Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
"Selamat datang, para tamu undangan! Sekarang, saat yang kita tunggu-tunggu telah tiba. Mari kita sambut kedatangan sepasang pengantin kita yang tercinta!" Ujar seorang pembawa acara ketika melihat pintu ballroom telah terbuka.
Semua tamu undangan menoleh ke arah pintu, dan mata mereka terpaku pada pasangan yang baru memasuki ruangan. Tamu undangan yang hadir di resepsi pernikahan itu terpesona dengan David dan Ayu.
David terlihat sangat tampan dengan setelan jas yang rapi dan senyum yang lebar. Sementara itu, Ayu terlihat sangat cantik dengan gaun abu-abu dengan aplikasi renda yang halus dan hiasan manik-manik yang berkilauan di dada dan pinggangnya. Rambutnya yang panjang dan lembut diikat ke atas dengan sanggul yang elegan, dan wajahnya yang cantik dihiasi dengan senyum yang bahagia.
Mereka berdua berjalan dengan sangat hati-hati menuju tempat singgah sana. David dan Ayu tak hentinya memberikan senyum hangatnya kepada mereka semua.
Para karyawan heboh melihat kedatangan mereka berdua.
"Wah, Pak David sangat tampan sekali."
"Iya, Ayu juga sangat cantik. Mereka sangat cocok."
"Mereka berdua seperti pangeran dan putri. Mana pestanya mewah begini."
"Beruntung sekali ya Ayu bisa menikah dengan Pak David."
"Sepertinya bukan Ayu yang beruntung tapi, Pak David lah yang beruntung mendapatkan Ayu."
"Ayu wanita yang tidak sombong dan apa adanya, kita beruntung bisa menjadi teman istri Pak CEO."
Begitulah obrolan mereka.
Tamu undangan yang lain tidak bisa tidak terpesona dengan ketampanan David dan kecantikan Ayu. Mereka tersenyum dan memberikan tepuk tangan menyambut kedatangan mereka.
Mungkin dari semua tamu yang datang hanya Doni dan Dina yang terlihat tidak senang.
Doni tadinya tak ingin menghadiri resepsi Ayu tapi, dia begitu ingin melihat Ayu. Sedari kedua pasutri datang, Doni hanya menatapnya. Dia merasa menjadi laki-laki paling bodoh karena sudah menyia-nyiakan orang secantik dan sebaik Ayu. Rasa penyesalan datang menghampiri Doni. Ternyata kesenangannya hanya sesaat, tak seperti saat bersama dengan Ayu.
Sementara Dina begitu iri melihat kemewahan resepsi Ayu. Ingin rasanya dia menggagalkan acara resepsi tersebut. Tapi, sayangnya semalam dia mendapat ancaman dari Hani. Dina ketahuan masuk ke dalam kamar yang nantinya akan menjadi kamar David dan Ayu. Dia seperti sudah tak memiliki muka lagi, beruntung Hani tak memberitahukan kelakuannya tadi malam kepada Rudi dan Sri.
David dan Ayu baru saja sampai di singgah sana, Rudi dan Asih juga sudah berada di sana. Mereka berdiri menatap para tamu dengan senyum yang tak pudar.
Sementara Dina memilih mojok, tak sengaja dia melihat Doni yang sedang menatap Ayu nanar. Dina berniat berjalan menghampiri Doni.
"Wow, masih punya muka buat datang di acara ini?" Ucap Dina menyadarkan lamunan Doni.
Doni yang mengenal suara itu hanya melirik dan tak berniat menjawab.
"Sombong sekali. Laki-laki kere aja belagu." Hina Dina.
Soni abai dan lebih memilih meninggalkan Dina. Doni yakin, jika menanggapi Dina tak akan ada ujungnya.
"Sial!!" Gerutu Dina yang diabaikan oleh Doni.
Pembawa acara memberikan waktu untuk David mengucap sepatah dua patah.
David memperkenalkan kepada mereka yang belum mengenal Ayu. Ia juga mengucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada para tamu undangan yang telah bersedia hadir dalam acara resepsi pernikahannya dengan Ayu.
Setelah itu pembawa acara mempersilahkan para tamu untuk kembali menikmati jamuan yang sudah disediakan, Ia juga mempersilahkan mereka naik ke singgah sana untuk memberikan ucapan dan doa maupun berfoto bersama kedua pasutri secara bergantian.
Desi sangat antusias untuk naik ke atas singgah sana untuk memberikan ucapan dan do'a.
"Selamat atas pernikahan Bapak dengan istri, Bapak."
"Terima kasih atas ucapannya!"
Lalu Desi beralih ke Ayu.
"Ayu, selamat ya atas pernikahanmu dengan Pak David. Semoga pernikahan kalian diselimuti dengan kebahagiaan." Desi memberikan ucapan dan doa yang tulus.
"Aamiin, terima kasih ya, Des. Kamu satu-satunya sahabatku yang paling top."
"Ay, kita foto dulu ya, buat kenang-kenangan. Kapan lagi punya teman istri Bos."
Setelah itu mereka berfoto bersama dengan wajah yang nampak bahagia. Baru setelah itu Desi turun.
Acara berjalan dengan lancar dan diakhir acara pengantin melakukan sesi foto.
*****
2 jam telah berlalu, para tamu undangan satu persatu mulai meninggalkan ballroom. Kini hanya menyisakan beberapa orang saja di ruangan tersebut.
Saat ini Ayu bisa bernafas lega.
Tak lama kemudian, ada petugas yang akan membersihkan ruangan tersebut. Sehingga mereka memutuskan untuk meninggalkan ruangan tersebut.
Mereka akan kembali ke kamar yang sebelumnya digunakan untuk merias. Sementara Hani akan mengajak kedua besannya dan Dina untuk pulang ke Mansion. Akhirnya mereka berpisah di lift.
Beberapa saat kemudian, David mengajak Ayu untuk pergi ke kamar yang akan mereka pakai menginap.
Kamar hotel itu terlihat sangat romantis dan elegan, dengan dekorasi yang mewah dan modern. Lampu-lampu yang lembut dan hangat membuat suasana kamar menjadi sangat nyaman dan intim.
Di tengah-tengah kamar, terdapat sebuah tempat tidur yang besar dan nyaman, dengan seprai yang lembut dan bantal yang empuk. Di atas tempat tidur, terdapat sebuah kanopi yang mewah, dengan hiasan kelopak bunga mawar merah yang indah dan harum.
Di sudut kamar, terdapat sebuah meja yang kecil, dengan dua buah kursi yang nyaman dan mewah. Di atas meja, terdapat sebuah vas bunga yang indah dan harum, dengan beberapa buah cokelat dan buah-buahan yang segar.
Di bagian lain kamar, terdapat sebuah jendela yang besar dan terbuka lebar, membiarkan cahaya matahari yang lembut masuk ke dalam kamar, dan memperlihatkan pemandangan kota yang indah dan menakjubkan. Di bawah jendela, terdapat sebuah sofa yang nyaman dan mewah, dengan beberapa buah bantal yang empuk dan lembut. Suasana kamar hotel itu sangat romantis.
"Wah, Mas. Kamar ini cantik sekali." Ayu merasa takjub dengan dekorasi kamar tersebut.
"Apa kamu suka, sayang?"
Ayu mengangguk dengan begitu antusias. "Suka, suka sekali, Mas. Rasanya seperti pengantin baru, Mas."
David langsung menghampiri istrinya. Memeluk pinggang Ayu, dan mendaratkan sebuah kecupan hangat di bi-bir mungil berwarna merah muda yang sejak tadi begitu meng-go-danya.
Namun kecupan tersebut lama kelamaan berubah menjadi sebuah pa-gut4n. Suara decapan terdengar kala kedua daging kenyal saling me-ny3-sap. Keduanya menjeda kegiatan mereka sebentar untuk mengambil udara sebanyak-banyaknya. David dan Ayu saling menatap. Kemudian melemparkan senyuman sebelum akhirnya kembali menyatukan bi-bir mereka kembali.
David mengangkat tubuh Ayu tanpa melepas pa-gut4n bibir mereka. David membaringkan Ayu di atas tempat tidur.
Mereka berbaring di atas tempat tidur yang nyaman, saling memeluk dan mencium satu sama lain. Mereka berdua terlihat sangat bahagia dan puas, dengan senyum yang lebar dan mata yang berkilauan.
Krukkkk!
Tiba-tiba suara perut Ayu berbunyi dengan nyaring. Membuat kegiatan mereka berdua terhenti.
David menatap Ayu dengan dahi yang berkerut. Sementara Ayu hanya merenges.
"Maaf, Mas. Sepertinya cacing dalam perutku mulai meminta haknya untuk diisi."
David tersenyum. Ia baru ingat kalau mereka berdua sama sekali belum mengisi perut. Lalu Ia bangkit berjalan ke arah jendela yang sejak tadi sudah terbuka. Ia merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya. Ia nampak menghubungi seseorang untuk memesan makanan.
"Sayang, sini. Kita tunggu makanan datang sembari menatap indahnya kota."
Ayu kemudian bangun dari tempat tidur dan berjalan ke arah jendela. Mereka berdua dapat menikmati pemandangan kota yang indah dan menakjubkan. Mereka berdua berdiri di depan jendela, saling memeluk dan menikmati keindahan pemandangan.