NovelToon NovelToon
Hidden Alliance

Hidden Alliance

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Di dunia yang penuh intrik dan kekuasaan, Liora, seorang wanita penerjemah dan juru informasi negara yang terkenal karena ketegasan dan sikap dinginnya, harus bekerja sama dengan Darren, seorang komandan utama perang negara yang dikenal dengan kepemimpinan yang brutal dan ketakutan yang ditimbulkannya di seluruh negeri. Keduanya adalah sosok yang tampaknya tak terkalahkan dalam bidang mereka, tetapi takdir membawa mereka ke dalam situasi yang menguji batas emosi dan tekad mereka. Saat suatu misi penting yang melibatkan mereka berdua berjalan tidak sesuai rencana, keduanya terjebak dalam sebuah tragedi yang mengguncang segala hal yang mereka percayai. Sebuah insiden yang mengubah segalanya, membawa mereka pada kenyataan pahit yang sulit diterima. Seiring waktu, mereka dipaksa untuk menghadapi kenyataan. Namun, apakah mereka mampu melepaskan kebencian dan luka lama, ataukah tragedi ini akan menjadi titik balik yang memisahkan mereka selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Hari Di Sierra

Tiga hari berlalu dengan begitu cepat di tengah hiruk-pikuk kota besar seperti New York. Kesibukan dan rutinitas harian membuat setiap orang terjebak dalam urusan hidupnya masing-masing, seakan waktu tak pernah berhenti berlari.

Hal yang sama terjadi pada seorang wanita bernama Jasmine, yang tanpa ragu mencintai pasangan dari saudara tirinya sendiri. Baginya, cinta telah membutakan segalanya, hingga ia tak peduli meskipun risiko ketahuan mengintainya. Cinta tetaplah cinta, dan itu sudah cukup baginya.

Sore itu, Jasmine berada di kantor Sean. Mereka, dua insan yang terjebak dalam hubungan terlarang, tampak tak peduli pada tatapan atau bisikan para karyawan lain di sekitar mereka. Sean, direktur perusahaan yang dihormati, sebenarnya dikenal publik sebagai pasangan dari Liora, seorang wanita karier yang sukses, cantik, dan terkenal. Namun, Jasmine memilih berpura-pura tidak peduli pada kenyataan tersebut, meskipun namanya sendiri telah beberapa kali terseret dalam pemberitaan media.

"Sean, aku lapar," rengek Jasmine tiba-tiba, memecah kesunyian di ruangan itu. Sean, yang sedang serius mengerjakan tugas di depan layar komputernya, tidak menoleh, tetapi ia jelas mendengar rengekan dari wanita simpanannya.

"Kau lapar? Lalu, ingin makan apa?" tanyanya datar tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. Jasmine, dengan gerakan manja, memainkan jarinya di dagu, seolah tengah berpikir keras. Senyumnya perlahan merekah ketika ia akhirnya memutuskan apa yang ingin ia makan sore itu. Lelah setelah sesi pemotretan panjang dan belum sempat makan siang, keinginannya untuk seafood menjadi semakin kuat.

"Aku ingin makan di restoran seafood kesukaanku," serunya dengan semangat yang meluap. Sean hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Aku suruh orang lain membelikannya untukmu?" tanya Sean, suaranya tetap datar tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputer. Jasmine, dengan wajah manja, menggeleng pelan, menolak usulan itu.

"Biar aku pesan online saja. Kemarikan handphonemu," katanya seraya mengulurkan tangan. Sean, tanpa banyak reaksi, meraih ponsel yang tergeletak di atas meja dan menyerahkannya pada Jasmine. Wanita itu langsung mengambilnya, lalu kembali duduk di sofa dengan santai.

Tanpa membuang waktu, Jasmine segera memesan makanan yang diinginkannya melalui ponsel Sean. Setelah proses pemesanan selesai, senyum puas menghiasi wajahnya. Namun, rasa bosan mulai menghampirinya ketika ia menyadari makanan pesanannya belum datang, sementara Sean masih sibuk dengan pekerjaannya. Kemungkinan Sean baru selesai beberapa saat lagi.

Merasa tidak tahu harus melakukan apa, Jasmine kembali meraih ponsel Sean yang sempat ia letakkan. Kali ini, ia membuka layar ponsel tanpa ragu. Saat aplikasi WhatsApp terbuka, pandangannya langsung tertuju pada kontak Liora yang berada di posisi teratas. Mata Jasmine membelalak lebar, tubuhnya refleks terduduk lebih tegap.

Kejutan itu menghantam Jasmine karena ia jarang sekali menyentuh ponsel Sean, apalagi memeriksa isi di dalamnya. Selain karena kesibukan masing-masing, Jasmine selalu merasa yakin Sean setia padanya. Kepercayaan tinggi itu membuatnya tidak pernah berpikir untuk memata-matai pria yang dianggapnya menempatkan dirinya sebagai prioritas utama.

Namun, rasa penasaran menguasainya. Jasmine tanpa ragu membuka obrolan antara Sean dan Liora. Seketika itu juga, dadanya terasa sesak. Pesan-pesan yang dilihatnya membuat napasnya tercekat. Sean telah mengirim begitu banyak pesan kepada Liora, meskipun sebagian besar tidak mendapat balasan. Pesan-pesan itu dikirim hampir setiap hari, menunjukkan betapa konsistennya Sean.

Isi pesan-pesan itu tidak hanya mengejutkan, tetapi juga menyakitkan. Sean terus menanyakan kabar Liora, bertanya apakah ia sudah makan, bagaimana keadaannya, dan bahkan ingin tahu dengan siapa ia bersama. Pesan-pesan itu tetap dikirim meskipun hanya berakhir dengan centang satu.

Jasmine mengepalkan tangan, berusaha menahan perasaan yang berkecamuk di dadanya. Sean yang selama ini begitu ia percaya, ternyata menunjukkan perhatian dan kepedulian yang luar biasa kepada Liora—hal yang tak pernah ia dapatkan darinya. Sean tak pernah mengiriminya pesan sebanyak itu, apalagi dengan begitu banyak perhatian yang jelas-jelas ditujukan untuk wanita lain.

"Ternyata Sean telah berbohong kepadaku selama ini. Dia bilang sudah tidak mencintai Liora lagi, tapi kenyataannya dia masih terus menanyakan kabar wanita itu hampir setiap hari!" batin Jasmine penuh amarah. Tangannya mengepal erat, menahan luapan emosi yang semakin membakar dirinya. Jasmine memang tidak pernah bisa menahan diri jika merasa dikhianati, apalagi oleh seseorang yang ia cintai. Kali ini, dia tidak akan tinggal diam. Jasmine bertekad untuk menghentikan hubungan antara Sean dan Liora, apa pun caranya.

Tanpa ragu, Jasmine mulai mengetik sesuatu di kolom pesan untuk Liora. Entah apa yang ia tuliskan, tetapi keyakinannya begitu besar bahwa pesan ini cukup untuk memutuskan hubungan di antara mereka. Senyumnya perlahan muncul, menyiratkan rasa puas dan kemenangan yang mendalam setelah ia menekan tombol "kirim."

Setelah selesai, Jasmine menatap Sean yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Ia menyunggingkan senyuman miring, seolah menyimpan rahasia besar yang Sean tidak tahu. "Hm, apa kau tahu kalau Liora sudah mengganti nomor teleponnya, sayang?" tanyanya dengan nada manis, berpura-pura tidak tahu apa-apa.

Mendengar nama Liora, Sean langsung menghentikan aktivitasnya. Tatapan antusias terpancar dari matanya saat ia mengalihkan perhatian sepenuhnya pada Jasmine. Respons itu tidak luput dari perhatian Jasmine, dan dalam hati ia semakin geram. Jelas sekali Sean masih menyimpan perasaan untuk Liora, dan Jasmine tidak suka melihat antusiasme itu.

"Benarkah? Kapan dia mengganti nomor?" tanya Sean, suaranya terdengar serius. Tatapan matanya penuh harap, menunggu jawaban dari Jasmine.

Jasmine berpura-pura berpikir, mengernyitkan alisnya seolah mencoba mengingat sesuatu. "Hm, papa yang memberitahuku. Tapi jangan khawatir, aku sudah menyimpan nomor barunya. Kau mau nomornya?" tanya Jasmine dengan nada polos, berusaha terlihat tidak menyembunyikan apapun.

Sean menelan ludah dengan gugup. "Tentu saja aku mau. Siapa tahu aku membutuhkannya suatu saat," jawabnya, berusaha terdengar santai, meskipun nada bicaranya mengkhianati kebohongannya.

Jasmine mengangguk pelan, lalu dengan sikap tenang mulai mengetik di ponsel Sean. "Baiklah, aku akan menyimpannya di sini untukmu," katanya lembut. Ia tampak fokus pada ponsel, mengetik sesuatu dengan cepat. Namun, hanya Jasmine yang tahu nomor siapa sebenarnya yang sedang ia simpan.

Sean, di sisi lain, tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Senyumnya semakin lebar setelah mendengar tentang Liora, membuat Jasmine semakin yakin bahwa perasaan Sean terhadap Liora masih ada. Sikap itu sangat kontras dengan suasana hati Sean saat bekerja tadi.

"Sudah selesai," ujar Jasmine akhirnya, menyerahkan kembali ponsel kepada Sean. Wajahnya tampak tenang, tetapi di dalam hatinya, ia tersenyum sinis. Dia merasa telah memenangkan langkah besar dalam menghancurkan hubungan antara Sean dan Liora.

"Terima kasih, sayang," ucap Sean dengan nada tulus, tersenyum lebar pada Jasmine. Ia tampak benar-benar puas dengan informasi yang baru saja diberikan. Namun, di balik senyum manisnya, Jasmine menyimpan kepuasan yang penuh dengan niat tersembunyi. Baginya, ini adalah awal dari akhirnya hubungan Sean dan Liora. Sean tidak akan pernah menyadari bahwa nomor itu bukan milik Liora, tetapi bagian dari rencana Jasmine untuk membuat mereka saling menjauh.

--------

Di kawasan Sierra, waktu tiga hari ternyata jauh dari cukup untuk menangkap dalang utama yang selama ini menjadi target mereka. Kawasan itu begitu luas dan liar, membuat pencarian terasa seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Bahkan untuk menemukan markas utama musuh saja, yang dikabarkan berada di wilayah itu, tim mereka masih harus menghadapi banyak hambatan. Penjelajahan yang intens selama tiga hari terakhir sama sekali belum memberikan hasil memuaskan.

Barang-barang petunjuk yang berhasil ditemukan selama ini pun tidak cukup signifikan. Mereka hanya memiliki selembar kertas dokumen usang, yang tulisannya sebagian besar sudah pudar dimakan waktu, dan sebuah senjata yang ditinggalkan di lokasi tertentu. Sayangnya, kedua benda itu belum mampu memberikan informasi yang jelas tentang keberadaan markas musuh, apalagi identitas sang dalang yang menjadi inti dari misi mereka.

Sementara itu, Liora masih sibuk di ruangan utama pusat komando. Ia duduk di depan layar besar yang penuh dengan deretan kode-kode rumit. Hanya dia, dengan kemampuan intelektualnya yang luar biasa, yang bisa memahami semua data yang terpampang di layar tersebut. Matanya tampak tajam dan penuh konsentrasi, seolah sedang berhadapan langsung dengan pertempuran yang tidak kalah menegangkan. Jemarinya terus mengetik dengan cepat, menganalisis setiap kemungkinan dan mencoba menyusun pola dari informasi yang sangat minim itu.

Darren, yang sejak tadi mengawasi Liora dengan sabar, akhirnya membuka suara. "Bagaimana hasilnya?" tanyanya, nada suaranya terdengar tegas namun penuh harapan. Ia tahu bahwa Liora adalah salah satu harapan terbesar mereka dalam memecahkan teka-teki rumit ini.

Namun, Liora tidak langsung menjawab. Ia tetap fokus pada layar di depannya, matanya tidak sekalipun berpaling. Pandangan itu begitu tajam dan serius, seakan apa yang sedang ia kerjakan adalah medan pertempuran nyata yang harus ia menangkan. Jemarinya terus bergerak cepat, mengetikkan berbagai kode dan analisis yang hanya dia yang mengerti.

Darren menunggu dengan sabar, meskipun dalam hati ia merasa semakin gelisah. Waktu terus berjalan, dan mereka masih sangat jauh dari sasaran. Semua bergantung pada Liora dan kemampuannya memecahkan misteri dari petunjuk yang minim itu. Sementara itu, di luar ruangan, suasana semakin tegang. Tim mereka terus bergerak, berharap ada kemajuan yang bisa membawa mereka lebih dekat ke target yang selama ini mereka buru.

1
revasya alzila
ditunggu kelanjutannya thor
revasya alzila
Keren sih menurutku
revasya alzila
keren ceritanya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!