Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23.
Di kediamannya, Abizar sedang menikmati secangkir kopi ditemani sepiring pisang keju buatan sang Bunda. Abizar memang tinggal bersama Ibunya, sejak Ayahnya meninggal. Ia membawa kemanapun Ibunya pergi.
"Melamun, Zar?" ucap Rosa.
Abizar terjaga dan seketika menoleh sembari tersenyum.
"Mikirin apa?" Rosa kembali bertanya pada putranya, sembari duduk di samping.
Abizar hanya menjawab dengan senyuman.
"Hem... kalau Ibu perhatikan, akhir-akhir ini kamu sering terlihat melamun dan tersenyum sendiri," ucap Rosa.
Abizar hanya tersenyum tipis, menanggapi ucapan Ibunya.
"Ada apa? Apa ada sesuatu yang menarik perhatianmu?" tanya Rosa lagi.
"Mungkin," jawab Abizar singkat.
"Siapa dia?" Rosa kembali bertanya, dengan mata berbinar.
"Seorang gadis yang selalu tampil sederhana, tapi memiliki banyak keistimewaan dan kelebihan," puji Abizar.
"Oh, ya? Siapa gadis beruntung yang telah berhasil membuat putra kesayangan Ibu menjadi seperti ini?" goda Rosa.
Abizar tergelak, ia merangkul pundak wanita yang menjadi cinta pertamanya itu.
"Ibu, apa Ibu ingat dengan tuan Kiano?" tanya Abizar.
"Tuan Kiano?" Rosa mulai mengingat. "Apa dia rekan kerjamu yang dengan rela mendonorkan darahnya, untuk Ibu?"
Abizar mengangguk. "Kami bertemu sewaktu ulangtahun hotel milik mendiang ibunya."
"Lalu, apa hubungannya tuan Kiano dengan semua ini?" tanya Rosa lagi.
"Aku bertemu gadis itu di kantornya, Fathan. Dia adalah sekretarisnya Fathan," lanjut Abizar.
Rosa mengernyitkan dahinya. Ia semakin bingung dengan penjelasan Abizar yang semakin sulit untuknya mengerti.
Abizar menoleh ke arah Ibunya dan tersenyum. "Ibu bingung?"
Rosa mengangguk pelan.
"Gadis yang bekerja di kantor Fathan itu, dia yang sudah membuat kacau pikiranku. Dan ternyata, dia adalah putri bungsu Om Kiano," ungkap Abizar.
"Apa...?"
Abizar mengangguk pelan.
"Jadi... apa dia tau, kalau kamu menyukainya?" tanya Rosa.
Abizar menggeleng pelan. Rosa mengernyitkan keningnya.
"Kenapa? Apa kamu malu, mengaku padanya?" Rosa menggoda putranya.
Abizar kembali tersenyum. Pemuda berlesung pipi itu, menggeleng pelan.
"Dia nyaris tidak terjangkau tangan, Bu!" jawab Abizar.
"Maksudnya?" Rosa sekian bingung dengan ucapan putranya.
"Selama ini, kita tau. Gadis yang berasal dari keluarga yang berada, itu pasti tumbuh menjadi gadis yang manja. Tapi, tidak dengan Zakira," ucap Abizar.
"Namanya Zakira?" Rosa semakin penasaran.
"Dia selalu tampilan sederhana. Bahkan, ia merintis karirnya dengan menjadi seorang resepsionis di kantornya Fathan, Bu!" ungkap Abizar dengan bangga.
"Dari cerita kamu, dapat Ibu bayangkan, betapa kamu sangat mengagumi sosoknya," tebak Rosa.
Abizar kembali tersenyum. Melihat dari senyumnya, Rosa dapat menyimpulkan. Jika, gadis yang bernama Zakira itu, telah berhasil membuat putranya tergila-gila.
****
Nathan dan keluarganya telah tiba di kediaman keluarga bakal calon besannya. Aditya dan sang istri menyambut kedatang calon besannya dengan gembira. Yulia juga kembali bertemu sukma, yang ternyata juga ikut malam itu.
"Silahkan, kita ngobrol dulu!" ajak Yulia.
Mereka pun menuju ruang tamu. Sukma terkesiap melihat kediaman keluarga Fathan yang mewah. Setelah semuanya siap, Yulia pun mempersilahkan tamunya untuk menuju ruang makan.
"Maaf, Jeng Yulia! Fathan, kemana, ya? Kok, dari tadi tidak keliatan?" tanya Sukma.
Yulia tampak bingung untuk menjelaskan.
"Maaf, Fathan sedang keluar kota untuk menghadiri rapat. Seharusnya, saya yang berada di sana. Tapi, berhubung Mamanya Fathan bilang kalau akan ada makan malam dengan keluarga calon besan. Terpaksa Fathan yang menggantikan," jelas Aditya panjang lebar.
"Apa tidak bisa diwakilkan saja, kan Fathan pinta asisten? Atau kalau perlu, dibatalkan saja," sahut Sukma.
Semua mata mengarah ke arah Sukma.
"Tante!" seru Kanayah kesal.
"Apa? Emang bener, kan? Kemarin, saat keluarga kita yang ngundang. Dia juga tidak datang, sekarang dirumahnya sendiri, juga tidak ada. Apa, Fathan sengaja menghindar?" cecar Sukma.
Kanayah menundukkan kepalanya. Ia melirik sekilas ke arah tuan rumah. Pasangan suami-isteri itu, juga terlihat tidak nyaman.
Pandangan mata Kanayah, beralih menatap Sukma dengan tajam. Nathan yang paham, segera mengalihkan pembicaraan.
"Sudahlah, tidak masalah! Toh, malam ini cuma makan malam biasa, kan? Mungkin, juga Fathan lebih sibuk dari biasanya. Hingga ia tidak bisa bergabung bersama kita malam ini," ungkap Nathan menengahi.
"Tetap saja, dia itu tidak menghormati tamunya," rungut Sukma.
"Sudah, Tante!" tegas Nathan.
Mereka pun mulai menikmati makan malam. Meskipun, dalam hati Yulia merasa dongkol dan malu akibat ulah Fathan putranya.
Diam-diam, Yulia berencana akan mempercepat meresmikan hubungan Fathan dan Nabila. Ia mengambil keputusan ini, mengingat sikap Fathan yang seperti tidak peduli.
Yulia juga khawatir, kalau Fathan sampai berubah pikiran dan nekat mengambil keputusan sendiri. Perempuan lima puluh dua tahun itu, tidak mau menanggung malu.
Saat ini Fathan berada di apartemennya, bukan bertemu klien atau rapat seperti yang dikatakan mamanya. Fathan sengaja melakukan itu semua, untuk menunjukkan sikap protesnya pada sang mama.
"Pulanglah, Son! Hari telah larut, aku yakin, keluargamu telah menunggu kepulanganmu," ucap Fathan.
"Anda yakin?" tanya Soni.
Fathan hanya mengangguk pelan.
"Saya akan menjemput Anda, pukul tujuh besok pagi," kata Soni, sebelum meninggalkan apartemen.
Fathan tidak menjawab, pandangan matanya masih lurus kedepan. Hari dan pikirannya masih berkecamuk. Tangan Fathan mengutak-atik ponselnya, ia tampak mengirim pesan pada seseorang. Cukup lama Fathan menunggu balasan, pada akhirnya ia menarik napas dalam dan membuangnya kasar. Ia melempar ponsel ke sembarang tempat, benda pipih itu hancur berserakan.
Rahang Fathan mengeras, sampai saat ini zakira tidak mau membalas pesannya, apalagi panggilannya. Selain urusan kantor, Zakira tidak mau berbicara padanya. Rasa itulah, yang saat ini menyiksa Fathan.
"Aku harus mengakhiri semua ini." Gumam Fathan.
Ia kembali meneguk cairan berwarna merah dalam gelas yang ada ditangannya.
*****
Zakira memijit pelipisnya, ia baru saja menerima pesan singkat dari Fathan. Pemuda itu kembali mempertanyakan kejelasan hubungan mereka. Zakira terus saja menolak, tapi Fathan seolah tidak pernah putus asa untuk membujuknya.
Zakira akui, dari lubuk hatinya yang paling dalam. Fathan masih mendapatkan tempat khusus di hatinya. Meskipun, saat ini pemuda itu telah bertunangan dengan adik sepupunya.
Zakira berusaha untuk membuang jauh semua rasa di hatinya. Ia juga ingin melupakan semua dan memulai hari yang baru tanpa Fathan di sisinya. Meski singkat, namun berbekas.
"Sayang!"
Zakira tersadar dari lamunannya, saat Ummi nya menepuk pundaknya.
"Ummi!" ucap Zakira.
Zavira melipat tangannya, menatap putri kesayangannya.
"Ada apa?" tanya Zavira.
Zakira mengernyitkan keningnya. "Apa?"
Zavira menarik napas dalam dan panjang.
"Ummi, tau! Saat ini kamu ada masalah, kan?" tebak Zavira.
"Masalah apa?" tanya Zakira.
"Sayang, Ummi tau kalau saat ini, kamu sedang dalam masalah. Entah itu masalah kantor, ataupun lainnya." Zavira menangkup wajah putri kesayangannya.
Zakira hanya tersenyum tipis, menanggapi ucapan wanita yang telah melahirkannya itu.
"Apa ini, ada kaitannya dengan Fathan?" tebak Zavira lagi.
Wajah Zakira seketika berubah suram, ia menundukkan kepalanya dan kemudian kembali tersenyum.
"Ummi, sok tau!" ucap Zakira dengan ekspresi lucu dan imut.
"Kamu!" Zavira menarik hidung bangir putrinya dan tertawa bersama.
Zavira menarik Zakira ke dalam pelukannya, kemudian mengusap lembut punggungnya.
"Sayang!" ucap Zavira.
"Hem...." Zakira menjawab dengan deheman.
"Apa, Ummi boleh tanya sesuatu?" kata Zavira pelan.
"Boleh! Ummi, mau tanya apa?" sahut Zakira.
"Tapi, kamu harus janji, gak akan marah dan jawab dengan jujur," ucap Zavira lagi.
Zakira menjawab dengan anggukan kepala, sembari tersenyum. Zakira memejamkan matanya, ia merasa damai dalam pelukan Ibunya.
"Sayang, apa kamu dan Fathan menjalin hubungan?"
Mata Zakira membulat sempurna.