Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Nadine mulai tidak tenang dengan ucapan yang kurang mengenakkan hatinya dari teman kerjanya itu, bahkan dia tidak pernah membayangkan kalau Sindy akan seberani itu mengucapkan langsung padanya.
'Sialan kau Sindy, buat mood ku rusak saja, ah kurang ajar kenapa di saat hari bahagiaku, masih ada saja orang syirik seperti itu!' geram Nadine di dalam hatinya.
Sedari tadi sampai acara selesai Nadine masih saja uring-uringan dengan perasaannya sendiri akibat ulah Sindy tadi.
"Sayang, kenapa dari tadi itu kamu tidak fokus loh, memangnya ada apa?" tanya Arya yang merasa heran dengan istrinya.
"Aku lagi kesal Sayang, kau tahu gak? Sindy, teman kerjaku," ucap Nadine.
"Iya tahu, dulu kan sering bareng sama Amira," sahut Arya.
"Dia itu nyebelin banget, tahu caranya kayak gitu kagak bakalan aku undang dia untuk datang ke acara pernikahan kita," kesal Nadine.
"Emangnya dia ngapain kamu?* tanya Arya.
"Dia ngatain aku perebut pacar sahabatnya sendiri di acara pernikahanku, siapa orang yang tidak kesal coba," adu Nadine.
"Ya sudah jangan di dengerin omongan orang lain kan yang tahu diri kita kan kita sendiri, biarkan orang mau bilang apa yang penting kita bisa sama-sama terus," sahut Arya.
"Kamu ini gimana sih, seharusnya kamu itu marah, dan bila perlu bilang sama pak Anton agar supaya si Sindy itu di pecat," ucap Nadine.
"Astaga Sayang, hal sepele saja kamu sampai segitunya, lagian di perusahaan Anton tidak sembarang memecat karyawan tanpa alasan yang jelas," papar Arya.
"Ih payah banget si kamu Mas," kesal Nadine.
"Yang punya perusahaan itu Anton bukan aku, iya kalau Sindy itu karyawanku aku bisa seenaknya memecat dia, tapi ini sudah diluar konsep Sayang, aku mohon janganlah bertindak semaunya sendiri," ucap Arya memperingati.
"Berarti kamu membenarkan apa yang dibilang Sindy tadi," sahut Nadine.
"Emang kenyataannya seperti itu, kamu datang disaat aku sedang berhubungan dengan Amira bahkan kamu berhasil membuatku luluh dan melupakan Amira," jelas Arya. Lalu mulai pergi meninggalkan istrinya di kamar hotel.
Saat ini Arya sedang mencari udara di luar sana, bayangannya begitu teringat akan sosok wanita sederhana yang dulu begitu tulus mencintainya.
"Kenapa Tuhan, di saat dia sudah pergi dari hidupku, kenapa rasa itu timbul kembali kenapa ...!" teriak Arya yang mulai dilema.
"Apakah ini teguran untukku yang sudah menyia-nyiakan perempuan sebaik dan setulus dia," sesal Arya sambil menitihkan air matanya.
******
Sedangkan di kota kecil ini seorang perempuan tengah berjuang melawan kesakitan untuk mengeluarkan seorang bayi di rumah bidan.
"Ayo mbak, terus mengejan," ucap Bidan tersebut.
Sedang Amira mulai berusaha dengan keringat yang sudah membasahi tubuh dan wajahnya, setelah berusaha mengejan untuk yang ke beberapa kalinya akhirnya seorang bayi perempuan keluar dari kemaluannya.
"Oek ... Oek ... Oek ....!" tangisnya begitu menggema memenuhi ruangan bersalin.
"Alhamdulillah, anak ibu akhirnya lahir juga dengan selamat," ucap Bidan itu.
"Anakku," ucap Amira sambil menerima bayi mungil itu dan di letakkan diatas dadanya.
Bayi tersebut langsung mencari-cari sumber makanannya sendiri, lihat saja bayi itu menyedot dengar kuat puting ibunya.
"Anakku, selamat datang ke dunia, semoga Ibu selalu bisa menjagamu dengan baik," ucap Amira sambil mencium kening anaknya yang masih di lumuri darah.
Bayi Amira mulai di bersihkan, dan langsung di adzan kan oleh staf perawat laki-laki yang kebetulan sedang jaga di klinik bisa Nining.
Setelah di adzan kan bayi tersebut mulai di gendong oleh perawat lainnya sedangkan sang ibu masih mendapatkan treatment pemijatan yang di lakukan oleh perawat bidan Nining.
Setelah semua selesai bidan sudah mengijinkan Amira untuk pulang, dengan di antar oleh mobil yang tersedia di klinik ini.
Sesampainya di rumah, Mbah Iyam begitu antusias menyambut kedatangan cucu perempuan yang diberi Nama Afifah Naufal, yang berarti perempuan cantik dan mulia.
"Sayang, kenapa kamu tidak memberi tahu si Mbah Nak," tegur Iyam.
"Maaf ya Mbah, Mira takut nantinya si Mbah khawatir jadi lebih baik, biar Mbah tahu di sat cicitnya sudah lahir seperti ini," ucap Amira.
"Waduh, cicitku, cantik sekali, Ibumu itu tega loh Nduk, gak ijinkan si Mbah ini untuk nungguin kamu lahir," ucap Iyam pada baya yang masih tertidur itu.
"Nak, anakmu di tidurkan dulu ya, si Mbah mau cuci ari-ari mu dulu," pamit Mbah Iyam membuat hati Amira benar-benar terharu, bukan saudara ataupun kerabat tapi Mbah Iyam rela melakukan itu semua pada Amira.
"Mbah terima kasih ya! Sungguh kebaikan yang Mbah beri tidak akan pernah aku lupakan," ucap Amira.
"Gak apalah Nduk, wong kamu itu sudah Mbah anggap seperti cucu sendiri," sahut Mbah Iyam, sambil membawa wadah yang berisi ari-ari tersebut.
Amira masih berjalan dengan hati-hati karena luka jahitannya belum mengering bahkan masih terasa linu, tapi perempuan itu tidak mau berpangku tangan saja, sedikit demi sedikit dia mulai masuk ke dapur mengecek persediaan makanan, karena kata ibu bidan tadi ibu menyusui harus banyak makannya jangan sampai perutnya menahan lapar.
"Alhamdulillah lauk pauk masih banyak tinggal di panaskan saja," gumamnya sendiri.
****
Malam harinya, di malam pertama kalinya dia menjadi seorang ibu Amira memutuskan untuk menjaga putrinya itu sendiri, di karenakan merasa tidak tega jika harus menyuruh Mbah Iyam untuk menginap di rumahnya.
"Anak ibu, jangan rewel ya Sayang, kamu tahu gak di sini ibumu hanya sendiri mengajakmu Nak, jadi ibu mohon kerja samanya ya Nak," ucap Amira sambil menggendong putrinya yang masih membuka matanya.
Amira terus saja menimang-nimang bayinya, karena memang sudah menjadi kebiasaan bayi yang akan tidur di siang hari dan begadang di malam hari, untuk itu Amira sudah benar-benar menyiapkan mentalnya, beruntung bayinya tidak rewel hanya membuka mata saja.
"Sayang, ayo tidur yuk, ibu sudah tidak tahan dengan kantuk yang mendera," ucap Amira sambil meletakkan bayinya itu diatas kasur.
Amira yang merasa lelah dan juga ngantuk langsung tertidur sedang mahluk kecil itu masih saja membuka matanya, hingga berselang lama tiba-tiba saja tangisan sang bayi mampu membuka matanya kembali.
"Astaga! Anakku," gercep Amira.
"Oek ... Oek ... Oek ...," tangisannya begitu menggema memenuhi seantero ruangan ini.
"Maafkan ibu ya Nak, ibu capek jadi istirahat sebentar, ya sudah gendong lagi ya," ucap Amira sambil sempoyongan berjalan di karenakan lelah yang di rasa belum cukup hilang.
Sebisa mungkin Amira berusaha untuk tenang, agar bayinya tidak begitu rewel, hal itu dia dapatkan ketika di panti asuhan, dia sering sekali melihat dan membantu para pengurus panti, sehingga dirinya sudah tidak terlalu kaku dalam urusan menjaga bayi.
Sejenak kemudian bayinya itu mulai memejamkan matanya mungkin karena sudah lelah dan pukul pun sudah memasuki jam 03.00 dini hari.
"Alhamdulillah akhirnya kamu mau tidur juga Nak," ucap Amira sambil meletakkan bayinya diatas kasur dengan hati-hati
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲
nama baik kok dipertahanin dengan cara jahat....kakek sableng