NovelToon NovelToon
SAFFIYA

SAFFIYA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:813
Nilai: 5
Nama Author: Miss_Fey

SAFFIYA RAY & RAYAN ADITNYA. Kisah gadis cantik yang mengejar cinta pria duda tampan, yang merupakan dosennya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

*******

Rayan pun kembali setelah mendapatkan resep obat yang diberikan Nanas.

" Loh, mbak Nanas kemana? " tanya Rayan karena hanya melihat temanya itu.

" Oh, mbak Nanas udah pergi, katanya ada operasi yang harus segera ia tangani dirumah sakit. " jawab Rain yang sedang memperbaiki selimut Saffiya.

" Oh ya udah, mas mau buat bubur dulu. kamu tolong jagain dia. " ucap Rayan yang lanjut keluar menuju dapur.

Pukul 2 dini hari, Saffiya terbangun dari tidur panjangnya dan merasa bingung.

Ia mengamati sekeliling ruangan tersebut dengan seksama, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sejenak, hatinya merasa takut dan resah, menghadapi situasi yang sangat asing baginya.

" Dimana ini? ini bukan kamar aku? " gumam Saffiya yang mencoba untuk bangun.

Tiba-tiba, pandangan matanya terarah pada Rain yang sedang tidur lelap di sofa, tak jauh dari ranjang tempat ia terbaring.

Saffiya terkejut, tak menyangka melihat sebuah selang infus yang terpasang di tangannya.

" Sejak kapan aku disini? " gumam Saffiya yang mencoba untuk mengingat ngingat.

Namun ia merasa bingung, karena tak dapat mengingat bagaimana mungkin ia bisa berada di tenpat Rayan.

Pelan-pelan, Saffiya mulai melepaskan selang infus yang terpasang di tangannya. dan kembali ke apartemennya.

" Ssstt.. " gumam Saffiya yang merasa sakit akibat melepas sendiri selang infusnya.

Begitu ia keluar kamar, terlihat Rayan sedang duduk didepan TV ruang tengah sibuk dengan labtopnya.

" Udah bangun? " tanya Rayan sambil melirik gadis itu.

" Aku mau pulang. " jawab Saffiya yang berjalan ingin keluar.

" Tunggu sebentar, saya sudah buatkan bubur untukmu, makan dulu. " ucap Rayan pergi mengambilkan bubur yang ia buat tadi.

Saffiya pun duduk dimeja makan, dengan wajah yang masih terlihat pucat.

" Silahkan. " ucap Rayan meletakan semangkuk bubur dan juga semangkuk soop yang telah ia buat.

Dengan pelan Saffiya mulai memakan bubur itu, sementara Rayan masuk kedalam kamar Rain untuk mengambilkan obat yang sudah di resepkan Nanas.

" Ini obatnya, jangan lupa diminum. " ucap Rayan yang meletakan didepan Saffiya.

Saffiya hanya diam menatap obat itu, ia hanya memakan beberapa sendok bubur karena tenggorokanya terasa tidak enak menelan makanan.

" Aku akan membawanya saja, terima kasih." jawab Saffiya yang berjalan keluar menuju apartemeny sendiri.

Rayan tidak menahanya karena tau jika gadis itu pasti tidak enak berada ditempatnya.

Keesokan harinya, Rayan tampak sibuk mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. karena hari ini merupakan jadwalnya untuk mengisi kelas di pesantren.

" Semoga aku bisa memberikan yang terbaik untuk mereka." batin Rayan yang selalu memotivasi dirinya setiap kali akan mengajar di tempat itu.

Ia mencoba mengingat kembali materi yang akan diajarkannya, serta strategi pembelajaran yang sudah dia persiapkan agar dapat menarik perhatian murid-muridnya.

" Rain! mas berangkat dulu. " pamit Rayan.

" Iya! " jawab gadis itu dari dapur.

Rain sedang menyiapkan sarapan pagi untuk dibawa ketempat Saffiya.

Setelah selesai, ia langsung menuju ketempat gadis itu.

" Assalamu'alaikum, kak ini Rain. " ucap Rain yang mengetuk pintu apartemen Saffiya.

" Iya! bentar Ra. " jawab Saffiya keluar dari kamarnya.

" Aku bawain sarapan. " ucap Rain begitu Saffiya membukakan pintu.

" Masuklah. " jawab Saffiya.

Rain pun masuk kedalam dan mulai menyusun makanan yang ia bawa dimeja makan.

" Kamu yang masak semua ini? " tanya Safiya yang ikut duduk dimeja makan.

" Iya, mudah-mudahan kakak suka. " jawab Rain yang mengambilkan makanan untuk Saffiya.

" Kelihatanya enak. " jawab Saffiya yang sudah tidak sabar ingin menikmatinya.

Mereka pun mulai sarapan bersama.

" Oh ya, kakak kamu kemana nggak ikut sarapan? " tanya Saffiya karena tidak melihat Rayan.

" Oh, mas Rayan udah berangkat kak. katanya hari ada jadwal kelas dipesantren. " jawab Rain.

" Pesantren? jadi kakak kamu ngajar juga disana? " tanya Saffiya kaget.

" Iya, udah lama mas ngajar di sana. bahkan sebelum kuliah S2. tapi itu secara sukarela aja mungkin mas mau cari pahalanya aja. " jawab Rain.

Mendengar itu Saffiya langsung merasa kagum dengan pria itu.

" Ternyata sesibuk sibuknya ia, masih menyempatkan diri untuk berbagi ilmu dengan orang lain secara sukarela. " batin Saffiya tersenyum.

" Dipesantren mana? " tanya Saffiya penasaran.

" Mm... Al-Amin didekat sekolah SMK pokoknya gitu deh, aku juga nggak terlalu ingat waktu mas bilang. " jawab Rain.

Mereka pun menyelesaikan sarapanya.

" Oh ya obat kakak dimana? biar aku ambilin. " tanya Rain yang telah selesai

" Ada dimeja kamar aku. " jawab Saffiya.

Rain pun langsung menuju kesana, setelah mengambilnya ia menyiapkan segelas air hangat dan menyuruh Saffiya untuk meminum obatnya.

" Kakak minum obatnya dulu biar cepat sembuh. " ucap Rain.

" Makasih ya Ra, kamu baik banget. " jawab Saffiya tersentuh.

" Iya, kita kan tetangga jadi harus saling menolong. " jawab Rain senang.

Setelah selesai, Safffiya duduk didepan ruang TV sementara Rain membersihkan bekas tempat makan mereka.

Kemudian ia ikut duduk bersama Saffiya setelah menyelesaikan semua.

" Oh ya, kak Meyra kemana? kok nggak kelihatan? " tanya Rain penasaran, karena sepengetahuanya jika Saffiya tinggal bersama temanya itu.

" Kamu kenal dia? " tanya Saffiya kaget, karena setaunya Meyra belum pernah bertemu Rain sebelumnya.

" Beberapa hari yang lalu aku pernah ketemu kak Meyra dilift waktu pulang dari mini market, jadi sekalian kenalan. " jawab Rain.

" Ohh... Meyra sedang dijerman, katanya ada beberapa berkas yang lupa dibawa. paling dua hari lagi pulang. " jawab Saffiya

" Terus selama itu, kakak tinggal sendiri dong? " tanya Rain kaget.

" Ya seperti itulah. " jawab Saffiya santai.

" Mmm.... gimana kalau aku tidur disini temenin kakak? " tawar Rain.

" Memangnya nggak apa-apa? " tanya Saffiya, karena merasa tidak enak dengan Rayan.

" Ya nggak apa-apa dong, lagian aku bosan. mas Rayan selalu sibuk dengan kerjaanya kalau pulang, nggak ada teman buat ngobrol. " jawab Rain.

" Ya udah, kalau tidak merepotkanmu. " ucap Saffiya yang merasa senang ada teman untuk beberapa hari kedepan.

Sore menjelang, Rain menghabiskan waktunya ditempat Saffiya.

Rayan pulang membawa beberapa kantong plastik berisi bahan makanan.

" Assalamu'alaikum. " ucap Rayan masuk.

Namun tidak ada jawaban dari adiknya.

" Kemana tuh anak? " gumam Rayan bingung, karena tidak menemukan Rain didalam kamarnya.

" Dek! " panggil Rayan.

Namun tetap saja tidak ada jawaban.

" Kemana perginya. " gumam Rayan bingung kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi Rain.

Sementara orang yang dicari sedang asyik bermain game dengan Saffiya di dalam dikamarnya.

" Halo mas! " jawab Rain.

" Kamu dimana? mas cariin nggak ada dikamar. " tanya Rayan bingung.

" Aku ada ditempat kak Saffiya. " jawab Rain.

" Oh ya udah, cepat pulang udah sore. " pesan Rayan.

" Iya. " jawab Rain patuh.

Mereka pun melanjutkan permainan sambil tertawa senang.

Jam menunjukan pukul 5 sore, Rain pun memutuskan untuk kembali sejenak keapartemen Rayan.

" Kak aku pulang dulu, nanti setelah selesai sholat aku kesini lagi. " ucap Rain pamit.

" Okay. " jawab Saffiya.

Dengan cepat Rain masuk kedalam karena takut jika Rayan akan memarahinya.

" Udah pulang? " tanya Rayan yang duduk didepan jendela sambil membaca AL-Qur'an.

" Iya, Rain mandi dulu. " jawab Rain masuk kedalam kamarnya.

Azan magrib berkumandang dengan merdu, membuat Rayan dan Rain segera melaksanakan sholat magrib.

Sementara itu, Saffiya hanya duduk melamun di dekat balkon kamar, seraya menikmati suara azan yang membuat hatinya terasa tenang.

Namun, tiba-tiba air mata Saffiya mulai mengalir ketika mengingat lagi perkataan orang tuanya.

" Sampai kapan mereka akan menyakiti perasaanku? Aku merindukan kasih sayang kalian, tetapi seolah kalian nggam peduli dengan keadaanku saat ini." lirih Saffiya dalam hati.

" Bukankah kalian seharusnya juga merindukan putri kalian yang sudah lama tidak bertemu? tapi kenapa setiap aku pulang, selalu ada kendala dan kesalahpahaman yang menjauhkan kami? " Saffiya merasakan perasaan cemas, sekaligus ingin tahu apakah orang tuanya juga merasakan kerinduan yang sama.

Akan tetapi, Saffiya mencoba menguatkan diri dengan berpikir positif bahwa mungkin suatu saat nanti, orang tuanya akan kembali menyadari betapa pentingnya kehadiran anak dalam keluarga.

Namun saat ini ia hanya menunggu kedatangan orang tuanya itu, ataupun sekedar menelpon untuk menanyakan keadaanya saat ini.

Setelah selesai sholat Rain langsung meminta izin pada Rayan untuk tidur menemani Saffiya diapartemenya.

" Mas, Rain boleh tidur ditempat kak Saffiya ya? nemenin dia untuk beberapa hari ini. " ucap Rain meminta izin.

" Memangnya Saffiya bolehin? " tanya Rayan sambil mengotak atik keyboard labtopnya.

" Iya, makanya aku minta izin sama mas. " jawab Rain.

" Ya udah, tapi ingat jangan ngerepotin dia, mas nggak enak. " pesan Rayan mengizinkan.

" Iya, Rain janji. " jawab Rain patuh.

Ia pun masuk kedalam kamarnya untuk bersiap siap.

Rain menggunakan piyamanya lengkap dengan kerudung dan kaus kakinya.

Setelah siap ia pun langsung pergi ketempat Saffiya.

Sementara Rayan melanjutkan pekerjaanya.

Subuh menjelang, Rain sudah bangun dari tidurnya. ia melihat Saffiya masih tertidur pulas.

Gadis itu merasa bimbang saat melihat Saffiya tertidur lelap. Ia ingin membangunkannya untuk sholat Subuh, tetapi di satu sisi, Rain tidak tahu pasti apa agama Saffiya.

" Apakah kak Saffiya juga beragama Islam seperti aku? Tapi aku takut dia akan tersinggung jika aku membangunkannya untuk sholat? Tapi bagaimana jika dia beragama lain dan tidak mengerjakan sholat Subuh," gumam Rain dalam hati.

Keinginannya untuk menjaga silaturahmi dengan teman barunya bertentangan dengan ketidaktahuannya tentang latar belakang Saffiya.

Tapi akhirnya, ketakutannya akan menyinggung perasaan Saffiya mengalahkan niat baiknya.

"Mungkin sebaiknya aku tidak membangunkannya, untuk menghindari kesalahpahaman," pikir Rain dengan hati-hati.

Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk keluar menuju apartemen kakaknya, meninggalkan Saffiya dalam tidurnya yang nyenyak.

" Assalamu'alaikum. " kata Rain masuk.

" Waalaikumusalam. " jawab Rayan yang tengah duduk didepan TV sambil membaca buku menunggunya untuk sholat subuh.

" Rain siap-siap sebentar mas. " ucap Rain masuk kedalam kamarnya.

Namun ia berhenti sebentar karena masih penasaran dengan satu hal.

" Mas. " panggil Rain.

" Hm? " jawab Rayan singkat.

" Apa kak Saffiya orang islam? soalnya tadi Rain mau bangunin dia buat sholat subuh, cuma nggak tau agamanya jadi nggak enak. " tanya Rain penasaran.

" Mas juga nggak tau,  karena belum pernah liat dia sholat. " jawab Rayan.

" Kalau liat kak Saffiya pakai hijab pernah nggak? " tanya Rain lagi.

" Untuk itu mas nggak tau, karna nggak setiap hari liat dia. " jawab Rayan.

" Ya udah deh, Rain siap siap dulu. " ucap Rain masuk kedalam kamarnya.

Setelah selesai, keduanya langsung melaksanakan sholat subuh bersama.

###NEXT###

Salam Hangat Dari Penuliss...

1
riez onetwo
Ga sabar lanjut baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!