"Mas kamu sudah pulang?" tanya itu sudah menjadi hal wajib ketika lelaki itu pulang dari mengajar.
Senyum wanita itu tak tersambut. Lelaki yang disambutnya dengan senyum manis justru pergi melewatinya begitu saja.
"Mas, tadi..."
Ucapan wanita itu terhenti mendapati tatapan mata tajam suaminya.
"Demi Allah aku lelah dengan semua ini. Bisakah barang sejenak kamu dan Ilyas pulang kerumah Abah."
Dinar tertegun mendengar ucapan suaminya.
Bukankah selama ini pernikahan mereka baik-baik saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar.
Hari berikutnya. Tepat sepuluh hari kabar Irham yang menyembunyikan istri orang. Hari ini keributan itu datang lagi.
Jauh lebih menggemparkan.
Laki-laki yang menjadi suami Ratih membawa petugas kepolisian ke pesantren Al-Hasan.
Kiai Ahmad Sulaiman mengira Irham sudah memberi tahu dimana ia menepatkan wanita itu. Tapi nyatanya laki-laki yang dipilihnya menjadi pendamping anak semata wayangnya masih tidak menyadari kesalahannya.
Irham mengigit pipi dalamnya dengan tatapan nyalang ke segala arah. Seharusnya ia tak lagi menyakiti hati Dinar. Tapi apa? Setelah kepergiannya beberapa hari lalu, dia justru kembali diminta datang ke rumah mertuanya. Bukan karena hubungannya dengan sang putri. Melainkan laki-laki yang istrinya ia sembunyikan, melaporkannya kepada polisi.
"Memalukan! Kamu meniduri istri ku dan ketagihan sampai nggak mau mengembalikan nya ustadz?" suara laki-laki yang bernama Nurwan itu menggema di ruang megah nan mewah Kiai Ahmad Sulaiman.
Irham mendongak, merasa tak terima dengan ucapan pria tersebut.Tapi, dia tak bisa bersuara.
Disana tidak hanya ada tetua pondok, Dinar dan Umi Zalianty ikut mendengar tudingan itu.
Dinar kecewa.
Hampir saja dia luluh pada Irham. Irham berubah drastis. Irham sangat tertarik padanya akhir-akhir ini.
Lebih kecewa lagi ketika laki-laki yang teramat dicintainya memilih pasrah di seret ke kantor polisi ketimbang memberi tahu dimana ia menyembunyikan wanita masa lalunya.
Tidak sampai dua jam setelah Irham di seret ke kantor polisi. Seorang warga mengabari Kiai Ahmad Sulaiman tentang wanita yang di kabarkan menjadi simpanan Irham.
Dinar selaku istri diminta untuk ikut melihat wanita itu.
"Ning Dinar ikut aja, supaya tidak ada fitnah. Siapa tahu wanita itu tidak tahu kalau Gus Irham sudah beristri."
Terdengar lembut di telinga Dinar. Tapi tatapan kasihan yang terpancar di netra orang-orang itu menyentil hatinya.
"Abah, Umi..." Dinar meminta pendapat.
"Ikutlah, jika kamu siap. Mungkin dengan ini kamu bisa menentukan langkah selanjutnya."
Langkah selanjutnya yang dikatakan Kiai Ahmad Sulaiman adalah hubungan rumah tangga putrinya.
Sebagai istri, mustahil jika Dinar tak berpikir yang bukan-bukan. Suami nya bahkan memilih melindungi wanita itu dari pada nama baik keluarganya dan tentunya Dinar sendiri serta putra mereka, Ilyas.
Inikah wujud lelah Irham pada rumah tangga mereka?
Sebab wanita lain?
Salahkah Dinar berpikir negatif, sementara tingkah laku Irham sendiri yang seolah menegaskan lelaki itu memang bersalah.
Di dampingi kedua orang tuanya dan juga Hassan, Dinar akhirnya tiba, di depan kost tempat Irham menyembunyikan wanita yang katanya masa lalu pria itu.
Sampai di depan pintu kost Dinar tak berhenti meremas tangganya sendiri.
Dinar tiba-tiba merasa minder. Yang di dalam rumah petak ini adalah wanita yang pernah Irham cintai, dan Irham lindungi hingga rela masuk penjara.
Hati Dinar sakit, tapi rasa penasaran akan wanita di dalam sana juga mengusik hati.
Wanita berhijab marun itu membuang muka saat mendengar suara pintu terbuka.
Gugup mendera, untuk itu dia menguatkan hati agar bisa melihat sosok istimewa itu.
Kaget.
Dinar dibuat kaget setengah mati melihat sosok wanita yang berdiri kaku dengan wajah menahan kantuk.
Seperti di tampar puluhan kali, mata putri Kiai Ahmad Sulaiman membulat sempurna.
Dinar duga, wanita yang dilindungi suaminya adalah sosok wanita sholehah, terlihat lemah dengan paras keibuan.
Tapi yang dihadapannya ini, berbanding terbalik dengan yang dia pikirkan.
Dinar menelan ludah susah payah. Jika sosok seperti ini yang menggetarkan hati suaminya, maka Dinar memang kalah telak.
Lihatlah wanita itu begitu cantik, tubuhnya di balut baju tidur satin tipis yang bisa tembus pandang, rambut panjang yang berwarna kemerahan, dan lagi...Tubuh itu sintal, berisi dan tentunya terbuka dimana-mana.
Tak hanya Dinar yang kaget. Kedua mertua Irham juga hampir jantungan karena melihat wanita yang gosipnya di sembunyikan menantu mereka.
Hanya Hassan saja yang tak mau menatap ke arah pintu tempat wanita itu berdiri. Fokus lelaki itu hanya pada wanita yang beda usia sebulan dengannya.
Baginya wanita manapun tak bisa menarik perhatiannya, seperti yang dia rasakan pada Dinar.
Padahal sosok Dinar tidak pernah mengundang orang lain untuk tertarik padanya, wanita itu tak suka tabarruj, tapi Dinar sudah menarik dari sananya.
Hassan mendekati Dinar. Wanita itu buru-buru memasang senyum manis sembari menyambut genggaman tangannya.
"Biar Umi yang tanya baik-baik." katanya pada Hassan.
Harapan Dinar, ini bisa di selesaikan dengan kekeluargaan, Dinar tidak tega suaminya dipenjara.
Kadang cinta itu memang tidak masuk akal.
"Ada apa ya?" Ratih kaget, melihat depan rumahnya penuh orang.
*******
Dinar mendengarkan pemilik kost itu menjelaskan asal muasal wanita itu menyewa disini.
"Sore itu dia datang bersama laki-laki yang saya pikir suaminya. Laki-laki itu membayar sewa kost selama 30 hari secara lunas, saya tidak curiga kalau lelaki itu bukan suaminya, karena saya pernah melihat beberapa kali lelaki itu sempat datang ke rumah yang mereka sewa."
Beberapa kali datang?
Ibu kost tampak panik, dia takut di sangka ikut terlibat menyembunyikan istri orang.
Sementara kabar itu sungguh tak terduga untuk Dinar.
Kemana iman suaminya?
********
Dinar pulang bersama kedua orang tuanya.
Sejak dalam perjalanan, Dinar tidak pernah membuka suara.
Wanita itu hanya melihat ke jalanan.
Hal itu dilihat oleh kedua orang tuanya termasuk Hassan.
"Kita akan mendengar dari lisan Irham, kita tidak bisa menduga-duga kalau belum dengar dari versi Irham, nduk."
Kiai Ahmad Sulaiman menepuk punggung tangan putrinya.
Hassan yang mengemudi sesekali melihat Dinar dari center mirror.
"Mas Irham memang sudah pernah bilang sama Dinar kalau dia menyesal menikah dengan Dinar, Abah." gumam itu meluncur begitu saja tanpa Dinar sadari. Mungkin karena terlalu sedih Dinar lupa pada siapa dia berbicara.
Meski hanya gumaman lirih, tapi setiap pasang telinga di dalam mobil itu bisa mendengar dengan jelas.
Hassan menginjak rem begitu saja. Umi Zalianty sampai hampir tersungkur. Begitu juga dengan Kiai Ahmad Sulaiman.
Tapi, mereka tahu karena ucapan Dinar-lah mereka bisa se kaget itu.
"Nduk, kamu ngomong apa, to?" sedikit meninggi suara laki-laki cinta pertama Dinar itu.
Dinar gelagapan. Ia tak tahu bagaimana suara hatinya benar-benar terucap dari bibirnya.
Akhirnya, luapan hati putri Kiai Ahmad Sulaiman terdengar juga.
Hassan yang hampir memohon maaf karena kesalahannya malah tercenung melihat guncangan hebat Dinar yang di rengkuh Kiai Ahmad Sulaiman.
"Mas Irham yang meminta Dinar pulang ke rumah Abah, mas Irham mengaku lelah beristrikan Dinar." pecah sudah tangis Dinar di dekapan laki-laki yang menjadi panutannya.
Dinar tidak sanggup lagi memendam semuanya seorang diri, dulu dia anak 19 tahun yang di serahkan kepada laki-laki pilihan ayahnya.
Masih sangat muda dan manja. Tentu setelah kehidupan 19 tahun lalu ia rasakan kembali setelah beberapa hari tinggal bersama keluarganya. Dinar bisa membedakan mana cinta yang tulus.
Dan cinta yang tulus itu adalah cinta kedua orang tuanya yang tanpa pamrih.
Hati Kiai Ahmad Sulaiman tercabik mendengar penuturan putrinya.
Beliau ingin menanyakan langsung pada Irham, kebenaran itu. Jikapun benar Irham meminta Dinar kembali padanya, tanpa menunggu waktu Ia takkan keberatan menerima putrinya kembali di rumahnya yang megah.
Dan itu berarti Irham tidak ada hak lagi untuk menginjakkan kakinya di kediamannya.