Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku mencintainya
"Apa yang kau lakukan pada Lusia, Aulia!" Bentak Dave menatap marah Lusia.
Aulia hanya berdiam diri tidak menjawab pertanyaan Dave. Percuma dia menjawab pria itu, jelas Dave tidak akan percaya.
"Mas, Aulia kok jahat banget sama aku. Padahal aku cuma tanya mau ke mana, tapi tiba-tiba dia menghampiriku dan mendorong ku dari kursi roda. Bukan itu saja dia juga mencakar wajah ku." bohong Lusia mengadukan Aulia dengan fitnah.
Dave menatap Aulia marah bercampur kecewa. Dave pikir Aulia seorang gadis yang baik. Tapi tidak menyangka kalau ternyata Aulia sanggup melakukan tindak kekasaran pada Lusia.
"Benar kau melakukan itu, Aulia?" Tanya Dave keluar urat-urat dari dahi pria itu menggambarkan kalau dia sangat marah.
"Untuk apa kau bertanya? Kalau kenyataannya cuma dia yang kau percaya?" Jawab Aulia berusaha menegakkan hati melihat sikap Dave yang tidak mencari tahu dulu sebelum menyalahkannya.
"Apa maksud mu bicara seperti itu? Kau ingin bilang kalau Lusia hanya berbohong? Lantas bagaimana caranya dia berbohong? Bukankah sudah jelas kalau dia tidak bisa berjalan! Apa memang ini aslimu? Berpura-pura baik, padahal kau itu wanita jahat!"
Kata-kata Dave menembus hingga ke jantung Aulia. Ternyata Dave masih sangat mencintai Lusia, sehingga begitu mudahnya Dave percaya apapun yang dibilang Lusia, padahal itu belum tentu benar.
Aulia tersenyum getir. "Iya, aku memang perempuan jahat. Emang benar aku yang mencakar wajah Lusia, dan aku juga yang mendorongnya dari kursi roda. Supaya dia segera mati, dan aku bisa menguasai semua hartamu!" Ucap Aulia berkaca-kaca menatap Dave.
Terlalu sakit sering difitnah oleh Lusia. Sehingga Aulia membenarkan semua tuduhan padanya.
Dave terlihat sangat kecewa. "Jadi benar begitu?" Dave mengepal erat kedua tangannya.
Zavian hanya diam tidak berani berkomentar menyaksikan pertengkaran antara Aulia dengan teman baiknya.
"Benar kok. Cuma laki-laki pecundang kayak kamu yang mau percaya sama aku! Cuma laki-laki pecundang seperti kamu yang mau dibodohi! Cuma laki-laki pecundang kayak kamu yang tidak tahu mana benar dan mana salah! Sampai-sampai orang lain bisa memanfaatkan kebodohan mu!" Ucap Aulia meneteskan air mata.
Jelas Aulia sedang membahas tentang Lusia yang memanfaatkan Dave karena terlalu mencintai Lusia. Sehingga Lusia begitu mudah mempermainkan Dave selama bertahun-tahun dengan semua kebohongannya.
Dave tak bisa menahan diri. Dave mengayun tangan ingin menampar Aulia.
Tak!
Tangan Dave ditahan oleh Vegam yang hampir mendarat di pipi Aulia.
Dave menatap murka Vegam yang berani masuk campur dengan urusan rumah tangganya.
"Lusia jatuh dan wajahnya terluka. Cukup satu orang yang terluka, jangan melukai kedua istrimu." Ucap Vegam berdiri di antara Vegam dan Aulia sengaja menjadi tameng untuk Aulia.
Rahang Dave mengeras. Dia sangat benci melihat pembelaan Vegam pada Aulia. Dalam dada bercampur aduk antara marah dan cemburu.
"Jangan masuk campur dengan urusan rumah tangga ku!" Dave menarik kerah baju Vegam.
Kedua laki-laki jangkung itu berdiri tegak sama-sama saling bertatapan.
"Aku tidak berniat masuk campur. Hanya saja kejadiannya kebetulan ada aku di sini." Jawab Vegam tenang.
"Kau berbohong. Apa kau menyukai Aulia!" Geram Dave menyadari tindakan Vegam yang seperti sering melindungi Aulia setiap kali berada di dekat istri keduanya.
"Tidak, aku tidak menyukainya," jawab Vegam justru membuat hati Aulia tambah bersedih.
"Jangan bohong kamu!" Bentak Dave.
"Benar, aku memang tidak menyukainya. Tapi aku mencintainya." Ujar Vegam berani sembari menatap kedua mata Dave yang memerah.
Brugh!
Sebuah bogem mentah mendarat di rahang Vegam.
Vegam tersenyum menarik salah satu sudut bibirnya. "Hanya laki-laki pecundang, yang tidak bisa melihat kebenaran." ucap Vegam mengusap darah yang mengalir dari bibirnya bekas bogem Dave.
Vegam menatap Aulia yang menatapnya teduh. "Kau akan menyesali semua perbuatan mu. Saat kau tahu bagaimana dia berkorban untuk darah daging mu." ucap Vegam mengusap air mata Aulia di depan Dave yang terdiam mendengar kata-kata Vegam.