Setelah kematian yang tragis, dia membuka matanya dalam tubuh orang lain, seorang wanita yang namanya dibenci, wajahnya ditakuti, dan nasibnya dituliskan sebagai akhir yang mengerikan. Dia kini adalah antagonis utama dalam kisah yang dia kenal, wanita yang dihancurkan oleh sang protagonis.
Namun, berbeda dari kisah yang seharusnya terjadi, dia menolak menjadi sekadar boneka takdir. Dengan ingatan dari kehidupan lamanya, kecerdasan yang diasah oleh pengalaman, dan keberanian yang lebih tajam dari pedang, dia akan menulis ulang ceritanya sendiri.
Jika dunia menginginkannya sebagai musuh, maka dia akan menjadi musuh yang tidak bisa dihancurkan. Jika mereka ingin melihatnya jatuh, maka dia akan naik lebih tinggi dari yang pernah mereka bayangkan.
Dendam, kekuatan, dan misteri mulai terjalin dalam takdir barunya. Tapi saat kebenaran mulai terungkap, dia menyadari sesuatu yang lebih besar, apakah dia benar-benar musuh, atau justru korban dari permainan yang lebih kejam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Undangan Dari Kuil Assassin
Setelah perpisahan dengan anggota Tim 7, Seraphina menyadari bahwa dirinya tidak memiliki tempat tujuan untuk pulang.
Berbeda dengan yang lain—yang memiliki keluarga, tanah kelahiran, atau orang-orang yang menunggu mereka—Seraphina hanyalah seorang jiwa yang terdampar dalam tubuh ini.
Meskipun dia sudah mulai terbiasa dengan identitas barunya, dia tetap merasa ada sesuatu yang kurang.
Karena itulah, daripada membuang waktu tanpa tujuan, dia memilih untuk berlatih sendiri di Kuil Sihir.
Kuil Sihir adalah salah satu kuil paling dihormati di dunia ini.
Tidak semua orang bisa masuk ke sana dengan mudah.
Namun, berkat reputasinya setelah kemenangan di turnamen, Seraphina berhasil memperoleh izin khusus untuk berlatih di sana selama beberapa waktu.
Saat dia pertama kali melangkah ke dalam kuil, dia bisa merasakan atmosfer yang berbeda.
Udara dipenuhi partikel sihir yang kuat, seolah-olah tempat ini adalah pusat dari semua kekuatan magis di dunia.
Para penyihir berjalan dengan jubah panjang mereka, beberapa sibuk membaca kitab sihir, sementara yang lain berlatih mantra di ruang terbuka.
Seraphina merasa sedikit terintimidasi, tetapi dia segera menenangkan dirinya.
"Aku datang ke sini untuk belajar, bukan untuk mengagumi."
Di Kuil Sihir, Seraphina mulai memperdalam berbagai ilmu sihir yang sebelumnya hanya dia pelajari secara mandiri.
Dia belajar mantra pertahanan, sihir serangan, sihir penyembuhan, hingga ilmu alkimia dan formasi sihir.
Meskipun dia sudah memiliki bakat luar biasa, di tempat ini, dia menyadari bahwa masih ada banyak hal yang belum dia kuasai.
Hari-harinya dipenuhi dengan latihan keras.
Pagi hingga siang, dia berlatih mantra dan kontrol elemen.
Sore hari, dia mempelajari teori-teori kuno tentang struktur sihir.
Dan di malam hari, dia menghabiskan waktu di perpustakaan membaca kitab-kitab sihir yang langka.
Tak ada waktu untuk bersantai.
Baginya, semakin banyak yang dia pelajari, semakin kuat pula dirinya.
Dan semakin kecil kemungkinan orang lain bisa mengancamnya.
Suatu malam, saat dia sedang menelusuri perpustakaan Kuil Sihir, Seraphina menemukan sebuah kitab kuno yang menarik perhatiannya.
Judulnya tertulis dalam bahasa elf kuno:
"Rahasia Magis yang Tersembunyi dalam Darah Ras Campuran"
Hatinya berdebar saat membaca judul itu.
Selama ini, dia selalu bertanya-tanya tentang tubuhnya yang merupakan keturunan elf campuran.
Namun, tidak banyak informasi yang bisa dia dapatkan mengenai hal itu.
Dengan penuh rasa ingin tahu, dia membuka kitab itu dan mulai membaca.
Semakin dalam dia membaca, semakin terkejut dia dibuatnya.
Ternyata, ras elf campuran memiliki kemampuan unik yang tidak dimiliki oleh elf murni ataupun manusia.
Salah satu kemampuannya adalah "Sihir Darah", sebuah teknik kuno yang bisa digunakan untuk berbagai hal—
Mulai dari menyegel kekuatan seseorang, menyerap energi dari musuh, hingga mengubah struktur tubuh sendiri.
Seraphina tertegun.
Jika semua ini benar, maka dia memiliki potensi kekuatan yang jauh lebih besar dari yang dia bayangkan.
Tanpa ragu, dia memutuskan untuk mempelajari sihir darah ini lebih dalam.
Mempelajari sihir darah tidaklah mudah.
Berbeda dengan sihir biasa yang menggunakan mana sebagai sumber kekuatan, sihir darah menggunakan esensi kehidupan seseorang.
"Jika aku tidak berhati-hati, aku bisa kehilangan nyawaku sendiri," pikirnya.
Namun, Seraphina bukanlah orang yang mudah menyerah.
Dia mulai melakukan eksperimen kecil, menggunakan darahnya sendiri untuk menggambar formasi sihir di atas tanah.
Saat dia mulai membaca mantra, dia bisa merasakan energinya terserap ke dalam formasi.
Perlahan, formasi itu mulai bersinar dengan cahaya merah.
Seraphina merinding.
Dia baru saja mengaktifkan sihir darah pertamanya.
Namun, ini baru permulaan.
Saat Seraphina sibuk dengan latihannya, dia tidak menyadari bahwa seseorang telah memperhatikannya sejak tadi.
Dari balik bayangan, sepasang mata emas mengamati setiap gerakannya dengan tajam.
Sosok itu tersenyum kecil, seolah-olah dia baru saja menemukan sesuatu yang sangat menarik.
"Jadi, kau benar-benar keturunan elf campuran, ya?"
Suara itu pelan, nyaris seperti bisikan angin malam.
Siapakah orang ini? Dan apa yang dia inginkan dari Seraphina?
.
.
.
Seraphina tetap memusatkan perhatiannya pada sihir darah, mengabaikan embusan angin malam yang menusuk kulitnya.
Di ruangan gelap di dalam Kuil Sihir, dia menggambar pola sihir rumit di udara, menciptakan kilauan merah yang berpendar di sekelilingnya.
Namun, instingnya tiba-tiba memberi peringatan—seseorang sedang mengawasinya.
Tanpa membuang waktu, dia menyambar belati yang terselip di pinggangnya, lalu berputar dengan cepat.
Namun, yang ia lihat bukanlah musuh—melainkan salah satu rekannya dari Kuil Assassin.
Pria itu berdiri di bayangan, menyilangkan tangan di dadanya, menatap Seraphina dengan mata tajam penuh ketertarikan.
"Aku sudah curiga sejak lama," katanya tenang.
Seraphina mengerutkan kening, tetapi tetap mempertahankan posisi bertahan.
"Curiga tentang apa?" tanyanya waspada.
Pria itu melangkah maju, membiarkan wajahnya terlihat di bawah cahaya redup.
"Bahwa kau bukan manusia biasa."
Rahasia yang Tidak Disembunyikan
Seraphina tidak mengalihkan pandangan.
"Lalu? Apa yang akan kau lakukan?"
Pria itu tersenyum kecil, mengangkat bahu dengan santai.
"Aku tidak peduli siapa dirimu sebenarnya. Setiap orang memiliki rahasianya masing-masing, dan aku bukan tipe orang yang suka ikut campur."
Seraphina mengamati ekspresinya, mencari tanda-tanda ancaman atau kebohongan.
Namun, dia tidak menemukan niat buruk dalam sorot mata pria itu.
Sebaliknya, ada rasa hormat dan pengakuan.
"Kalau begitu, kenapa kau datang ke sini?" tanyanya.
Pria itu menyeringai, lalu menarik sebuah gulungan kecil dari sakunya dan melemparkannya ke arah Seraphina.
Seraphina menangkapnya dengan cepat dan membuka gulungan itu.
Matanya sedikit membelalak ketika melihat simbol Kuil Assassin yang terukir di atasnya.
"Kuil Assassin?" gumamnya.
Pria itu mengangguk.
"Kami ingin mengundangmu untuk berlatih bersama kami."
Seraphina mengangkat alis, setengah bingung setengah curiga.
"Kenapa?"
Pria itu menatapnya dengan penuh minat.
"Karena aku melihat potensimu. Kau bukan sekadar pengguna sihir biasa. Kau memiliki sesuatu yang berbeda—sesuatu yang bisa menjadi senjata mematikan jika diasah dengan benar."
Seraphina menghela napas, lalu melipat gulungan itu dengan rapi sebelum menyelipkannya ke dalam jubahnya.
"Kalau aku menolak?"
Pria itu tertawa kecil.
"Kau tidak akan menolak. Aku tahu tipe orang sepertimu, Seraphina. Kau haus akan kekuatan, dan kau tahu bahwa Kuil Assassin adalah tempat yang tepat untuk mengasahnya."
Seraphina terdiam sejenak, membiarkan kata-kata itu meresap ke dalam pikirannya.
Dia tidak bisa menyangkal bahwa ada kebenaran dalam ucapan itu.
Sejak pertama kali dia datang ke dunia ini, dia hanya berlatih sendirian, mencari cara untuk bertahan hidup dengan caranya sendiri.
Tapi mungkin, berlatih bersama para Assassin akan memberikan keuntungan yang lebih besar baginya.
Setelah beberapa saat, Seraphina akhirnya menghela napas panjang dan menatap pria itu.
"Baiklah," katanya akhirnya.
Pria itu tersenyum lebar.
"Bagus. Bersiaplah, karena pelatihan di Kuil Assassin tidak akan semudah yang kau bayangkan."
Seraphina menyeringai tipis.
"Aku tidak butuh hal yang mudah."
Pria itu tertawa, lalu berbalik dan mulai berjalan pergi.
Namun, sebelum menghilang dalam bayangan, dia sempat menoleh sekali lagi.
"Oh, satu lagi."
Seraphina memandangnya penuh tanya.
"Kita akan melihat apakah kau benar-benar pantas berada di antara para Assassin."
Dengan itu, dia pun menghilang ke dalam kegelapan, meninggalkan Seraphina sendirian dengan pikirannya.
Seraphina menatap gulungan di tangannya, lalu menutup matanya.
Perjalanan baru akan segera dimulai.
Al-fatihah buat neng Alika beliau orang baik dan Allah menyayangi orang baik, beliau meninggal di hari Jumat bertepatan setelah malam nisfu syabaan setelah tutup buku amalan.. semoga beliau di terima iman Islamnya di ampuni segala dosanya dan di tempatkan di tempat terindah aamiin ya rabbal alamiin 🤲