Garis hidup Jossy Jeanette berubah seratus delapan puluh derajat ketika dia bertemu dengan Joshua, CEO tampan yang mendadak menjadi kekasihnya, akan tetapi hubungan mereka berdua harus disembunyikan dari siapapun sesuai permintaan sang CEO itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Tawaran Sepuluh Miliar
Jossy Jeanette tersentak kaget saat sejumlah pria berpakaian jas hitam, lengkap dengan dasinya berdatangan ke toko parfum, tempatnya bekerja di Mall Maxx.
Mereka menjemput Jossy untuk berjumpa dengan Josua Maxim.
"Mari ikut kami, nona Jossy !" kata salah satu pria berpakaian setelan jas hitam kepada Jossy.
"Kemana ?" tanya Jossy takut-takut.
"Tuan Josua sudah menunggu kedatangan anda ke ruangan kerjanya sekarang ini, dan beliau meminta kami menjemput anda kemari", sahut pria gagah itu dengan sikap sopannya.
"Oh, ya, baiklah'', kata Jossy segera menanggapi ajakan mereka.
Vania terburu-buru menahan bahu Jossy supaya rekan kerjanya itu tidak melanjutkan langkah kakinya, untuk mengikuti langkah kaki orang-orang berseragam setelan jas hitam lengkap itu.
"Jangan pergi, Jossy !" cegahnya cemas.
"Tidak apa-apa, Vania", sahut Jossy tenang.
"Tapi kamu tidak mengenal mereka semua, siapa tahu mereka berniat jahat padamu, Jossy'', kata Vania yang masih menahan Jossy.
"Tidak, Vania", sahut Jossy seraya tersenyum manis.
"Tidak bagaimana ? Kemarin saja, kamu dikejar-kejar orang-orang tak dikenal yang ingin menangkapmu dan sekarang datang mereka yang juga tidak tahu asal usulnya, Jossy ?!" kata Vania cemas.
"Sekarang ini, mereka adalah orang-orang yang dikirim oleh teman kenalanku itu, tidak apa-apa, jadi tenanglah, Vania", ucap Jossy.
"Apa kau yakin, Jossy ?" tanya Vania dengan sikap takut.
Seseorang langsung menjauhkan Vania dari Jossy Jeanette sambil berkata tegas.
"Tolong, jangan halangi dia !" ucap seorang pria seraya memandang dari sudut matanya yang tajam ke arah Vania.
"Ya, ampun, kasar sekali", kata Vania sembari menyingkir menjauh dari Jossy Jeanette.
"Aku pergi dulu, Vania !" ucap Jossy sembari melambaikan tangan kepada Vania.
Vania segera menjawab dengan membalas lambaian tangan Jossy Jeanette ke arahnya.
"Ya, Jossy ! Berhati-hatilah !" pesan Vania.
"Daaagh, Vania !" sahut Jossy seraya melangkah pergi bersama orang-orang suruhan Josua Maxim yang datang menjemputnya.
Sejumlah orang berseragam setelan jas warna hitam lengkap sedang berjalan mengiringi langkah kaki Jossy Jeanette menuju ke ruangan kerja milik Josua Maxim, CEO Mall Maxx ini.
Terlihat Vania di depan toko, hanya berdiri memandangi ke arah Jossy Jeanette dari arah kejauhan.
"Beruntung sekali, Jossy...", gumamnya kagum.
Jossy terus melangkah cepat dengan diiringi oleh orang-orang suruhan Josua Maxim yang datang menjemputnya.
Mereka berjalan berbelok ke arah barat dari bagian Mall Maxx ini menuju ke arah lokasi Lift berada.
Sejumlah pengunjung Mall teralihkan perhatian mereka kepada Jossy Jeanette yang berjalan bersama-sama orang-orang berseragam setelan jas hitam itu.
Tak butuh waktu lama, Jossy beserta orang-orang yang mengawalnya telah naik ke lantai atas menuju ke ruangan kerja Josua Maxim.
Krieeet... !
Pintu dihadapan Jossy terbuka pelan, seseorang membukakan pintu teruntuk dirinya seusai salah satu orang yang mengawalnya mengetuk pintu tersebut.
"Silahkan masuk, nona Jossy !" sapa pria berpakaian jas warna abu-abu metalik.
"Terimakasih, Matt", sahut Jossy dengan senyuman ramah.
"Josua telah menunggumu di ruangan kerjanya, dan semoga hari mu menyenangkan, nona Jossy", ucap Matt.
"Terimakasih, Matt", jawab Jossy dengan anggukkan kepala ringan.
Matt keluar dari ruangan kerja milik Josua Maxim lalu menutup rapat pintu itu dengan pelannya.
Tinggal Jossy Jeanette sendirian di dalam ruangan kerja itu sembari menata hatinya supaya tenang.
"Tenang ! Tenang, Jossy ! Tidak ada apa-apa !" ucapnya dengan menenangkan dirinya.
Jossy melangkahkan kakinya, memasuki ruangan kerja Josua yang berada di dalam sana.
Sebuah ruangan kerja yang luas serta dilengkapi fasilitas lux berskala internasional terpajang di seluruh ruangan ini.
Jossy berjalan dengan langkah hati-hati sembari terus mengatur detak jantungnya yang terus berdetak keras.
"Selamat datang, Jossy !" sapa Josua dari kursi kerjanya seraya memandang ke arah Jossy.
"Selamat pagi...", sahut Jossy basa-basi, hanya menutupi perasaannya yang kalut.
"Lama sekali datangnya, kenapa menunggu dijemput, Jossy", kata Josua.
"Maaf, bukan wewenangku pergi diluar jam kerja, bisa-bisa manajer toko tempatku bekerja memecatku jika aku melanggar peraturan kerja toko", sahut Jossy.
"Kenapa tidak kamu katakan saja kalau aku yang menyuruhmu, untuk menemuiku ?" tanya Josua.
"Aku lupa mengatakan hal itu", sahut Jossy.
Josua sangat sibuk dengan pekerjaannya, dan dia terlihat menulis serius diatas meja kerjanya.
"Kenapa memanggilku datang kemari ?" tanya Jossy sambil memperhatikan meja kerja Josua yang dipenuhi oleh tumpukan map laporan serta sebuah laptop kerja di sudut meja.
"Duduklah dulu !" sahut Josua.
"Mmm, baiklah, aku akan duduk disini", kata Jossy sembari duduk dengan sikap hati-hati.
"Maaf, tidak bisa menjemputmu sendiri ke tempat kerjamu", ucap Josua.
"Tidak apa-apa karena aku tahu kalau kau sibuk sekali", sahut Jossy.
"Baiklah, aku langsung saja dengan tujuanku, kenapa aku memanggilmu datang ke ruangan kerjaku", kata Josua.
Josua menutup map di atas meja kerjanya lalu menatap serius ke arah Jossy Jeanette.
"Ya, iya...", sahut Jossy sembari membalas tatapan Josua kepadanya.
"Kita mulai pada intinya, dan kuharap kamu tidak terkejut saat mendengarnya, Jossy", kata Josua.
"Baiklah, aku akan mendengarkannya", sahut Jossy.
"Aku mempunyai tawaran menarik teruntuk mu dan ini sangat istimewa bagi mu, kuharap kamu setuju dengan tawaranku ini", lanjut Josua Maxim.
"Tawaran apa kalau aku boleh tahu ?" tanya Jossy.
"Aku menawarkan padamu, uang sebesar sepuluh miliar, untuk kamu gunakan membayar hutang Zieya kepada Alfa", sahut Josua.
Jossy tertegun diam.
"Yah, tapi tawaran ini tidak serta merta gratis karena aku memiliki tawaran lainnya sebagai jaminan uang sepuluh miliar yang kutawarkan kepadamu", lanjut Josua sembari menatap serius kepada Jossy.
"Jaminan ? Jaminan apa maksudmu ?" sahut Jossy tak mengerti.
"Aku memberimu uang sepuluh miliar agar kamu bisa membayar hutang Zieya kepada Alfa dan Robert tapi aku meminta balas jasa dari bantuan itu jika kamu menerimanya'', kata Josua serius.
"Balas jasa apa yang anda minta dariku, tuan Josua ?" sahut Jossy.
"Menjadi kekasihku", ucap Josua cepat.
"Ya, ampun, tawaran itu lagi, bukankah sudah aku katakan bahwa aku tidak bisa menerimanya, tuan Josua", kata Jossy.
Josua menyodorkan sebuah map di atas meja kepada Jossy seraya berkata tegas.
"Silahkan kamu tanda tangani perjanjian ini maka aku akan segera memberimu uang sebesar sepuluh miliar kontan saat ini juga", kata Josua. "Syaratnya juga sangat mudah, kamu tidak perlu mengatakan pada semua orang bahwa kita berpacaran, Jossy !"
Jossy tertawa ringan, namun wajahnya terlihat murung.
"Bagaimana anda menawarkan hal yang tidak masuk akal itu kepadaku sedangkan aku tidak mungkin dapat menerima tawaran tersebut, tuan Josua Maxim", kata Jossy seraya menolak secara halus.
Jossy menatap sedih ke arah map di atas meja kerja Josua Maxim.
"Dengan syarat, aku harus menyembunyikan hubungan kita nanti pada semua orang", lanjutnya bertambah murung.
"Jika kamu mau menerima tawaran ini, terus terang aku juga membutuhkanmu, untuk suatu tugas lainnya", kata Josua.
"Pada siapa pun juga, aku harus menyembunyikan hubungan kita nanti jika kita menjalin hubungan dekat ?" tanya Jossy.
"Ya, seperti itu syaratnya...", sahut Josua seraya menyatukan jari-jemari tangannya.
"Mana mungkin, tuan Josua Maxim ?!" kata Jossy.
Josua Maxim terperangah kaget setelah mendengar jawaban Jossy lalu menjawab.
"Panggil saja dengan nama, tanpa tuan", sahut Josua meralat ucapan Jossy Jeanette.
"Aku tidak bisa melakukannya, Josua", kata Jossy seraya beranjak berdiri dari tempatnya duduk.
Jossy menyibakkan rambut panjangnya yang tergerai indah ke arah balik telinga.
"Cari saja perempuan lainnya yang mau dengan tawaranmu itu, mungkin saja, mereka akan bersedia menjadi kekasih rahasiamu itu, Josua", kata Jossy tanpa berpaling lagi ke arah Josua Maxim.
Jossy tergesa-gesa pergi dari hadapan Josua Maxim lalu meninggalkan ruangan kerja itu, dan berjalan cepat menuju keluar ruangan, sedangkan Josua Maxim masih terus duduk terdiam dengan tatapan lurus tanpa bersuara sedikit pun, saat dia melihat reaksi dari Jossy Jeanette yang menolak tawaran yang dia berikan baru saja.