Awalnya Elodie adalah ibu rumah tangga biasa. Istri yang penurut dan ibu yang penuh kasih. Namun sebuah kecelakaan mengubah segalanya.
Sikap dan Perilaku wanita itu berubah 180 derajat. Melupakan segala cinta untuk sang suami dan putra semata wayangnya. Mulai membangkang, berperilaku sesuka hati seingatnya di saat 19 tahun. Namun justru itu memberi warna baru, membuat Grayson menyadari betapa penting istri yang diremehkannya selama ini.
"Mommy."
"Nak, aku bukan mommy kamu."
"Elodie Estelle."
"Grayson Grassel, ayo kita bercerai!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 ~ Selingkuh?
"Gray ada pekerjaan di kota B, seminggu ke depan akan menetap di sana. Ini kesempatan kamu untuk mendekatinya."
Elodie yang mendengar jelas perkataan mama Feli mengabaikan wanita itu. Ia tetap berjalan, melewati sang mertua yang segera mematikan sambungan ponsel.
"Mau kemana kau?" tanya mama Feli yang tidak dijawab Elodie. Wanita itu menggeram, ia bergerak cepat untuk meraih lengan sang menantu tidak dianggapnya itu.
"Aku sedang berbicara padamu."
Elodie memutar bola matanya malas. "Bertemu teman."
"Oh. Jadi begini ya kelakuanmu saat Gray tidak di rumah? Keluyuran tidak jelas?"
"Aku bertemu teman. Sekali pun aku keluyuran atau pun selingkuh bukankah lebih bagus? Keinginanmu untuk memisahkan kami akan lebih mudah."
Mama Feli terdiam sejenak. Wanita itu berpikir tentang ada benarnya perkataan Elodie. Ia akhirnya melepas tangan Elodie yang langsung berjalan pergi.
"Tapi kalau orang luar tahu dia selingkuh, nama baik keluarga Grassel akan dipertaruhkan. Tidak bisa, aku harus mengikutinya."
...
"Elli." Clara yang duduk di sudut kafe langganan mereka itu melambai dengan satu tangan.
Elodie tersenyum, wanita itu menghampiri sahabatnya yang tentu bergelut dengan kertas jika ada waktu luang.
"Wah, kamu sudah menemukan inspirasi?" tanya Elodie saat melihat desain Clara yang hampir jadi. Gadis itu mendadak tersenyum-senyum, membuat Elodie menatapnya curiga.
"Sepertinya objek desain kamu ini tidak sederhana, ya?" tanya Elodie dengan menyelidik.
"Apanya? enggak tuh, aku cuma terinspirasi dari bola mata biru yang sedalam lautan. Lihat, aku akan mewarnai biru di sini, bukankah akan sangat indah?"
"Ya, indah. Seindah seorang pria berbola mata biru kan?"
"Dari mana kamu tahu?"
"Lihat!" Elodie mendekat dan menatap Clara lurus-lurus. Gadis itu juga mengikuti perkataan Elodie, namun ia tidak mengerti apa maksud sahabatnya itu.
"Lihat apa?" tanya Clara yang membuat Elodie semakin yakin.
"Mataku juga biru, Ara! Jika dari awal kamu terinspirasi dari mata biru, bukankah tidak perlu menunggu sampai bertemu pria bermata biru? Astaga, aku yakin sahabatku yang polos ini sedang jatuh cinta, kan?"
"A-apa? Mana ada? Enggak tuh." Clara berpura-pura kembali fokus pada desainnya. Elodie tertawa kecil, ia senang. Setidaknya ia tidak melewatkan puber terlambat sahabatnya ini.
"Katakan, dia tampan?"
"Ih, tidak ada!"
"Ayolah Ara! Tidak perlu malu-malu." Elodie meledek sang sahabat hingga tertawa riang. Wanita itu semakin gencar hingga berpindah duduk di samping Clara.
Sementara di sisi lain, mama Feli tampak tercengang dengan apa yang ia lihat. "Tidak mungkin kan?" gumam mama Feli dengan dugaannya yang di luar nalar.
Wanita itu langsung mengeluarkan ponsel dan mengambil gambar Elodie dan Clara. Ia terus memantau dari jauh, pandangannya tidak lepas dari interaksi keduanya hingga gadis yang tidak ia kenal itu menggebrak meja.
Mama Feli langsung menutupi wajahnya dengan buku menu saat Elodie memandang ke arahnya dengan senyuman tidak enak. Sementara Elodie mencubit paha Clara yang telah membuatnya malu.
"Aku kesal Elliii. Bisa-bisanya dia! Memang dari dulu aku enggak pernah suka sama dia! Bahkan sejak dia diperkenalkan Gle...."
"Diperkenalkan siapa?"
"Ya, ya kamu lah. Aku tuh enggak setuju kamu sama dia dulu. Tapi ya kamu aja yang udah kemakan cinta."
"Maka dari itu, kamu udah lihat kegagalan aku karena mudah jatuh cinta kan? Sekarang kamu yang harus selektif dalam memilih. Aku enggak mau kamu menyesal sama seperti aku sekarang."
"Iya, lagian aku enggak jatuh cinta tuh."
"Kamu itu enggak bisa bohong, Ara."
"Sudahlah. Lalu sekarang kamu mau gimana? Tinggallin Grayson?"
"Saat ini belum bisa. Aku enggak mau ninggalin Cedric."
"Cedric?"
"Hem, kamu tahu? Dalam sehari saja aku udah sayang banget sama anak itu. Kalau mau ninggalin dia, rasanya enggak rela."
"Wajar sih, namanya anak kamu. Kamu kecelakaan juga karena menolongnya."
"Aku udah tahu dari bibi Erin."
"Lalu kamu mau gimana sekarang?"
"Penyihir itu bilang aku bisanya cuma masak enak. Jadi ya aku akan manfaatin itu. Aku mau buka restoran, kamu mau jadi donatur aku kan?"
"Restoran, ya?" Clara tampak bimbang dengan usulan sang sahabat. Membuat Elodie menyipitkan mata.
"Jangan bilang kamu juga mau meremehkan aku?" tanya Elodie dengan kesal.
"Bukan! Bukan seperti itu. Sebenarnya kita pernah buka restoran dua tahun yang lalu, tapi akhirnya tutup."
"Hah? Kenapa bisa tutup? Memangnya tidak enak?"
"Bukan masalah tidak enak. Tapi karena sepi pengunjung."
Elodie mengangguk-angguk mengerti. "Tapi aku tetap mau coba," balas Elodie dengan semangat.
Clara yang melihat semangat sang sahabat sempat terpaku. Sudah lama sekali sejak ia melihat Elodie yang seperti ini. "Baiklah, aku akan mendukung apa pun yang mau kamu lakuin sekarang."
Elodie tersenyum senang, begitu juga Clara. "Mau lihat tempatnya?"
"Oh? Langsung ada tempat?"
"Tempat yang kita beli dulu masih ada. Tidak diganggu sama sekali."
Elodie memberikan dua jempol. Kedua gadis itu beranjak untuk pergi. Sementara mama Feli tetap mengikuti dari belakang tanpa ketahuan.
...
"Mereka ngapain masuk ke sana? Jangan-jangan ...." Mama Feli melotot dengan pemikirannya sendiri. Sekarang ia paham, pantas saja Elodie sama sekali tidak marah saat mendengarnya meminta seorang gadis mendekati Gray.
Wanita itu kembali membuka kamera, mengambil foto untuk kesekian kalinya.
"Tempatnya bagus, strategis, tapi kenapa gayanya seperti ini? Pantas saja tidak ada yang tertarik untuk berkunjung." Elodie memutari bangunan itu sembari berujar.
"Kamu sendiri yang mendesain, aku sudah memberikan pendapat tapi kamu tidak mau mendengar."
Elodie menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Masa sih seleraku seperti ini?"
"Kalau tidak? Kamu pikir seleraku seperti ini?"
Elodie tersenyum malu, meski merasa tidak percaya tapi dalam hatinya ia merasa sedikit menyukai gaya eksentrik seperti ini.
"Sudah jam sepuluh kurang, aku harus jemput Cedric."
"Oke, aku juga mau kembali ke kantor."
Mama Feli kembali bersembunyi saat melihat dua gadis itu keluar. Wanita itu kembali mengambil foto. Kali ini ia langsung mengirimkan pada sang putra.
"Istrimu selingkuh. Pantas saja mengabaikanmu."
.
.
.
"Di mana John sekarang?" Gray menatap beberapa bawahan di depannya dengan tajam. Namun tidak ada satu pun yang menjawab, mereka benar-benar tidak tahu di mana keberadaan atasan mereka saat ini.
Gray menggeram, pria itu tengah marah besar, bisa-bisanya ia kecolongan kali ini. Apalagi nominal yang dibawa kabur pria itu tidak kecil jumlahnya. "Katakan pada mereka, cari pria itu sampai dapat!" ujar Gray pada asisten Al yang langsung mengangguk.
"Lalu hentikan pembangunan ini untuk sementara! Kita lanjutkan setelah semua masalah ini beres!"
...
Hari sudah beranjak tengah malam saat Gray kembali ke hotel. Pria itu memijat lehernya lelah, selama seharian penuh ia berkutat pada proyeknya yang hampir mangkrak. Jujur saja pria itu masih tidak percaya, manajer proyek yang sangat ia percaya akan menyeleweng.
Di saat yang sama, seorang wanita berdiri di sampingnya. Keduanya menunggu lift dan Gray sama sekali tidak menoleh. Freya melirik seseorang, wanita itu tersenyum saat orang itu mengangguk.
"Kak Gray?" ujar Freya berpura-pura kaget. Sementara Gray mengernyit, emosinya sedang tidak bagus tapi harus bertemu wanita ini. Sangat menyebalkan, pria itu hanya berdehem ringan sebagai jawaban.
"Aku tidak menyangka akan bertemu Kak Gray di sini."
"Hem."
"Kebetulan aku ada syuting di dekat sini. Kak Gray juga menginap di sini, ya? Lantai berapa?"
"Sudah sampai!" Gray berjalan keluar saat pintu lift terbuka. Pria itu bahkan tidak tahu di lantai berapa sekarang kakinya berpijak
.
.
.
sbnarnya apa sih alasannya El kawin SM lakik model dajall itu
kyknya ada sngkut pautnya SM tmennya si El deh
trus si mertua ada dendam apa sama El ya smpai benci gitu
ksihan si el
emang siapa lagi yg pkai kekerasan dn TDK pyk pri kemanusiaan 😤🙄😒🤬😡😠🤭🤭
jgn mau d rendahkan muku🙄
punya Daddy g ada pendiriannya
tp buat gray kalang kabut biar nyaho😁🤭