Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
"Diamlah....!" Bisik Sean di telinga istrinya.
"Tapi, mereka semakin mendekat."
"Hanya dua orang. Arahkan senjata mu ke mereka!" Titah Sean.
"Aku tidak bisa menembak, kenapa tidak kau saja?"
"Sayang, kau pasti bisa. Cobalah, jika kau bisa menembak kaki mereka berdua, aku akan memberi mu lima batang emas."
"Wah, kaya dong aku!" Seru Amara yang masih sempat bercanda.
"Tembaklah!" Titah Sean lagi.
Di bantu arahan suaminya, Amara mengarahkan senjata api tanpa suara ke arah musuh yang ternyata berhasil mengikuti mereka sampai ke tengah hutan.
ssssssiiit.....tis.....
Aaaaaaarhg......
Jerit salah satu dari musuh yang ternyata tembakan Amara mengenai betisnya.
"Ayang, aku berhasil...!" Ucap Amara kegirangan.
"Setan alas, keluar kalian...!" Teriak musuh yang masih sehat wal afiat.
ssssit.....tiiiss......
Aaaaargh.....
Jerit musuh kedua yang terkena tembakan di bagian paha. Tentu saja mereka bisa menembak tetap sasaran, meskipun berada di tengah hutan tapi, masih ada cahaya bulan sebagai penerang.
"Tepati janji mu!" Ujar Amara mengingatkan.
"Iya, ayo keluar!" Ajak Sean.
"Gimana, sakit?" Ejek Amara.
"Udah, ayo lanjut jalan lagi. Biarkan mereka mati di sini." Ujar Sean.
"Sayang, tunggu sebentar!" Kata Amara yang tiba-tiba menghampiri kedua musuh mereka.
Bag....bug....bag....bug.....
Aaaaaaargh.....
Mereka berteriak kesakitan saat Amara menginjak luka bekas tembakannya tadi. Sean hanya bisa tertawa melihat tingkah konyol istrinya.
"Rasakan," ucap Amara yang geram. "Bisa-bisanya kalian membuat ku masuk ke tengah hutan seperti ini."
Amara menginjak-injak sampai puas kemudian ia kembali pada suaminya.
"Sudah puas hati ku," ucap Amara.
"Ayo lanjut jalan, aku yakin di belakang masih yang mengejar kita."
Suami istri ini kembali melanjutkan perjalanan di dalam hutan pinus yang terlihat sangat rapi dan terurus.
Di bawa sinar bulan yang begitu indah, sudah hampir lima jam mereka berjalan kaki tanpa istirahat dan minum.
"Aku lelah," ucap Amara yang terduduk begitu saja. "Aku udah gak sanggup. Aku haus...!" keluhnya.
Sean melirik jam yang melingkar di tangannya. Sekarang pukul sebelas malam itu artinya masih kurang lima jam lagi perjalanan mereka untuk keluar dari hutan ini.
Hahaha......
Terdengar suara tawa dari tiga orang pria.
"Di sini kalian rupanya," ucap salah seorang dari mereka.
"Bos pasti senang jika kita membawa dua orang ini," ucap yang lain.
"Aku benar-benar lelah ingin istirahat malah ada tiga begajulan lagi. Rasakan ini...!" Ucap Amara yang sudah naik pitam lalu menembak sembarangan ke arah musuh tanpa arahan dari suaminya.
tis....tis....tis.....
Tiga peluru tepat mengenai mereka bertiga yang entah posisinya ada di bagian tubuh sebelah mana tapi, yang jelas ketiga orang tersebut terkapar kesakitan. Sebenarnya ini lah tujuan Sean membeli senjata api mahal tanpa suara agar suara tembakan tidak bisa mengundang musuh yang lain.
"Istri ku keren...!" Ucap Sean seraya menggelengkan kepalanya.
"Aku sudah kelelahan, haus pula eh malah di usik, sialan banget!" Gerutu Amara yang kembali terduduk lemas.
"Kita jalan sebentar lagi setelah itu istirahat ya," bujuk Sean.
Amara tak bisa menggerakkan kakinya yang terasa nyeri dan kaku. Mau tidak mau Sean kembali mengendong istrinya.
"Pantas saja dia betah bermain lama-lama di atas ranjang ternyata perkasa juga. Seperti tidak ada lelahnya suamiku ini," batin Amara yang kagum pada suaminya.
Terus berjalan menyusuri hutan pinus buatan keluarga Sean. Setengah jam perjalanan, Sean memutuskan untuk beristirahat.
"Apa kau bisa memanjat?" Tanya Sean pada istrinya.
"Kenapa harus memanjat?" Amara balik bertanya.
"Tidak mungkin kita istirahat di bawah. Bahaya...!"
"Pohon sebesar ini, bagaimana jangankan untuk memanjat, memeluknya saja aku tak sanggup."
"Aku hanya bercanda," ucap Sean lalu pria ini membuka kulit pohon yang ternyata sebuah pintu masuk ke dalam pohon tersebut.
Amara yang melihat hal tersebut hanya bisa tercengang tidak percaya.
"Kok bisa?" Tanya Amara tidak percaya.
"Ayo masuk, sayang. Kita naik ke atas. Di atas ada tempat untuk beristirahat."
Sean dan Amara masuk ke dalam pohon tersebut kemudian naik ke atas, tidak lupa menutup kembali kulit pohon agar tak ada yang bisa menemukan mereka.
"Ini pohon asli atau palsu sih?" Tanya Amara yang masih kebingungan. Apa lagi ada rumah pohon di balik daun rimbun.
"Ada beberapa pohon palsu yang menyerupai pohon asli di setiap bagian hutan ini. Hanya orang-orang kepercayaan ku saja yang bisa menemukannya." Jelas Sean. "Minum dulu....!!"
Amara langsung menenggak habis satu botol air mineral yang di berikan suaminya.
"Terimakasih," ucap Amara dengan nafas tak beraturan.
Sean juga mengeluarkan selimut.
"Tidur sini, kau pasti lelah." Ujar Sean sambil menepuk pahanya.
Amara merebahkan tubuhnya di atas pangkuan sang suami.
"Kalau hujan bagaimana?" Tanya Amara.
"Itu masalah gampang!" Jawab Sean. "Tidurlah, kau pasti lelah!"
Sean mengusap lembut kepala istrinya sampai Amara terlelap tidur. Ada perasaan bersalah dalam benak Sean karena tidak seharusnya Amara mengalami kondisi yang seperti ini.
"Kalau ku tahu begini, lebih baik aku bercinta di kamar saja tadi siang!" Ucap Sean menyesal. "Kasihan Amara, dia sampai kelelahan seperti ini."
Tanpa terasa Sean ikut memejamkan mata, tak di hiraukan lagi musuh dan anak buahnya yang sedang sibuk mencari dirinya dan Amara.
Sampai pagi menjelang, Sean bangun lebih dulu sedangkan Amara yang kelelahan masih tidur.
"Sean, turunlah!" Titah Suara dari bawah.
Sean pun mengintip, ternyata Leon datang bersama Daren dengan membawa dua motor.
"Sayang bangun....!"
Sean mencubit hidung istrinya.
"Aku lelah, kaki ku sakit. Bisakah aku tidur sebentar lagi?" Rengek Amara.
"Leon sudah menjemput, kita pulang sekarang!"
"Kenapa baru menjemput sekarang? Kenapa tidak dari malam?" Protes Amara.
"Mereka harus membersihkan musuh-musuh dulu. Ayo cepat bangun, lanjut tidur di kamar mu nanti."
Amara menurut, mereka pun turun ke bawah.
"Kau terlihat lelah, lebih baik Amara ikut bersama ku sedangkan kau ikut dengan Daren." Ujar Leon memberi saran.
"Bilang saja kau ingin di peluk istriku. Enak saja!" Sahut Sean lalu mengusir Leon turun dari motor.
Meskipun lelah, Sean tetap nekat membonceng istrinya. Dan benar, Amara memeluk Sean begitu erat karena ia ingin melanjutkan tidurnya.
Mereka pun akhirnya pulang ke mansion tanpa hambatan karena sisa musuh yang ikut masuk ke dalam hutan sudah di basmi.
Mafia somplak! 🤣🤣🤪🤪😅😅
baga bgt deh menurut aku
baca chat story aku judul nya takdir cinta emma sampai episode 3 aja sampai selesai
oke semngat kak