Hitam tak selamanya buruk dan kotor, putih tak selamanya bersih dan suci. Hidup seorang diri membuat Letnan Rilanggana menjadi pribadi yang keras, dingin dan tidak mudah di taklukkan. Banyak yang tidak paham atau mengerti akan jalan pikir serta 'caranya bekerja'.
Berawal dari pertemuan pertama yang tak terduga, dirinya bertemu dengan adik kesayangan seniornya yang membuatnya kesal. Namun menang taruhan dengan rekannya membuat takdirnya harus mendekati gadis itu kembali.
Niatnya yang hanya bermain-main akhirnya menimbulkan perkara dan harus berhadapan langsung dengan seniornya tersebut. Hingga waktu berganti, kisah masa lalu di antara mereka membuat prahara.
KONFLIK, silakan SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Belajar jadi suami istri.
Nafas Bang Rilo masih sesak terengah. Meladeni ibu Danton hingga tersadar sepenuhnya bukanlah hal yang mudah. Saking sesaknya nafas, Bang Rilo masih menutupi matanya dengan sebagian lengan. Baru saja dirinya memberikan 'obat penawar' agar Lira tidak mabuk lagi.
Lira malu-malu menatap wajah Bang Rilo, desir di dadanya belum juga hilang apalagi penampilan suaminya itu membuat detak jantungnya berdetak lebih kencang menambah rasa gelisahnya. Bang Rilo masih bertelanjang dada dengan perut sixpack nya. Celana yang masih setengah terbuka membuatnya semakin serba salah.
"Bagaimana seharusnya sikap seorang istri??? Apakah pantas seorang istri masih memperhatikan atau memikirkan laki-laki lain???" Tegur Bang Rilo.
Lira mengalihkan pandangan ke arah lain saat Bang Rilo mulai menatapnya. "Pakai pakaian yang benar..!!" Pinta Bang Rilo
Kemudian Lira segera mengancingkan pakaiannya, begitu pula dengan Bang Rilo. Lagi-lagi wajah suami Lira itu begitu dingin, Lira pun semakin tidak nyaman. Ia hanya mengusap perutnya yang kini terasa panas.
"Kamu sudah sepenuhnya sadar???" Tanya Bang Rilo.
"Sudah, Om." Jawab Lira kembali pada Lira seperti biasanya.
Bang Rilo membuang nafas kasar. Pada akhirnya ada rasa kecewa yang sulit terungkapkan. Panggilan yang tadi sudah nyaman terdengar di telinganya kini kembali menghilang.
Pikiran Bang Rilo jadi semrawut, tadinya ia sempat menyangka bahwa Lira sudah menerimanya tapi begitu dirinya mengingat kembali, nyatanya Lira hanya sekedar mabuk tanpa mengingat apapun yang terjadi pada dirinya.
"Baiklah, tidak apa-apa kalau kamu tidak mencintai saya. Tapi saya mohon.. tolong lahirkan anak ini, dia tidak salah. Saya lah yang menginginkannya..!!" Pinta Bang Rilo.
//
Shita tidak sanggup lagi berkutik. Bang Bayu terengah menata nafas putus sambung. Bibirnya seakan tak sanggup berucap apapun, yang ia rasakan hanya melayang dan luar biasa nyaman.
Paham Shita mulai tenang dan mengerti istri kecilnya itu sudah nyaris usai, Bang Bayu segera mengakhiri misi nya. Beberapa saat kemudian tugas Bang Bayu sebagai seorang suami pun tuntas.
"Hhkkk.." Shita merasa mual dan mendorong dada Bang Bayu.
"Dek..!!!" Bang Bayu yang bingung segera mengikuti langkah Shita.
~
Bang Bayu mengangsurkan jahe hangat untuk Shita. Setelah Shita lumayan tenang, Bang Bayu mengarahkan wajah Shita agar bisa menatapnya.
"Kamu pasti sudah tau, kan??" Tanya Bang Bayu.
Shita yang biasanya banyak tingkah kini tak lagi banyak bicara. Ia mengangguk pelan.
"Kapan terakhir kali kamu bertemu Priyadi??" Selidik Bang Bayu menangani istri kecilnya.
"Dua bulan yang lalu."
Seketika itu juga perasaan Bang Bayu terasa luar biasa sakitnya. Tubuhnya gemetar hebat, terdengar suara istighfar dari bibirnya.
Shita pun ikut menangis melihat ekspresi wajah Bang Bayu yang seperti menahan gelisah akan perasaannya sendiri.
"Shita harus bagaimana, Om. Apa mau di gugurkan???" Kata Shita.
"Apakah begitu caranya bertanggung jawab?? Saya yang akan menanggungnya."
"Tapi, Om..!!!"
"Anak ini tidak pernah salah. Yang salah adalah kelakuan oknum manusia yang tidak segera bertanggung jawab saat tau dirinya salah." Bang Bayu kembali mengangsurkan jahe hangat agar Shita menjadi lebih tenang, tangan itu pun mengusap puncak kepala Shita. "Sudahlah, jangan banyak pikiran."
Shita masih terus menangis. Sekesal-kesalnya Bang Bayu, tetap sebagai laki-laki dan suami dari Shita, ia merasa tidak tega meskipun Shita tidak langsung jujur padanya atau mencarinya.
"Bagaimana kalau sampai Papa dan Abang-abang Shita tau??" Ujar Shita cemas.
"Nggak apa-apa. Aman..!!"
"Oomm........!!" Shita sungguh tidak nyaman dengan keadaan ini.
"Nurut sama saya..!! Jaga dia.. dia anak Letnan Bayu. Mulai dari saya berjanji di hadapan Tuhan.. kamu dan tentunya anak ini sudah menjadi bagian dari hidup saya. Kamu dan anak ini akan hidup dari darah dan perjuangan saya." Ucap tegas Bang Bayu, ia terdiam sejenak menatap mata Shita. "Saya harap kamu tidak marah atas apa yang saya
Shita pun langsung menghambur memeluk Bang Bayu. "Maaf.. maaf Shita menyakiti hati Om Bayu."
"Saya juga minta maaf sudah memaksamu melakukannya. Saya tidak tau ada si kecil di dalam sana." Jawab Bang Bayu. "Apapun itu, saya akan berusaha sabar untuk menunggu hingga saatnya tiba."
-_-_-_-_-
Bang Rilo menutup pintu kamarnya dengan hati-hati. Bersamaan dengan itu Bang Bayu juga menutup pintu kamarnya.
"Kepalamu luka Ril??"
"Kena hantam paku kuntilanak..!!"
"Badanmu????? Kenapa penuh gores di sana sini??" Tanya Bang Rilo.
" Di cakar kucing." Jawab Bang Bayu.
Kedua pria saling menatap sampai kemudian membuang nafas kasar.
"Nyonya sudah tidur??" Bang Bayu sedikit melongok memastikan keadaan di belakang punggung Bang Rilo.
"Sudah." Bang Rilo kembali mengintip ke dalam kamar sebelum benar-benar menutup rapat pintu kamar.
"Ngopi dulu yuk di ruang makan..!!" Ajak Bang Rilo.
"Ayo lah.. kepalaku juga mumet."
...
Kedua pria nampak begitu banyak pikiran. Kopi panas yang terdiam seakan tidak mampu menguraikan permasalahan mereka yang seperti benang kusut.
"Kau siap pindah ke tempat tugas yang baru?" Tanya Bang Bayu.
"Aku mah siap_siap aja tapi Lira belum tentu, apalagi sekarang Lira sedang hamil muda.. dia pasti merasa kesulitan beradaptasi." Jawab Bang Rilo.
"Iya, lepas dari kehidupan yang nyaman memang sulit. Lira akan hidup dengan segala keterbatasan yang ada, begitu juga dengan Shita. Mudah-mudahan saja mereka kuat..!!" Kata Bang Bayu ikut cemas.
Tak lama ponsel Bang Rilo berdering, Bang Rilo pun mengangkatnya. "Saya ada di ruang makan bawah, kenapa dek?"
"Oomm.. Lira takut di kamar sendiri." Jawab Lira di seberang sana.
Beberapa detik kemudian ada pesan singkat masuk pada ponsel Bang Bayu.
Oomm.. dimana?
.
.
.
.
semoga menjadi Keluarga yg samawa yah Bang Rilo dan Bang Bayu😇
bikin penasaran...
lagi rame ini,
ayo lanjuuut kak 💪💪💪♥️♥️♥️