Keesokan paginya Ana pun terbangun dari tidurnya dan mendapati pria itu sedang duduk di atas ranjangnya sembari melihat ke arah jendela.
Ana bergegas bangun dan menghampirinya "Bagaimana keadaanmu Tuan?" tanya Ana tersenyum.
Tuan itu diam tak bergeming dengan tatapan melihat ke arah jendela.
"Tuan katakanlah sesuatu?"
Tuan itu menoleh dan menatap Ana "Kau siapa?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noona frog, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sembilan
Ana mematung beberapa kali ia mengerjapkan mata, ia tak percaya dengan apa yang di katakan laki-laki di hadapannya saat ini. Jantungnya tiba-tiba berdegup dengan kencang.
Ana nyengir "Heii, apa kau sudah tidak waras" Ana mencoba memegang kepala Harry, namun Harry menghindar "Apa kepalamu masih sakit?".
Harry mengernyitkan kening "Maksudmu apa berkata seperti itu?".
"ku pikir kepalamu sepertinya bermasalah, heheeehee" ucap Ana tertawa kecil.
Drrrttt Drrrttttt Ponsel Harry bergetar ia pun mengangkatnya "Ada apa?", "Baiklah aku akan segera kesana".
"Aku harus pergi" ucap Harry.
"Baiklah, lagian aku juga sudah selesai aku juga ada urusan"
Harry bangun dari duduknya segera ingin beranjak pergi. "Tunggu!" teriak Ana.
Harry menoleh "Apa?"
"Apa kau tidak melupakan sesuatu seperti ucapan apa gitu kepada orang yang sudah menolongmu"
Harry menggeleng. "Ternyata kalian orang kaya memang seperti itu ya"
"Maksudmu apa?, tidak usah berbelit cepat katakan saja"
Ana menggeleng "Tidak ada, semoga harimu menyenangkan" kata Ana menyeringai.
Harry bergegas pergi meninggalkan Ana yang masih memandang kepergian Harry. "Aku tak percaya setidaknya dia mengganti uangku beli obat lukanya tadi, hehh ucapan terima kasih saja tidak ku dapatkan. Dasar orang kaya sombong"
Ana bingung "Tetapi kenapa dia tiba-tiba berkata seperti itu, Tinggallah bersamaku! Maksudnya apa coba. Aduh kenapa rasanya jadi aneh begini yaa."
"Gara-gara dia aku sudah buang-buang waktu untuk cari tempat tinggal, sebaiknya aku bergegas sekarang".
***
Jimms menunggu Harry di depan gedung Harry Corp. Harry turun dari mobilnya "Apa yang terjadi bukankah seperti biasa kau bisa menghandlenya Jimms". Tanya Harry.
"Kali ini Tuan Hackson memaksa ingin bertemu anda". Mereka berjalan bersama menuju ruang meeting.
"Ada apa dengannya, kenapa tiba-tiba memaksa bertemu ingin bertemu denganku".
"Aku juga tidak tau, dia sama sekali tidak memberi tau maksud dari kedatangannya"
Harry bertemu dengan Hackson mereka pun bersalaman "Aku senang akhirnya bisa bertemu denganmu" ucap Hackson.
"Ada apa tuan Hackson, kenapa anda ingin bertemu denganku"
"Ini mengenai penawaranmu waktu itu, aku akan menjual lahanku kepadamu".
"Benarkah?, kenapa akhirnya anda sepakat menjualnya kepadaku Tuan Hackson?".
Setelah beberapa jam Harry dan Hackson akhirnya berpisah. "Aku tidak percaya kalau akhirnya tuan Hackson berubah pikiran" ucap Jimms.
"Kau benar, segera setelah ini kau siapkan semua berkasnya"
"Baik pak," Jimms melihat perban di tangan kanan Harry "Kenapa tangan anda pak?"
Harry melihat tangannya ia pun jadi teringat dengah Ana, "Tidak papa hanya luka kecil."
***
Perlahan langkah Ana mulai melambat sudah setengah hari ia berjalan namun belum juga mendapatkan tempat tinggal dengan harga yang murah.
"Astaga kenapa mereka sangat mahal" rengek Ana. "Uangku hanya tersisa sedikit. Kemana aku harus mencari lagi"
Tiba-tiba seseorang menarik Ana ke dalam gang sempit. "John!" ucap Ana terkejut. "Kembalikan uangku John, kembalikan!"
"Dia sudah habis Ana"
"Kau!!!"
John bersimbah "Ana tolong aku Ana, aku di kejar preman mereka akan membunuhku"
"Apa yang kau lakukan kenapa mereka ingin membunuhmu".
John menangis "Aku mabuk lalu bertengkar dengan salah satu dari mereka dan tidak sengaja dia terbunuh".
Ana kebingungan dan cemas setelah mendengar ucapan John "Apa yang harus ku lakukan John, Apa?"
"Apa mereka minta uang darimu?"
"Tidak Ana, mereka tidak menginginkan uang mereka ingin membunuhku".
Ana menangis "Aku tidak tau harus melakukan apa John" ia memukuli dada John "Kenapa John, kenapa kau masih saja mabuk-mabukan".
John mengusap air matanya "Ana aku minta maaf semua yang telah aku lakukan padamu. Aku akan pergi jauh, mungkin ini pertemuan terakhir kita"
Ana menggeleng "Tidak John, tidak"
"Ana kau juga harus pergi dari sini atau tidak mereka juga akan menemukanmu".
"Kita harus cari cara lain John".
"Tidak ada cara lain Ana, aku harus pergi jika aku tetap di kota ini aku takut mereka juga akan menangkapmu".
Ana masih terus menangis. John melepaskan tangan Ana "Jangan pergi john!" John pun pergi meninggalkan Ana menangis seorang diri.
Setelah puas menangis Ana pun berjalan menyusuri pinggir kota, dengan tubuh lemah tak berdaya, tatapannya yang kosong ia terus berjalan dan tidak tau kemana arah tujuannya.
Ana berdiri di depan rumah sarah cukup lama, dia tidak berani masuk dan membahayakan temannya itu.
Seseorang memegang tangan Ana "Kau!" Ana terkejut saat ini Harry di hadapannya.
Harry membawa Ana masuk ke dalam mobilnya. "Kemana kau akan membawaku?" tanya Ana. "Jangan dekat-dekat denganku, jika tidak kau akan sial"
Harry mengernyitkan kening "Ada apa denganmu kenapa berkata seperti itu?"
"Ana! Kau kenapa?"
Hiikksss hikkssss air mata Ana tumpah. Harry menghentikan mobilnya, Ana menangis sejadi-jadinya, "Aku tidak tau kenapa denganku, biasanya aku kuat tapi kenapa sekarang aku sangat lemah".
Harry memandang Ana lekat "Menangislah sepuasnya sampai hatimu tenang" ucap Harry menenangkan Ana dan membiarkanya terus menangis.
-
-
-
To be continued...