kirana sedang panik mencari Missel.
Kirana melihat ombak besar itu, dia pikir Missel masuk ke dalam ombak besar itu. Jika memang Missel terbawa ombak besar itu, dia akan menariknya.
Dari pandangan Kirana, Missel terbawa omvak dia pun dengan nekat masuk pada gulumgan ombak dan berteriak.
"Missel!"
Sedangkan, seseorang berlari mengejar Kirana yang ternyata dia sendiri terbawa ombak. Bryan berlari mengejar Kirana, dia tidak peduli dengan gulungan ombak.Yang dia pikirkan Kirana harus dia bawa dan di tarik olehnya.
Hap!
Bryan mendapatkan tangan Kirana, ternyata yabg terbawa ombak itu Kirana. Bryan membopongnya lalu dia bawa ke tepi pantai, Kirana tidak sadarkan diri.
Bryan memompa jantung Kirana dengan tangannya agar air yang sudah masuk keluar.
"Kirana bangun!"
Orang-orang serta Missel ikut mengerumini Kirana dan Bryan yang sedang memberikan PCR. Air memang keluar dari mulut Kirana, namun Kirana tetap belum sadarkan diri. Lama Bryan memberikan pertolongan dengan memompa jantung dengan tangannya, tapi Kirana belum sadarkan diri.
Akhirnya dengan cepat, Bryan memberikan nafas buatan dari mulut ke mulut. Dia menutup hidung Kirana dan membuka mulutnya, lalu dia menyalurkan nafas melalui mulutnya ke mulut Kirana. Satu kali Kirana tidak juga bangun, baru ketiga kali Bryan memberikan nafas buatan baru Kirana sadar dengan kembali memuntahkan air laut yang masuk ke dalam rongga mulutnya.
Uhuk uhuk uhuk!
Huft!
"Syukurlah kamu sudah sadar." ucap Bryan yang masih di atas Kirana dengan tatapan khawatirnya.
Keduanya saling pandang, lama hingga Missel berteriak memanggil Kirana.
"Tantr Kiran sudah sadar?!"
_
_
_
***************