“15 menit, lakukan semuanya untuk membuatmu hamil dalam kurun waktu itu! Saya tidak menerima waktu lebih dari itu” Suara dingin dari seorang pria berhasil membuat wanita yang tengah berdiri gugup dengan pakaian renda tipis itu mematung.
Bau alkohol yang sangat keras menyeruak di indra penciumannya. Tidak pernah Layla sangka hidupnya akan berakhir seperti ini.
Menikahi siri dengan suami orang hanya untuk menyewakan rahimnya karena pasangan ini tidak bisa memiliki keturunan.
Tapi, apa katanya tadi? 15 menit untuk melakukan semuanya? Bagaimana bisa?
Melihat tak ada sahutan sama sekali dari wanita ini membuat pria itu menghela napas panjang dan hendak berbalik pergi, namun Layla, wanita itu menahan tangan pria itu.
“P-pak Saka…saya akan berusaha melakukannya dalam waktu 15 menit, asalkan Pak Saka bisa memberikan saya 300 juta setelah ini,” ujar Layla dengan suara yang bergetar, bahkan matanya tak berani menatap mata tajam nan dingin milik pria berkuasa yang ada di depannya ini.
Adisaka Tahta Hirawan, mendengar namanya saja sudah membuat Layla tertohok. Bagaimana tidak? Pria ini adalah salah satu pebisnis paling sukses yang diberkati dengan wajah tampan bak malaikat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon serena fawke, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 15
Saka mengetuk-ngetukkan jemarinya dengan ketukan tak beraturan. Sudah lama sekali semenjak dia melihat Layla keluar dengan terburu buru tadi.
Pria itu berusaha acuh tapi setelah lebihd dari 30 menit wanita itu tidak kunjung kembali kesabarannya mulai menipis. Ditambah, rapat dewan direksi yang direncanakan hanya akan berlangsung selama 3 jam kini molor menjadi 4 jam lebih.
Tentu Saka tak menganggap itu kesalahannya karena dia tidakk akan menyelesaikan rapat jika pembahasannya belum selesai, itu adalah gaya kerjanya.
Tapi, sudah beberapa kali pria itu berusaha mengabaikan sekretaris pribadinya itu karena mengira mungkin wanita itu masih memikirkan kejadia tadi saat dia terjatuh tapi ujung ujungnya gagal.
Setiap ada suara pintu berbunyi Saka secara tak sadar langsung menoleh dan melihat berpikir itu Layla tapi selalu orang lain, sampai kesabarannya habis total.
Orang yang sedang presentasi diabaikan oleh pria berbadan tinggi jangkung itu. Tanpa aba-aba dia berdiri dan berkata,” Rapat selesai lanjutkan besok,” ujarnya membuat pegawai yang memang belum kebagian presentasi bisa bernapas lega setidaknya dia punya satu hari untuk mempersiapkan segalanya agar tidak dicerca habis habisan olehnya.
Brak!
”Huhh....jantungku hampir copot.” Para dewan direksi di ruangan itu sontak memegang dadanya ketika Saka keluar dengan membanting pintu.
”Lama lama bisa gila aku di sini punya bos sekiller Pak Saka.” Semua dewan direksi itu mengangguk setuju mereka hanya bisa pasrah sambil menyenderkan tubuhnya ke kursi.
”Sejak hari pertama tidak pernah aku lihat suasana hatinya baik, apa benar karena istrinya tidak pernah di rumah?” Mereka mulai bergossip. Kebetulan dewan direksi senior sudah terlebih dahulu keluar dengan terburu buru dan tersisa hanya beberapa dewan direksi yang lebih muda.
Diantaranyaa ada Bu Pamela disana selaku perwakilan dari divisi pemasaran dan penjualan. ”Kemarin katanya Nyonya Meira ke sini aku dengar hanya untuk meminta kartu lagi, tidak heran jika Pak Saka tergoda untuk mencari wanita lain,” ucapnya.
Pamela mendengus kesal. ”Memangnya apa yang bagus dari wanita itu? Terlihat sama saja, seperti wanita murahan pada umumnya, aneh jika Pak Saka sampai mau menerimanya seperti itu.” Semuanya terdiam.
”Sebenarnya aku melihat Layla cantik, sangat cantik malahan. Hanya make up tipis dan pakaian sederhana tapi terlihat sangat mewah kalian juga berpikir sama kan?”
”Cantik apanya? Secantik cantiknya wanita kayak gitu, tetep gak pantes bersanding sama Pak Saka. Dia salah satu pewaris keluarga Hirawan apa yang wanita itu pikir untuk bermain main dengannya?”
“Memangnya benar Bu Pamela? Layla...dia menggoda Pak Saka sama seperti dia menggoda suami Ibu?” Salah satu dari mereka bertanya, selaku Pamela yang menyebarkan fitnah tak berdasar itu.
”Kalian gak percaya sama saya? Kalau gak percaya gak usah!” ucapnya marah lalu langsung meninggalkan ruangan. Rasanya dia kesal sekali mendengar ada yang memuji wanita ular itu.
Disisi lain, Saka keluar ruangannya dan matanya menyisir seluruh sudut di lantai 10 itu. Tak ada pegawai satupun yang berani menatapnya, semuanya pura pura fokus bekerja karena memang jam istrihat sudah selesai.
Saka menghembuskan napasnya kasar. Dia mengambil ponselnya di saku jasnya dan mencari kontak Layla yang dia dapat dari CV wanita itu. ’Anabella’ sejak awal sudah dia beri nama seperti itu. Saka mencoba menelponnya, berdering namun tidak ada jawaban sama sekali.
”Sial! Diamana sebenarnya wanita utu?” kesal Saka. Entah kenapa dia begitu terpengaruh karena Layla seenaknya saja pergi tanpa izinnya dan kini tidak kembali sama sekali padahal dia menghentikan rapat hanya untuk mencarinya.
”Apa dia kabur?” gumam Saka menimang nimang. Ya itu bisa saja terjadi mengingat hubungan mereka yang memang terjalin atas dasar pengancaman tapi kalau memang benar Saka tidak akan terima. Berani beraninya wanita itu kabur darinya setelah semua ini?
Lihat saja,Saka bisa mencarinya hingga ke ujung dunia hanya dengan jentikan jarinya, mengingat koneksi yang dia punya.
Pria itu tanpa bepikir panjang langsung menghubungi nomor Johan. Rahangnya mengeras mengingat betapa marahnya dia saat ini, berani beraninya wanita itu kabur dan Saka melihatnya dengan jelas saat dia keluar dari rapat.
Sudah hampir satu jam yang lalu jika memang dia kabur pasti sudah sangat jauh. Saka berpikir saat dering telpon itu berbunyi dan suara Johan langsung terdengar di seberang sana.
”Layla, wanita itu sepertinya kabur. Lacak semua cctv dan kereta di dekat sini. Bawa seluruh informasi pribadinya termasuk tempat tinggalnya ke mejaku 15 menit lagi.”
Johan hampir tersedak saat mendengar itu tapi Saka tak memberikannya waktu untuk menyanggah ataupun menolak langsung dimatikan oleh pria itu.
Saka berjalan dengan langkah yang panjang sembari menyisir rambutnya ke belakang, tangannya melonggarkan dasinya yang terasa mencekiknya.
Tidak ada satupun hal yang berjalan benar hari ini. Anggota rapat membuatnya kesal bukan main dan seakan tidak puas disana Layla juga berani beraninya untuk bermain main dengannya.
”Anabella....lihat saja sekali aku menemukanmu jangan harap bisa kabur untuk kedua kalinya,” ucap pria itu dengan suara beratnya.
Dia hendak berjalan masuk ke kantornya sembari menunggu kabar dari Johan tetapi samar samar dia mendengar pegawainya membicarakan toilet wanita yang katanya mati lampu sejak satu jam yang lalu.
”Tidak hanya itu, sepertinya gedung ini angker. Pak Han juga mendengar ada suara wanita menangis di dalam sana, aku semakin merinding!”
Saka berhenti total. Bukan karena percaya dengan omong kosong tentang hantu itu melainkan dia merasa ada yang aneh apalagi itu bertepatan dengan menghilangnya Layla.
”Aku tidak berani masuk, tadi Mela dan Fani ke toilet dan mengatakan lampunya tiba tiba mati dan ada suara wanita menangis sampai sekarang tidak ada yang berani masuk ke sana mendekatpun merinding.”
Saka tak membuang buang waktu. Dia berlari dengan jantung berdebar kencang. Firasatnya jarang meleset dan dia akan membuktikannya dengan mata kepalanya sendiri.
Namun sebelum dia masuk Saka berhenti sejenak di lorong perbatasan antara toilet pria dan wanita. Walau dia CEO di perusahaan ini tetapi hukuman untuk pria yang masuk ke toilet wanita itu tidak main main, apalagi di perusahaan Hirawan yang sangat menjunjung tinggi moral.
”Ah! Persetan dengan itu!” Saka masuk tanpa ragu kedalam toilet itu. Entah seberapa besar dendanya dia akan membayarnya tanpa berpikir, yang pasti sekarang dia ingin memastikan asumsinya benar atau tidak.
Saat Saka masuk benar saja lampu sudah mati total. Saka mengetuk satu persatu pintu dan semuanya terbuka karena memang kosong. Hingga ada pintu terakhir di bilik paling ujung. Sangat gelap hingga Saka harus menyalasan flash ponselnya untuk melihat jalan.
”Anabella!” ucapnya pelan. Walau dia bisa saja mempermalukan dirinya karena dia awalnya berpikir dengan sangat yakin kalau Layla sudah kabur tetapi disinilah dia sekarang berharap dia tidak salah.
”T-tolong.....” Suara lirih wanita terdengar di dalam sana, membuat Saka sontak berlari mendekat dan hendak membuka pintu itu namun alangkah terkejutnya dia melihat pintu toilet itu terkunci dari luar.
Darahnya mendidih melihat itu. Siapa yang berani beraninya melakukan ini pada Layla? ”Shh sial!” umpatnya tajam lalu membuka pintunya dengan cepat.
Tepat saat Saka membukanya, Layla berdiri di sana dengan wajah yang pucat. ”Anabell—
Bruk!
Layla jatuh tepat di pelukan Saka. Wanita malang itu kehilangan kesadarannya karena kelelahan berteriak dan menangis disnaa, apalagi kondisinya yang belum makan sama sekali.
Tanpa berpikir panjang Saka mengangkat tubuh Layla ala bridal keluar dari toilet. Semua mata tertuju dengan mata melotot tak percaya saat melihat adegan itu seperti penggalan adegan film.
Saka dengan tubuh tinggi proposionalnya sedang mengangkat ala bridal Layla yang tak sadarkan diri. Johan datang di belakang tepat waktu dan langsung mengejar Saka saat melihat itu.
”Siapkan mobil cepat!” titah pria itu membuat Johan tak banyak bicara lagi dan langsung menyiapkannya. Saka ke basmeent melewati lift pribadinya sehingga tidak banyak yang melihat adegan itu.
”Aku akan membawanya ke rumah sakit sendiri. Cari pegawai yang mengunci Anabella di toilet dan infokan padaku secepatnya.”
”A-pa?” Johan bertanya syok. Bahkan dia sampai tak sadar ada panggilan spesial dari Saka untuk wanita itu.