Bagi Krittin, pernikahan ini bukanlah tentang cinta—melainkan tentang balas dendam. Bertahun-tahun ia menyimpan kebencian mendalam terhadap keluarga Velora, yang dianggapnya telah menghancurkan keluarganya dan merampas segalanya darinya. Kini, dengan perjodohan yang dipaksakan demi kepentingan bisnis, Krittin melihat ini sebagai kesempatan emas untuk membalas semua rasa sakitnya.
Velora, di sisi lain, tidak pernah memahami mengapa Krittin selalu dingin dan penuh kebencian terhadapnya. Ia menerima pernikahan ini dengan harapan bisa membawa kedamaian bagi keluarganya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suami yang memandangnya sebagai musuh.
Ruang hati sang kekasih adalah kisah tentang pengkhianatan, luka masa lalu, dan perjuangan antara kebencian dan cinta yang tak terelakkan.
bagaimana kisah mereka? yuk kepoin kelanjutan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yarasary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
2 bulan kemudian.
suara dentingan alat makan terdengar bersahutan, Hanian melirik ke arah Krittin yang tak terganggu dan masih terus fokus dengan acara makan nya. dia ingin memulai percakapan, tapi bingung harus dengan kata apa sebagai pembuka. hingga akhirnya Hanian memilih berdehem, tapi tetap tak ada sahutan, hanya ada lirikan sekilas saja.
" Kak Tin." panggil Hanian, menyerah berusaha menarik perhatian kakak nya.
" hmm? " Krittin berdehem sebagai sahutan, tetap tak menoleh.
Merasa di abaikan, Hanian memilih meletakkan alat makan nya hingga bunyi dentingan besi yang terbentur pada kaca itu berhasil membuat Krittin menoleh.
" ada yang ingin kau katakan Zizi? " tanya Krittin, dengan lembut. panggilan baru itu adalah hasil dari nama yang Krittin ubah semenjak Hanian mengalami amnesia.
" apa kakak sibuk hari ini? "
" iya, "
" aku mau ikut ke kantor boleh kan? janji tidak akan mengganggu, hanya diam duduk saja menemani kakak. "
sebelah alis Krittin tersangkat, meneguk sedikit air sebelum kembali bertanya pada gadis yang dua bulan ini terus menempel pada nya " aku sibuk, kau mungkin akan bosan jika menunggu ku di sana. "
" tapi aku sudah bosan sekarang kak, sudah berapa lama aku terkurung di sini. tanpa teman dan kakak... "
" zizi dengar, kak Tin janji akan ajak kamu main nanti, tapi tunggu kak Tin selesai oke? bersabar lah. "
" baiklah. " suara Hanian terdengar lesu, pandangan gadis itu menunduk.
Krittin menghela nafas panjang, " mintalah yang lain, aku janji akan menuruti mu selain yang tadi itu. "
seketika Hanian mengangkat pandangan nya dengan sinar mata berbinar, menatap penuh harap jika sang kakak tidak akan membohongi nya, " sungguh? permintaan apa pun itu. kalau gitu aku ingin pergi ke taman...."
" tidak!! " sela Krittin cepat.
" kak... " ekspresi Hanian jatuh " kenapa lagi? "
" kamu di larang keluar tanpa pengawasan. "
" kakak tinggal menyuruh satu pengawal untuk pergi bersama ku. "
" bagaimana kalau kamu kelelahan, ingat terakhir kali kamu pingsan karena maksa mau bantu masak di dapur."
" itu beda kak, aku janji hanya akan duduk dan diam di sana. kasih waktu saja kalau kak Tin mau. "
" baiklah, ide bagus. kak Tin kasih waktu tiga puluh menit... "
" mana bisa sesingkat itu kak, dua jam saja. " sahut Hanian cepat.
" tidak. "
" kak... " rengek Hanian.
" satu jam. " ucap Krittin, menyudahi acara makan nya, " lebih dari itu, tidak boleh. "
" baiklah. " Hanian meraih tisu untuk menyeka sisa makanan di sekitar bibir nya, meneguk segelas air putih lalu menatap Krittin yang masih tak berpindah dari tempat nya.
" Aku bukan nya mau mengekang mu, tapi melepaskan mu keluar dari pengawasan ku sangat membuat ku tidak tenang Zizi. aku takut sesuatu akan terjadi lagi pada mu, tolong mengerti lah." Krittin berusaha untuk mengeluarkan semua keluhan dalam hatinya, dia sudah lelah memendam perasaan yang menyiksa nya beberapa minggu terakhir ini. dan dia juga tidak mau menambah hal baru lagi dengan mendapat Kabar Hanian terluka karena dia merasa kasih sayang terhadap gadis itu bertumbuh sangat pesat, sampai tak ingin kejadian buruk dua bulan lalu terulang lagi.
" aku mengerti kak, maaf kan aku yang selalu egois memikirkan diri ku sendiri. "
" tidak kamu tidak salah, aku juga sadar kamu pasti bosan karena hanya tinggal di sini tanpa pergi kemana pun. aku akan berusa menyelesaikan semua pekerjaan dengan cepat, agar kita bisa bepergian. "
Hanian tersenyum lebar, betapa bersyukur nya dia memiliki kakak sebaik Krittin. " terima kasih kak Tin. "
Krittin mengangguk kan kepala juga dengan senyum terluas sempurna di wajah tampan nya. tangan nya membentang lebar "beri aku pelukan dulu. "
dengan senang Hanian melangkah mendekati kakak nya, memeluk tubuh Krittin erat dan mengusap- usap punggung bidang itu sebentar " aku sayang kak Tin, "
" kak Tin juga menyayangi mu zi. " Krittin melepas pelukan, mengusap kepala Hanian lembut " sangat menyayangi mu Aizivella Zelda Sylvester. "
*****
Segini dulu lah untuk chapter ini.
Jangan lupa komen, like dan subscribe. Bintang lima nya juga ya....
Terimakasih, lop yuu....