Persahabatan antara Celine dan Damian harus ternoda karena kesalahan satu malam yang mereka lakukan.Mereka harus memulai "hubungan" baru tanpa direncanakan dan tanpa rasa cinta.
Cerita ini hanya hayalan author aja yaa,dan karya pertama dari author receh ini.
Mohon dukungannya, saran dan kritiknya.
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ichapurie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
"Pernikahan?" sahut keduanya.
"Iya pernikahan kalian, sebaiknya dilakukan secepatnya, tadi kami sudah diskusi, sebaiknya kita adakan 2 minggu lagi." ucap mami Sarah.
"Celine kita ambil keputusan ini untuk kebaikan, perut kamu akan bertambah besar, dan sepertinya kamu dan Damian saling membutuhkan satu sama lain, lihat itu Damian langsung ada nafsu makan pas dekat kamu." timpal mama Diana.
"Kalau kalian belum sah, tidak akan bebas berdekatan."
"Celine, nurut apa yang terbaik aja, kalau elo gimana Dam?"
"Celine sama calon suami, jangan elo gue." ucap Papa Satria.
"Baru calon pa." celine menipiskan kedua bibirnya.
"Tapi harus belajar menghormati, mengerti."
"Iya pa."
"Damian setuju aja mi, pasti orangtua menginginkan yang terbaik." jawab Damian mantap.
"Yaudah Dam, sekarang kita kembali ke kamar kamu, Celine juga butuh istirahat." ajak mami Sarah.
"Tapi mi..." Damian enggan jauh dari Celine, karena dia pasti akan merasakan mual dan muntah lagi.
"Kamu ini kayak Papi dulu, waktu mami hamil kami, papi tuh yang mual muntah, kalau makan harus disuapin mami."
Mendengar ucapan mami Sarah, Celine menunduk, antara malu dan juga lucu, ternyata benar ada keadaan dimana wanita yang hamil tapi calon ayah yang merasakan gejalanya.
"Kalau dulu waktu saya hamil Celine, saya gak mau kalau Mas Satria mandi, saya muntah kalau mas Satria bau wangi." Papa Satria langsung mencolek pinggang belakang sang istri, merasa malu, istrinya cerita tanpa filter.
"Bau dong mas, kamu kalau ke kantor." Papi Wisnu menimpali dengan tertawa.
Bukan bau lagi tentunya, tapi mau bagaimana lagi, daripada sang istri muntah dan tak mau didekati.
Damian dan Celine tersenyum mendengar obrolan absurd orangtua mereka, ternyata semenyenangkan itu.
Damian kembali menatap Celine, dengan tatapan mengiba, ingin Celine tetap disampingnya.
"hhmm ma aku kan gak perlu rawat inap, pusingku juga sudah mendingan, boleh gak aku temenin Damian dulu, paling gak sampai jam makan malam." mohon Celine.
Memang dari dulu dua sahabat ini saling mengkhawatirkan keadaan satu sama lain.
Kedua pasangan paruh baya itu pun saling tatap, akhirnya setelah berfikir papa Satria menjawab "Tapi kamu janji kalau kamu jangan terlalu lelah dan makan tepat waktu, nanti pulangnya papa suruh supir menjemput ya."
"Terimakasih mas Satria, Jeng Diana mengizinkan Celine nemenin Damian." ucap mami Sarah.
"Iya mbak kami nitip Celine ya."
Akhirnya Papa Satria dan Mama Diana pun pulang setelah mengurus administrasi Celine.
"Elo eh kamu mau aku kupasin apel Dam." tanya Celine.
"Jeruk aja Cel, aku pengen yang segar-segar."
"Asem ya ini."
"Nggak kok itu jeruk medan, manis Cel."
Celine pun mengupas jeruk sambil duduk di bangku sebelah tempat tidur Damian.
Papa Wisnu dan mami Sarah masuk mereka baru saja keluar, mencari wedang ronde yang Damian inginkan.
"Ini wedang rondenya, yang hamil Celine, yang banyak mau kamu." seru mami Sarah.
"Cel kamu punya dream wedding seperti apa, dan pengen gaun yang seperti apa?" tanya mami Sarah.
"Celine yang penting simple elegant dan sopan tan, gak suka yang terlalu ramai, terbuka, dan glamour."
"Mulai sekarang belajar panggil mami dan papi ya Cel, yaudah Damian keluar dari Rumah Sakit kita ke Paragon ke butik wedding teman mami."
"iya tan, eh mi"
Sungguh bahagia hati Damian melihat keakraban dan mendengar obrolan antara maminya dan Celine.
Celine memang bukanlah gadis yang neko-neko, wedding dream pun hanya meminta yang biasa saja tetapi khidmat.
Drrt
Drrt
Drrt
Ponsel Papi Wisnu bergetar..
"Halo Selamat Malam"
(.....)
"Oke kamu urus dulu, sama hubungin para manager divisi."
(.....)
"Mi bisa temani Papi ke Gudang Pabrik, ada masalah stock, sedangkan 3 hari lagi barang harus disupply, bisa turun reputasi perusahaan."
"Tapi Damian bagaimana pi?"
Melihat Papi Satria gelisah dan bingung, Celine pun angkat bicara.
"Damian biar Celine temani dulu aja mi, Celine nanti kabari mama."
"Tidak apa-apa Cel, kamu juga kan lagi hamil muda."
"Gak apa-apa mi, ini Celine baik-baik aja."
Akhirnya Papi dan mami Damian pun memutuskan meninggalkan Rumah Sakit menuju gudang pabrik.
"Cel."
"Ehm."
"Kamu mau mas kawin apa?"
"Apa ya, saham perusahaan, jeep wrangler, rumah, uang 1 M, terus apa lagi ya hahahaha" tawa Celine sambil pura-pura berpikir.
"Kamu mau merampok aku."
"Ya gimana dong Dam, aku udah mengandung pewaris Wisesa lho." jawab Celine bercanda.
"Just kidding Dam, aku cuma bercanda, apa aja yang penting niatnya kita menikah itu baik."
"Oke uangnya aja dulu ya aku kasih buat mas kawin, kamu kan tahu aku baru aja memegang perusahaan dan sebagian besar masih dihandle papi, kalau rumah atau tempat tinggal sementara di Apartemen aku dulu ya Cel."
Celine pun mengangguk dengan senyuman.
"Maaf ya baby, daddymu ini belum sepenuhnya jadi CEO." ucap Damian sambil mengelus perut rata Celine.
"Lalu apakah kita harus cari daddy yang CEO sungguhan baby." seru Celine bercanda.
"Nggak ada ya Cel, gak boleh anak aku manggil daddy ke laki-laki lain."
"Aw..aw..ampun Dam"
Tangan Damian yang bebas infus, menggelitik pinggang Celine.