NovelToon NovelToon
Bu Fitri Guru Terbaik

Bu Fitri Guru Terbaik

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Bullying di Tempat Kerja / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir / Keluarga / Karir
Popularitas:866
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Fitriyani Nurjannah adalah seorang guru honorer selama 15 tahun di SMA 2 namun ia tak pernah menyerah untuk memberikan dedikasi yang luar biasa untuk anak didiknya. Satu persatu masalah menerpa bu Fitri di sekolah tempat ia mengajar, apakah pada akhirnya bu Fitri akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semangat Dari Sahabat

Saat Fitri sedang asyik mengoreksi jawaban anak didiknya di buku latihan, Bu Asri datang menghampirinya. Ia melihat Fitri tampak sedikit murung setelah kejadian tadi.

"Fitri, kamu tidak apa-apa?" tanya Bu Asri dengan nada khawatir.

Fitri menghela nafas panjang. "Saya tidak tahu, Bu," jawab Fitri dengan suara lesu. "Saya merasa sedih dan kecewa dengan apa yang dikatakan Bu Ida dan teman-temannya."

Bu Asri mengerti apa yang dirasakan Fitri. Ia juga sering menjadi sasaran sindiran dan gunjingan dari Bu Ida dan kelompoknya.

"Fitri, jangan terlalu dipikirkan apa yang mereka katakan," kata Bu Asri dengan lembut. "Mereka memang suka begitu, suka mencari kesalahan orang lain."

"Tapi, Bu," kata Fitri, "saya merasa mereka tidak adil pada saya. Saya hanya ingin menjadi guru yang baik untuk murid-murid saya, tapi mereka malah menuduh saya yang tidak-tidak."

"Saya tahu, Fitri," kata Bu Asri. "Kamu adalah guru yang baik, guru yang peduli dengan murid-muridmu. Saya melihat sendiri bagaimana kamu mengajar dengan penuh semangat dan dedikasi."

"Terima kasih, Bu," kata Fitri. "Saya merasa lebih baik setelah berbicara dengan Ibu."

"Kamu harus kuat, Fitri," kata Bu Asri. "Jangan biarkan mereka membuatmu menyerah. Ingat, kamu punya banyak murid yang membutuhkanmu, yang percaya padamu."

"Saya akan berusaha, Bu," kata Fitri. "Saya tidak akan membiarkan mereka merusak semangat saya."

Bu Asri tersenyum dan menepuk bahu Fitri. "Saya percaya padamu, Fitri. Kamu pasti bisa melewati ini semua."

Fitri merasa lebih tenang setelah berbicara dengan Bu Asri. Ia menyadari bahwa ia tidak sendirian. Ada teman-teman yang mendukung dan menyayanginya.

"Saya harus fokus pada pekerjaan saya," kata Fitri dalam hati. "Saya harus membuktikan bahwa saya adalah guru yang baik dan pantas dihormati."

Fitri kembali melanjutkan pekerjaannya dengan semangat baru. Ia bertekad untuk tidak membiarkan omongan negatif dari Bu Ida dan kelompoknya mempengaruhi dirinya.

****

Di kelas XII IPS 2, Bu Ida bukannya fokus mengajarkan materi pelajaran, malah asyik membicarakan Fitri yang menurutnya sok cari perhatian pada siswa-siswinya. Sontak saja, para siswa yang sedang menunggu materi pelajaran heran dan saling pandang satu sama lain. Mereka tidak berani bersuara karena Bu Ida dikenal sebagai guru yang galak dan suka marah-marah.

"Kalian tahu tidak, kenapa Bu Fitri itu selalu dekat dengan siswa-siswanya?" tanya Bu Ida dengan nada sinis. "Itu semua cuma pura-pura saja. Dia ingin terlihat baik di mata siswa, padahal aslinya..."

Bu Ida menggantung kalimatnya, menunggu reaksi dari para siswa. Namun, para siswa hanya diam membisu, tidak ada yang berani menanggapi perkataan Bu Ida. Mereka takut salah bicara dan membuat Bu Ida marah.

"Dia itu cuma cari muka saja," lanjut Bu Ida. "Dia ingin terlihat populer di kalangan siswa, supaya nanti kalau ada apa-apa, dia bisa memanfaatkan mereka."

Para siswa semakin bingung mendengar perkataan Bu Ida. Mereka tidak mengerti apa maksudnya. Fitri adalah guru yang baik dan ramah kepada semua siswa. Tidak pernah ada niat buruk dalam setiap tindakannya.

"Saya heran, kenapa ada guru seperti itu," kata Bu Ida lagi. "Seharusnya, guru itu fokus saja mengajar, tidak usah cari perhatian segala macam."

Para siswa masih tetap diam. Mereka tidak ingin ikut campur dalam urusan Bu Ida dengan Fitri. Mereka hanya ingin belajar dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

"Sudahlah, lupakan saja," kata Bu Ida akhirnya. "Mari kita mulai pelajaran hari ini."

Bu Ida kemudian membuka buku pelajarannya dan mulai menjelaskan materi pelajaran. Namun, para siswa sudah tidak fokus lagi. Pikiran mereka masih terngiang-ngiang dengan perkataan Bu Ida tentang Fitri. Mereka jadi bertanya-tanya, apakah benar Fitri seperti yang dikatakan Bu Ida?

****

Di lapangan sekolah yang luas, siswa kelas X C terlihat sangat menikmati pelajaran olahraga. Mereka berlarian, bermain bola, dan melakukan berbagai aktivitas fisik lainnya dengan riang gembira. Pak Wira, guru olahraga yang masih muda dan tampan, dengan sabar dan penuh semangat membimbing mereka.

Pak Wira memang guru yang menyenangkan. Ia selalu membuat suasana belajar menjadi santai dan tidak membosankan. Tak heran jika para siswa betah berlama-lama belajar di lapangan bersamanya. Selain tampan, ia juga pandai bergaul dengan para muridnya.

"Anak-anak, semangat terus!" teriak Pak Wira sambil melempar bola basket ke arah salah satu siswa. "Ayo, tangkap bolanya!"

Siswa itu dengan sigap menangkap bola basket tersebut dan langsung melakukan dribbling ke arah ring. Ia mencoba memasukkan bola ke dalam ring, namun sayang, bola tersebut meleset.

"Tidak apa-apa, coba lagi!" kata Pak Wira menyemangati.

Siswa itu tersenyum dan kembali mencoba memasukkan bola ke dalam ring. Kali ini, ia berhasil! Bola basket tersebut masuk dengan mulus ke dalam ring.

"Hebat!" puji Pak Wira. "Kamu semakin mahir saja dalam bermain basket."

Siswa itu merasa senang dan bangga. Ia memang sangat menyukai pelajaran olahraga. Ia bercita-cita ingin menjadi atlet basket profesional.

Bel jam pergantian pelajaran berbunyi. Para siswa X C menghentikan aktivitas mereka dan bersiap-siap untuk kembali ke kelas. Namun, mereka terlihat enggan beranjak dari lapangan. Mereka tahu, setelah ini mereka akan menghadapi pelajaran matematika dari Bu Vivi, guru yang terkenal galak.

"Aduh, sudah bel," kata salah satu siswa dengan nada lesu. "Padahal masih ingin olahraga lagi."

"Iya, nih," timpal siswa lainnya. "Habis ini pelajaran Bu Vivi, lagi. Pasti tegang lagi di kelas."

Pak Wira mendengar keluhan siswa-siswanya. Ia tersenyum dan mencoba memberikan semangat.

"Anak-anak, jangan takut dengan Bu Vivi," kata Pak Wira. "Beliau memang tegas, tapi sebenarnya beliau sangat peduli dengan kalian. Beliau ingin kalian pintar dan sukses."

"Iya, Pak," kata salah satu siswa. "Tapi, tetap saja takut kalau dimarahi Bu Vivi."

"Kalian harus percaya diri," kata Pak Wira. "Belajar yang rajin, pasti bisa menjawab pertanyaan dari Bu Vivi."

Pak Wira kemudian memberikan motivasi kepada siswa-siswanya. Ia mengingatkan mereka untuk selalu semangat dalam belajar dan tidak mudah menyerah.

"Ingat, kesuksesan itu tidak datang dengan sendirinya," kata Pak Wira. "Kalian harus berjuang dan bekerja keras untuk meraihnya."

Para siswa X C pun akhirnya beranjak dari lapangan dan kembali ke kelas dengan semangat baru. Mereka sudah siap untuk menghadapi pelajaran matematika dari Bu Vivi.

****

Para siswa kelas X C terdiam di depan pintu kelas. Bu Vivi, guru matematika mereka, sudah berdiri di depan pintu dengan tatapan tajam di balik kacamata tebal yang ia kenakan. Wajahnya yang garang dan posisi berkacak pinggang membuat nyali semua siswa menciut. Mereka tahu, Bu Vivi tidak akan mentolerir keterlambatan sekecil apapun.

"Kenapa kalian masih berdiri di situ?" tanya Bu Vivi dengan suara lantang. "Ini sudah jam pelajaran saya, kenapa kalian belum ganti pakaian olahraga?"

Para siswa hanya bisa menunduk ketakutan. Mereka tidak berani menjawab pertanyaan Bu Vivi. Mereka tahu, Bu Vivi akan semakin marah jika mereka memberikan alasan yang tidak masuk akal.

"Kalian ini bagaimana, sih?" omel Bu Vivi. "Sudah besar begini masih harus diingatkan soal ganti pakaian? Kalian tidak punya inisiatif sendiri?"

Para siswa masih tetap diam. Mereka pasrah menerima omelan dari Bu Vivi. Mereka sudah terbiasa dengan sikap Bu Vivi yang galak dan tegas.

"Sekarang, cepat ganti pakaian kalian!" perintah Bu Vivi. "Saya tidak mau membuang-buang waktu hanya untuk menunggu kalian ganti pakaian."

Para siswa pun langsung berlarian menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. Mereka tidak ingin membuat Bu Vivi semakin marah. Mereka tahu, Bu Vivi tidak akan segan-segan memberikan hukuman jika mereka melanggar peraturan.

Setelah selesai berganti pakaian, para siswa kembali ke kelas dengan tergesa-gesa. Mereka takut Bu Vivi sudah memulai pelajaran dan mereka ketinggalan materi.

"Maaf, Bu, kami terlambat," kata salah satu siswa dengan nada takut.

"Kalian ini memang selalu saja terlambat," balas Bu Vivi dengan sinis. "Kalian tidak bisa belajar disiplin?"

Para siswa hanya bisa menunduk pasrah. Mereka sudah tidak berani lagi membantah perkataan Bu Vivi. Mereka hanya berharap, Bu Vivi tidak akan memberikan hukuman kepada mereka.

1
Nusa thotz
aku tidak akan pernah kembali....copy paste?
Mika Su
kasihan kena omel guru galak
Mika Su
aku suka banget karena ceritanya beda sama yang lain
Serena Muna: makasih kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!