Menceritakan tentang dimana nilai dan martabat wanita tak jauh lebih berharga dari segenggam uang, dimana seorang gadis lugu yang baru berusia 17 tahun menikahi pria kaya berusia 28 tahun. Jika kau berfikir ini tentang cinta maka lebih baik buang fikiran itu jauh - jauh karena ini kisah yang mengambil banyak sisi realita dalam kehidupan perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Di Tempat Parkir
Mobil itu terparkir di sudut gelap tempat parkir bawah tanah, jauh dari keramaian. Cahaya lampu neon berpendar lemah, memantulkan bayangan samar di dinding beton yang lembap.
Di dalam mobil, Mingyu duduk di kursi tengah bersama Yeon Ji. Tubuhnya bersandar santai, tetapi matanya tetap waspada, mengawasi sekeliling. Yeon Ji duduk diam di sampingnya, tangannya bertaut di pangkuan, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang terasa semakin menekan.
Wang He sudah pergi membeli kopi. Di tengah kesunyian yang menyelimuti, hanya menyisakan bunyi jarum jam dari arloji Mingyu yang terdengar pelan.
Mingyu : Ntah kapan orang tua itu akan kembali, apa dia sengaja ingin membuat ku mati kelaparan
Yeon Ji menoleh, memperhatikan wajah Mingyu yang tampak kesal. Kata-katanya membuatnya teringat pada kotak makan yang sudah ia siapkan sebelumnya. Tanpa banyak bicara, Yeon Ji segera meraih tasnya, menarik kotak makan berisi sandwich, lalu menyodorkannya pada Mingyu.
Mingyu : Apa ini? Apa kau yang membuat nya untuk ku?
Tanya mingyu yang membuat Yeon Ji menunduk sedikit, wajahnya memerah. Ia mengangguk pelan, lalu mendorong kotak itu lebih dekat ke arah Mingyu.
Mingyu meraih kotak sandwich itu dari tangan Yeon Ji tanpa berkata apa-apa. Sekejap, Yeon Ji berpikir Mingyu akan memakannya, tetapi dugaannya salah.
Dengan gerakan tiba-tiba, Mingyu membuka jendela mobil dan melemparkan kotak itu keluar. Kotak plastik itu membentur aspal, isinya berhamburan ke segala arah.
Yeon Ji membeku di tempatnya, matanya membelalak melihat tindakan suaminya itu.
Mingyu : Akhirnya aku tau dari mana bau busuk yang memuakkan itu
Mingyu menyandarkan tubuhnya ke kursi, sementara Yeon Ji masih menatap Mingyu dengan kebingungan yang jelas tergambar di wajahnya. Kotak sandwich yang kini berantakan di aspal masih terbayang di benaknya.
Yeon ji : tuan bukankah anda lapar? Lalu kenapa anda membuang makanan itu? Itu tidak benar, anda bisa berdosa jika melakukan nya
Mingyu : Apa kau sedang mencoba mengajari ku?
Suaranya rendah, tetapi nada tajamnya menusuk telinga Yeon Ji. Seketika Yeon Ji menggeleng cepat, Tubuhnya sedikit mundur, mencoba menjauh dari tatapan suaminya yang dingin dan menekan.
Mingyu : aku tidak akan pernah makan apa pun yang kau sajikan atau sentuh, karena aku hanya akan makan dari seorang koki profesional atau juru masak pribadi kami
Mingyu menyeringai tipis, ekspresinya seperti sedang menahan tawa sinis.
Mingyu : jadi kau tidak perlu repot - repot menyiapkan makanan untuk ku, karena wanita dengan otak keledai seperti dirimu tidak akan pernah mengerti selera orang-orang berkelas seperti ku
Wang He datang membuka pintu mobil, tanpa mengetahui apa yang baru saja terjadi. Dia menyerahkan satu cup kopi pesanan mingyu.
Wang he : tuan ini pesanan mu
Mingyu menyesap kopinya perlahan, matanya terfokus ke depan seolah Yeon Ji tidak ada di sampingnya.
Sementara itu, Yeon Ji menunduk, menggigit bibirnya untuk menahan air mata yang mulai menggenang. Perkataan Mingyu barusan masih terngiang di telinganya, menusuk lebih dalam dari yang ia harapkan. Namun, Mingyu tetap acuh, menikmati kopinya tanpa sedikit pun melirik ke arahnya.
Mingyu : " aku mungkin tidak akan bisa menghancurkan kakek karena kekuasaan yang kau miliki, tapi sebagai ganti nya aku akan menghancurkan wanita ini agar kau tahu bahwa aku tidak akan pernah dalam kendali mu "