Dyah permata baru saja menyelesaikan sekolahnya dia hanya berdua dengan adiknya yang berusia tujuh tahun. Dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Bagaimana jika dia bertemu dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun memanggilnya bunda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutia al khairat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Setelah menghabiskan waktu di pantai keluarga Alexanders kembali ke kediamannya karena hari sudah sore mereka juga kelelahan, Aquira sangat merasa bahagia karena dia menjadi dekat dengan sang papi.
Dalam mobil
Dyah duduk di belakang menemani Fathan berbeda dengan Aquira, nonanya lebih memilih duduk di samping Azka. Mereka menuju kediaman keluarga Alexanders.
Sesampai di kediaman Alexanders ternyata Aquira dan Fathan tertidur di mobil karena kelelahan bermain seharian di pantai, orangtuanya sudah menuju ke kamar karena juga merasa kelelahan ditambah mereka tak muda lagi.
" Fathan, bangun sayang kita sudah sampai" kata Dyah menggoyangkan lengan Fathan tapi tidak merespon, melihat Dyah berusaha membangunkan adiknya Azka keluar dari mobil dan menggendong putrinya.
" Dyah gendong Aquira biar Fathan aku membawanya ke dalam" kata Azka. " Tapi tuan" ketika Aquira sudah berada di gendongannya.
" Lihat dia sangat nyenyak tidurnya, apa kamu tega membangunkannya" kata Azka, Dyah menunduk menggelengkan kepalanya.
Dyah melangkahkan kakinya mengikuti Azka menuju ke kamarnya.
" Terimakasih tuan" kata Dyah, Azka membaringkan Fathan. " Sini Aquira biar dia tidur bersamaku " kata Azka. Dyah dengan hati-hati memberikan Aquira pada Azka.
Dyah tersenyum melihat Aquira nyamannya berada di gendongan Azka.
" Semoga nona Aquira selalu bahagia" guman Dyah, ikut berbaring di samping adiknya tidak lupa dia memeluknya.
Dalam kamar Azka.
Dengan hati-hati Azka membawa putrinya ke kamarnya, Bibi Sumi kebetulan lewat disana tersenyum melihat tuan mudanys mulai perhatian pada nona kecil.
" Mudah-mudahan tuan muda dan nona saling sayang menyayangi" kata Bibi Sumi dengan terharunya.
Azka merebahkan Aquira dengan perlahan agar tidurnya tidak terganggu dan dia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Azka keluar dari kamar mandi dengan senyuman dia merasa senang melihat putrinya tidur dengan nyenyak, setelah berpakaian Azka berbaring di samping putrinya.
" Indah maafkan aku karena selama ini aku mengacuhkan putri kita, aku berjanji akan membuatnya bahagia" guman Azka, mencium keningnya,Azka tersenyum melihat tangan mungil putrinya memeluknya.
Flashblack
Indah merupakan istrinya meninggal karena kecelakan 2 tahun lalu, saat itu mereka pergi menghadiri pesta. Ketika pulang terjadi hujan yang lebat hingga jalan licin, saat tiba di tikungan Azka tak bisa mengendalikan mobilnya hingga terjadilah kecelakaan karena mobil menabrak pembatas jalan.
Azka saat itu terlempar keluar sedangkan Indah berada di dalam mobil dan meledak, Azka mengalami sempat kritis sedangkan Indah meninggal di tempat.
Flashblack End
Malam hari semuanya sudah berkumpul di ruang makan, bibi Sumi dan bibi Ina menyiapkan makanan malam dan menghidangkannya ke atas meja.
" Oma senang melihatnya cucu oma duduk di samping papi" kata mami Atika dengan senyuman, Aquira seakan mencari seseorang.
" Cucu opa kenapa tadi senang duduk dekat papi sekarang kok murung" kata Papi Ammar, melihat cucunya memajukan bibirnya dan tangannya di letakan atas meja.
" Ira tidak menyukai makanan di atas meja" kata Azka, mengelus rambut putrinya, Aquira hanya menggelengkan kepalanya.
Melihat cucunya murung melihat mami Atika khawatir, dia segera mendekat pada cucunya.
" Sayang katakan pada oma Ira mau apa atau ada yang sakit nak" kata mami Atika. Mendengar kata sakit dari mami Atika membuat Azka khawatir dia segera mengangkat putrinya ke dalam pangkuannya dan memeriksanya.
" Mami putriku tidak demam" kata Azka. " Terus cucu mami kenapa, Azka" tekan mami Atika.
Seketika wajah Aquira senang melihat Dyah datang sambil membawa susu, Aquira turun dari pangkuan Azka berlarian dan memeluk Dyah.
" Bunda darimana saja Ira mencari bunda" kata Aquira, mereka di ruang makan hanya menghela nafasnya melihat sikap Aquira langsung senang setelah melihat Dyah.