Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasehat Sahabat
Kaila terus berlari tanpa menghiraukan hujan deras menerpa tubuhnya. Bahkan dia pun sempat tersungkur kerena tersandung kakinya sendiri dan membuat lututnya terluka, namun dirinya tak perduli. Rasa sakit di hatinya jauh lebih sakit dari luka di tubuhnya.
Kaila yang sejak tadi terlihat seperti orang bodoh memilih untuk menghentikan taksi yang akan mengantarkannya ke suatu tempat. Begitu sampai gadis itu kemudian berdiri di depan sebuah pintu dan mengetuknya perlahan.
Tok
Tok
Tok
"Siapa?" seru seseorang dari dalam namun Kaila memilih untuk diam tanpa menjawabnya dan kembali mengetuk pintu tersebut.
"Ck, siapa sih ... ganggu orang mau tidur aja." gerutu orang yang ada di dalam karena merasa sedikit kesal.
Sudah menganggu waktu istirahatnya, eh di tanya malah gak mau jawab dan masih ketuk-ketuk pintu ... kayak orang iseng gak tuh.
Cklek
"Siapa sih is ... " kata orang tersebut kala baru membuka pintu. "Kaila." sambungnya yang merasa begitu kaget melihat sosok yang berdiri di sana, orang yang sudah hampir membuatnya naik darah karena mengganggu waktu istirahatnya dengan ketuk-ketuk pintu. "Apa yang terjadi?" tanyanya namun Kaila hanya diam dan malah kembali terisak.
"Hiks ... hiks ... " isak tangis Kaila dengan tubuh yang bergetar dan kepala yang tertunduk.
Inilah yang membuat Kaila tak menjawab pertanyaan tadi, karena jika dirinya buka suara maka dia tidak bisa untuk tak menangis. Air matanya akan meluncur bebas dengan begitu saja tanpa bisa di cegah.
"Ayo masuk dulu." ajak sang pemilik tempat sambil menarik tangan Kaila dengan pelan untuk masuk ke dalam kontrakannya.
Yang Kaila kunjungi saat ini adalah kontrakan Yuma, sahabat Kaila satu-satunya. Yuma juga berkerja di restoran tempat Kaila bekerja, hanya posisi mereka saja yang membedakan. Jika Kaila adalah salah seorang asisten chef dan Yuma bekerja di bagian kasir.
Yuma kemudian meminta Kaila untuk mandi dan mengganti pakaiannya yang basah, sementara Yuma sendiri akan menyiapkan teh hangat agar sahabatnya itu tak begitu kedinginan.
Badan basah kuyup, bibir pucat, mata bengkak, membuat Yuma semakin bertanya-tanya tentang apa gerangan yang terjadi sehingga membuat sahabatnya itu terlihat begitu memprihatinkan, padahal kalau di ingat lagi tadi sewaktu pulang kerja wajah Kaila cukup ceria.
Yuma bahkan harus berkali-kali mengetuk pintu kamar mandi dan memanggil sahabatnya itu, karena Kaila sudah hampir satu jam di dalam sana sehingga membuat Yuma begitu sangat khawatir.
"Kai! kalau kamu gak keluar juga ... Aku dobrak pintunya!" teriak Yuma dari luar.
Cklek
Tiba-tiba saja pintu terbuka dan menampilkan Kaila yang sudah berganti pakaian sehingga membuat Yuma bisa bernapas dengan lega.
Yuma kemudian menuntun sang sahabat untuk duduk lesehan di karpet, karena memang kontrakan milik Yuma hanya berisi satu ranjang, satu lemari juga televisi, kulkas lengkap dengan AC serta kamar mandi dan dapur kecil di dalamnya.
Begitu memastikan Kaila duduk, Yuma kembali beranjak untuk mengambilkan segelas teh hangat juga semangkuk mie instan yang di masak lengkap dengan telur plus sayuran di dalamnya, karena dia yakin pasti sahabatnya itu belum makan.
"Ini, minum dan makan dulu biar tubuh kamu hangat." kata Yuma.
Yuma pun kemudian mengambil hairdryer miliknya dan memposisikan dirinya di belakang Kaila.
"Aku bantu buat keringin rambut kamu, biar gak pusing." kata Yuma memberi tahu apa yang akan dia lakukan.
❤️
"Sekarang katakan apa yang terjadi hingga kamu bisa kacau seperti tadi?" tanya Yuma ketika mereka berdua sudah duduk berhadapan.
Melihat keadaan Kaila sewaktu datang dan di tambah sama sekali tak menyentuh makanannya membuat Yuma semakin yakin jika sahabatnya itu sedang memiliki masalah yang besar.
Bukannya menjawab pertanyaan dari Yuma, Kaila justru malah kembali menangis sehingga membuat Yuma langsung memeluk tubuhnya.
"Gak apa-apa kalau kamu belum siap buat cerita." kata Yuma dengan tangan mengelus punggung Kaila.
Kaila menumpahkan kembali tangisnya di pelukan Yuma, bayang-bayang tentang penghianatan yang baru di alami olehnya terus saja terbayang di pelupuk mata.
Begitu sudah sedikit lebih tenang, Kaila melepaskan pelukan Yuma dan menatap ke arah sang sahabat.
"Rafa selingkuh sama Dea di belakang aku." lirih Kaila. "Aku baru saja memergoki mereka sedang melakukan hubungan suami istri di apartemen Rafa." katanya lagi yang membuat Yuma mengepalkan kedua tangannya.
"K***g a**r." geram Yuma. "Pokonya kamu gak boleh nangis lagi kerena tuh dua orang manusia." kata Yuma. "Air matamu terlalu berharga untuk menangis penghianatan mereka berdua." sambungnya. "Terus rencana pernikahan kalian bagiamana?" tanya Yuma.
"Batal, aku besok akan bicara dengan om dan tante." jawab Kaila.
"Bagus , lebih cepat lebih baik." sahut Yuma yang tentu saja mendukung apa yang akan di lakukan oleh Kaila, seandainya bila Rafa ada di hadapannya saat ini ... pasti Yuma sudah memukulnya tanpa ampun. "Ayo makan dan berhenti menangis, karena pria sepertinya tak pantas untuk kamu tangisi." kata Yuma. "Kamu harus tunjukkin pada kedua manusia itu jika kamu bisa tanpa mereka dan tetap kuat setelah melihat penghianatan mereka." nasehat gadis itu dengan sangat dewasa. "Kalau kamu lemah kayak gini, yang pasti mereka akan merasa semakin puas dan menang, terutama si Dea." imbuhnya.
Kaila yang merasa semua omongan dari sahabatnya itu benar, menggerakkan tangannya untuk meraih semangkuk mie yang sudah mengembang dan memakannya.
"Aku harus bisa dan tunjukkin kalau aku kuat dan bahagia." gumamnya dalam meyakinkan diri sendiri.
❤️
Pagi-pagi sekali Kaila sudah pulang ke kediaman keluarganya. Matanya pun sudah tak begitu bengkak karena sempat di kompres olehnya tadi.
Kaila adalah seorang gadis yatim piatu yang kedua orangtuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Beruntungnya saat kejadian tersebut Kaila sedang tak bersama mereka sehingga dirinya masih selamat. Kaila yang kala itu masih berumur tujuh belas tahun, harus hidup bersama adik sayang ayah, yaitu ayah dari Dea.
Kehadiran Kaila dalam keluarga omnya membuat sang tante merasa kesal karena merasa Kaila hanyalah sebuah beban, sedangkan Dea menjadi begitu benci ... sebab merasa jika perhatian sang ayah yang selama ini hanya untuknya yang seorang anak tunggal menjadi terbagi.
"Selamat pagi." sapa Kaila kala menginjakkan kakinya di ruang makan yang mana om, tante, serta Dea berada di sana untuk sarapan.
"Pagi." sahut om Anto. "Kamu baru pulang Kai? semalam nginap dimana?" tanyanya lembut dengan pandangan menatap ke arah di mana Kaila berdiri.
"Kamu ini di sini cuma numpang, jadi jangan seenaknya gak pulang tanpa ngasih kabar." kata tante Rika dengan nada yang tak bersahabat, berbanding terbalik dengan sang suami.
Sedangkan Dea, gadis itu masih asik dengan sarapannya tanpa menghiraukan kehadiran Kaila di sana.
"Om, ada yang ingin aku bicarakan." kata Kaila.
"Apa?" tanya om Anto.
"Hem, Kaila memutuskan untuk mengakhiri hubungan Kaila dan Rafa, jadi pernikahan kami ... Kaila batalkan." kata Kaila yang tentu saja membuat om dan tantenya kaget bukan main.