Kiara, seorang peri naga terakhir memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena sang ibu, Ratu Oceana, memaksanya untuk menikah dengan Lucifer, Sang Iblis Jahat yang tinggal dilaut dalam . Tapi benang takdir membawanya bertransmigrasi kedunia manusia, akankah kali ini hidupnya bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Anggora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
masa lalu bu wati
Ujang dan melati kaget setengah mati mendengar kebenaran itu.
" bagaimana ibu bisa tahu hal.ini?" tanya melati
"sebenarnya......"
Flashback
Seorang pria gagah keluar dari mobil dengan menenteng sebuah koper hitam. Dengan senyum terpatri diwajah tampannya, ia percaya diri melenggangkan kaki kearah rumah bercat biru.
" permisi"
Tok tok tok
" permisi"
Krietttt
Pintu terbuka.menampilkan bapak bapak berumur 45 tahun . Bapak itu hanya memakai kaus singlet dan sarung serta hihid* ditangannya.
" heh.. mau apa kau kemari?"
" punten pak, sebelumnya perkenalkan saya Darma. Saya datang kemari berniat ingin melamar putri bapak, neng wati."
si bapak tampak ragu ragu.
" kamu sudah kerja?"
" sudah pak, saya kerja di sebuah pabrik roti dijakarta"
" hmhhhh bagian apa?"
" saya bagian packing pak"
" ohhh .. Pasti gajinya kecil"
Ujar pak Ahmad dengan senyum.meremehkan.
" kau tahu kan , wati adalah putriku satu satunya. Dan dia sudah biasa hidup mewah sedari kecil . Setelah dipikir pikir, aku merasa kasihan jika putriku harus menikah dengan gembel sepertimu. memangnya wati mau kamu kasih makan apa, hah?"
Darma meringis . Hatinya terasa pilu mendengar kata kata yang keluar dari mulut pak Ahmad. Tapi ia tak bisa membantahnya, karena itu semua memang benar. Ia hanyalah anak seorang petani biasa. Sedangkan wati, adalah anak juragan tanah di desa ini. Pak ahmad, ayahnya terkenal karena menjadi petani yang sukses. Ia berhasil menjadi pemasok beras ke kota kota besar. Bahkan ayahnya darma juga sering bekerja pada pak ahmad .
" saya tahu pak, sekarang saya memang tak punya apa apa . Tapi saya yakin dan akan berusaha menjadi sukses agar bisa membahagiakan neng wati."
"hahaha...."
Pak ahmad tertawa terbahak bahak menimbulkan getaran pada perutnya.
" kau ini sangat lucu. Tapi sekali tidak tetap tidak. Aku sudah menjodohkan wati dengan seorang pemuda dari kota. Ia adalah seorang mahasiswa yang sebentar lagi lulus . Ia berprofesi sebagai mandor disebuah perusahaan. . Maafkan aku, tapi ini keputusanku. Aku tak bisa membiarkan putriku terlunta lunta dengan pria yang masih belum matang. Tolong hargai keputusanku"
Kata pak ahmad sambil menepuk bahu darma.
mereka berbincang bincang beberapa lama, setelah satu jam lamanya, darma pamit undur diri . Pak ahmad memperhatikan kepergian darma dengan mobilnya.
Pak ahmad lalu masuk kerumah. Disana sudah ada wati yang menangis di kursi.
" wati sudah dengar semuanya pak, bapak jahat ! Kenapa tak membiarkan wati menikah dengan kang darma?"
" wati bapak tahu yang terbaik untukmu. Prasetya adalah pria yang baik. pekerjaannya juga bagus , kamu pasti akan bahagia."
" tapi pak, wati cuma cinta sama kang darma . Wati gak kenal sama prasetya , apalagi mencintainya. "
" cinta akan datang seiring waktu berjalan nak, percaya sama bapak. Bapak tahu betul, darma itu jahat. Ia tak baik untukmu. Bapak mohon percaya sama bapak kali ini saja"
" gak , bapak jahat , bapak menuduh kang darma yang tidak tidak "
Wati pergi dari hadapan pak ahmad. Tangisnya mengiringi setiap langkahnya.
Pak ahmad termenung di kursinya," wati, andai kamu tahu kebenarannya."
Wati menangis tersedu sedu dikamarnya. Ia tak menyangka bapaknya akan menorehkan luka dalam dihatinya. Ia berencana untuk kabur dari rumah .
" jika aku tak bisa menikah dengan kang darma, maka tidak dengan siapapun"
Wati memasukan beberapa baju dan keperluannya kedalam sebuah tas ransel . Ia lalu membuka jendela kamarnya dan keluar dari sana. Wati berjalan mengendap endap agar tidak ketahuan .
wati mengambil jalan pintas agar cepat sampai di pertigaan. Biasanya disana banyak ojeg ojeg mangkal.
Sampai dipertigaan wati lalu naik ojeg menuju ke terminal. dipikirannya kini hanyalah satu, harus pergi dari kampung ini apapun yang terjadi.
Wati sudah sampai diterminal . Kini ia naik bus berwarna biru.
Wati duduk didekat jendela.
Kernet bus bertanya pada wati," mau kemana tujuannya neng?"
wati bingung tak memiliki tujuan . Ia menggelengkan kepalanya.
Seorang wanita muda yang duduk disamping wati iba melihatnya. Terlihat pakaian dan rambut wati acak acakan.
" kamu lagi ada masalah ya?"
Wati menggeleng.
" terus sekarang kamu mau kemana?"
wati menggeleng lagi.
Wanita itu menghela nafas dalam.
" aku Sari, rumahku tak jauh dari sini. Kalau kamu mau , kamu bisa singgah dulu dirumahku sampai kamu punya tujuan yang jelas. Bagaimana?"
Wati mengangguk . Hatinya tak merasakan gelagat aneh dari Sari. Ia merasa Sari orang yang baik.
" kamu kalau ada masalah bisa cerita ke aku, aku bisa jadi pendengar yang baik"
Sari hanya membalasnya dengan anggukan.
Tak lama sari dan wati sudah sampai dikampung sari. Keduanya turun dari bus dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki.
setelah 5 menit berjalan , Sari dan Wati pun sampai dirumah. Ibu Sari menyambut hangat anaknya.
" nak , ini siapa?"
" dia ....?" Sari tak tahu nama Wati. Sedari tadi ia tak bertanya hal itu
" saya Wati bu, "
" kasihan bu, wati ini tak punya tujuan. Dia sepertinya sedang ada masalah. Jadi aku membawanya kemari, tak apa kan bu?"
" iya tak apa apa. Mari masuk , ibu sudah menyiapkan sayur lodeh dan ikan bawal goreng "
Setelah seminggu wati dan sari dirumah , Wati diajak Sari bekerja dijakrta sebagai ART . Setelah itu Wati selalu berada disamping Sari. Mereka selalu bersama kemana pun pergi. Sampai suatu saat seorang pria bernama Aldi datang kerumah dan melamar Sari. Sari menikah dengan Aldi kemudian mereka pindah ke kalimantan karena pekerjaan Aldi dipindahkan kesana.
Tangis haru dan bahagia menyelimuti keluarga kecil itu. Ibu Sari berusaha ikhlas melepas Sari dengan suaminya. semenjak itu, Wati tinggal dikampung. Ia tak pergi lagi ke kota, ia menemani Ibunya Sari, Bu Ningsih hingga kemudian bu Ningsih meninggal. Wati diberikan sepetak sawah oleh bu Ningsih sepeninggalnya.
Wati lalu hidup sendiri sambil mengurus sawah dan kebun kebun milik Sari. banyak pria yang datang melamar Wati , tapi ia menolak halus semua lamaran itu. Ia tak berniat untuk berumah tangga. Lukanya dimasa lalu masih membekas diingatan .
wati menjalani hari harinya dengan kesibukan tiada henti . Ia baru akan pulang kerumah saat hari sudah sore.
Wati berkebun aneka sayuran dan juga bertanam padi. Ia yang tak memiliki modal memilih mengerjakan semua proses itu sendiri. Mulai dari menanam , memupuk sampai menyiangi rumput. berkat ketekunannya ia mampu membeli sepasang kambing . kini sepasang kambing itu telah beranak pinak . Usaha memang tidak pernah menghianati hasil.
Di suatu hari yang cerah, saat Wati akan pergi merumput untuk kambing kambingnya, ia melihat seorang pria tengah sibuk memindahkan barang barang dari dalam mobil besar.
" hati hati, kursi itu mahal. Bahkan gajimu takan mampu untuk membayarnya" kata seorang pria dengan kacamata hitam .
" siapa dia? Oh mungkin warga baru "
" hai nona, long time no see???" kata pria itu sambil melepas kacamata hitamnya.
" k k kang darma?"