Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~13
Setelah memastikan itu adalah Ricko, Demian nampak mengambil ponselnya. Kemudian ia segera merekam Ricko yang sedang mengamen di deretan mobil di depannya.
"Ini tidak bisa di biarkan, bagaimana bisa seorang pengamen bersekolah di sekolahan putriku. Ini akan membawa dampak yang buruk bagi anak-anak yang lain." gerutu Demian.
"Kita bisa menuntutnya tuan dan menyuruh pihak sekolah untuk segera mengeluarkannya." ujar Victor menimpali sembari melirik atasannya tersebut dari balik spion.
Namun Demian sama sekali tak menganggapi saran dari asistennya tersebut.
Ketika lampu traffic light berganti warna hijau, mobil Demian segera melaju kembali melewati Ricko yang sedang berdiri di pinggir jalan.
Bocah tampan berkulit putih itu kini nampak kemerahan karena sengatan matahari, bahkan peluh keringat membasahi rambut dan tubuhnya. Namun tak ada kesedihan di sana, tapi senyum merekah yang menghiasi wajahnya.
Demian yang melihat dari dalam mobilnya, entah kenapa ada perasaan aneh di hatinya yang sulit ia artikan.
"Ah sial, ada apa dengan diriku."
Demian nampak bersandar di kursinya, lalu memegangi dadanya yang terasa bergemuruh.
"Anda baik-baik saja, tuan ?" Victor yang berada di balik kemudinya nampak memperhatikan bossnya dari kaca spion.
Demian mempunyai riwayat jantung bawaan dari lahir, itu sebabnya kedua orangtuanya selalu protect terhadapnya. Meski jarang sekali kambuh, tapi Victor selalu berjaga-jaga sesuai pesan dari tuan besarnya.
"Saya baik-baik saja Vic, sampai jam berapa hari ini pekerjaan saya ?" sahut Demian.
"Nanti malam anda ada jadwal meeting bersama tuan Bram di bar xx, tapi kalau anda tidak bisa biar saya yang menggantikannya." ujar Victor.
"Kamu saja yang datang, hari ini aku ada janji dengan Olive untuk membantunya membuat PR."
Meski bukan anak kandungnya, tapi Demian sangat menyayangi Olive, ia akan berusaha meluangkan waktunya hanya sekedar untuk menemaninya mengerjakan PR atau bermain.
"Baik, tuan."
Di sisi lain, 30 menit sebelum jam pulang sekolah Ricko segera menyudahi mengamennya. Ia bergegas kembali lagi ke sekolahnya dan tak lupa mengenakan seragamnya kembali.
"Nak, kenapa kamu berkeringat seperti itu ?" tanya Ariana ketika menghampiri Ricko yang sedang duduk di kursi.
"Ricko habis bermain bola, Buk." dusta Ricko.
Sedangkan Ariana hanya menggelengkan kepalanya, kemudian ia mengajak Ricko pulang.
Sesampainya di rumah, setelah membersihkan dirinya bocah kecil itu nampak makan dengan lahap. Sepertinya kelelahan membuatnya sangat kelaparan.
Meski lauk di depannya itu hanya berupa nasi, sayur bening dan tempe. Namun Ricko tetap menyantapnya dengan lahap.
Setelah kenyang, Ricko langsung masuk ke kamarnya lalu mengambil uang hasil mengamennya tadi di dalam tasnya.
"127 ribu, semoga ini bisa membantu ibuk."
Ricko langsung memasukkan semua uangnya ke dalam celengan ayam jagonya dan ia berencana akan memecahkannya besok pagi.
Celengan yang dia kumpulkan semenjak kelas 1 waktu tinggal di kampung dulu dan meski isinya tidak banyak tapi paling tidak bisa membantu ibunya membayar iuran laptop di sekolahnya.
Setelah melihat putranya tertidur, Ariana bergegas ke pasar sore itu untuk membeli bahan-bahan kuenya.
Dengan menaiki angkutan umum Ariana pergi ke pasar yang terletak tak jauh dari kantor Demian dan Ariana tak mengetahui itu. Karena menurutnya hanya toko bahan-bahan kue di sana yang harganya sangat miring.
Sesampainya di sana Ariana segera berbelanja dan tak membutuhkan waktu lama ia keluar dengan membawa sekantong besar belanjaan untuk stok 2 hari.
Ariana nampak berjalan tertatih menuju halte angkutan umum, namun tiba-tiba ada seseorang yang langsung mengambil belanjaan dari tangannya.
Deg!!
"Demian ?"
"Apa yang anda lakukan di sini? kembalikan belanjaan itu pada saya." teriak Ariana marah.
"Ini sangat berat, aku akan membantumu." sahut Demian cuek.
"Tidak perlu, berikan padaku." Ariana mencoba merebutnya tapi ia justru oleng dan hampir saja terjatuh kalau saja Demian tidak sigap menolongnya.
Kini lagi-lagi Ariana berada dalam pelukan Demian, Demian tentu saja senang. Bahkan jika waktu bisa berhenti ia akan memeluk wanitanya itu selama yang dia mau.
Namun sayangnya, Ariana segera melepaskan dirinya. Wanita itu nampak salah tingkah, dengan wajah kemerahannya ia langsung merapikan pakaiannya.
Sedangkan Demian nampak mengulas senyumnya, dari dulu ia selalu gemas dengan pipi kemerahan alami milik Ariana. Wanita itu sudah sangat cantik meski tanpa make up yang tebal.
Meski 8 tahun sudah berlalu tapi wajah Ariana tidak berubah, bahkan semakin cantik menurut Demian.
Ah dia kembali seperti remaja yang sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya, ya Ariana adalah cinta pertama dalam hidupnya.
Meski dulu ia seorang player, tapi tak ada satupun gadis yang menggetarkan hatinya.
Kecuali Ariana, meski waktu itu dia hanya seorang gadis penyapu jalanan tapi mampu mengobrak-abrik dunianya.
Namun sayang, kesombongan dan harga diri tinggi yang Demian miliki sejak lahir harus membuatnya kehilangan wanita tersebut.
Dan kini ia akan memperjuangkannya kembali, tak peduli bagaimana keadaan mereka sekarang yang sudah sama-sama berkeluarga.
"Aku akan mengantarmu." bujuk Demian seraya menarik tangan Ariana.
"Tuan, lepaskan saya. Apa perlu saya berteriak jika anda sudah mengganggu istri orang ?" tolak Ariana dengan bahasa seformal mungkin.
"Lakukan saja." tantang Demian.
"Bukannya anda juga sudah beristri, apa memang sudah menjadi kebiasaan anda mengencani banyak wanita." cibir Ariana.
"Kamu....." Demian mendadak geram, bagaimana bisa wanita itu mengungkit masa lalunya.
Bukannya dengan berjalannya waktu setiap manusia itu bisa berubah. Bahkan selama 8 tahun ini, ia sama sekali tidak pernah berhasrat pada wanita kecuali pada dirinya.
"Berikan padaku." Ariana langsung merebut kantong belanjaannya, ketika melihat Demian lengah.
Setelah itu ia segera melangkahkan kakinya menuju angkot yang kebetulan sudah berhenti di halte tak jauh darinya.
Demian nampak menatap nanar kepergian Ariana, ia hanya melihat kebencian wanita itu di matanya tanpa sedikitpun cinta yang tersisa untuknya.
"Kenapa menjadi sesulit ini."
Demian nampak meraup wajahnya dengan kasar, kemudian ia mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.
"Vic, biar saya saja yang menemui tuan Bram malam ini." ucapnya.
"Lalu bagaimana dengan nona Olive, tuan ?" tanya Victor dari ujung telepon.
Gadis kecil itu selalu mengganggu Victor jika ponsel ayahnya tidak bisa di hubungi dan mau tak mau Victor mencari berbagai macam alasan.
"Jika dia menghubungi mu katakan saja saya sedang sibuk."
"Baik tuan."
Victor nampak menghela napasnya, sepertinya ia harus bersiap-siap kena semprot putri majikannya yang sangat manja dan menyebalkan menurutnya.
"Ngomong-ngomong kenapa tiba-tiba tuan Demian ingin pergi ke bar itu, sepertinya aku harus ikut bersamanya."
Victor segera menyelesaikan pekerjaannya, setelah itu ia akan menyusul atasannya tersebut.
Karena selama 8 tahun terakhir ini, Demian jarang sekali menginjakkan kakinya di bar. Namun sekali datang ke sana, pasti akan berakhir dengan mabuk parah.
wah kamu tuh Victor ga menghargai Nina..
hijrah
ini zinah ya ukhty ya akhy 😊
tunggakan bacaan ini sudah banyak yang melenceng dari ajaran syariat Islam
hijrah ke jalan yang benar dan lurus dengan pemahaman para ulama Sunnah
setidaknya gak harus kerja di bar