"Menikah lah dengan saya Jeslyn! Ini perintah bukan penawaran!"
"A-pa!?"
Menikah dengan boss sendiri!? Jeslyn tak pernah berpikir bahwa Louis akan melamar nya secara tiba-tiba, padahal lelaki itu jelas tidak mecintai nya! Apa yang sebenar nya lelaki itu inginkan hingga memaksa Jeslyn untuk tidak menolak titahan tersebut? Apakah sebuah keterpaksaan dari seseorang? Balas dendam? Atau alasan lain nya? Cukup Tuhan dan Louis yang tau!
Jeslyn yang memang tidak memiliki power apapun pun terpaksa mengiyakan keinginan dari Louis tanpa tau alasan pria itu ingin menikahi nya.
Lalu, bagaimana kehidupan Jeslyn kelak? Akan kah ia mampu untuk meluluhkan hati Louis? Sedangkan lelaki itu memiliki sifat kaku, dingin tak tersentuh, dan temperamental!? Belum lagi, Louis yang masih terbayang-bayang oleh masa lalu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bertepuk12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Berikan laporan mu."
Suara bariton menembus indra pendengaran, pemilik suara itu tengah duduk manis di kursi kebesaran nya sembari membaca laporan bersama kaca mata anti radiasi yang menggantung diantara kedua mata nya.
Lelaki yang tengah berdiri di hadapan tuan nya namun terhalang meja itu pun mengangguk perlahan.
"Pernikahan Nona Violet akan berlangsung di Hotel Paris tepat nya pada pukul 17.00 PM tanggal 1 Januari esok, persiapan nya hampir 80%."
Dia adalah tangan kanan Louis, Hanreas La Andreas, lelaki bertubuh tinggi dengan bentuk badan membahana, wajah? Jangan tanyakan, ia cukup tampan karena lelaki itu berdarah belanda, ciri khas nya pun begitu ketara, rambut pirang dan fitur wajah kecil.
Louis menahan nafas, lalu tiba-tiba seringai setan muncul diantara sudut bibir nya.
"Lalu, bagaimana dengan tugas mu mengenai rencana ku tepat hari H pernikahan Violet?"
"Sesuai dengan keinginan anda, semua sudah selesai, para awak media sudah saya tutup mulut nya, dan saya sudah mensabotase gedung tersebut, seharusnya rencana ini akan berjalan dengan lancar." Jelas Han dengan tenang, mata itu hanya menyorot tegas pada Louis.
Tersenyum penuh kebanggaan, Louis mengacungkan jempol nya, "Bagus, kau bisa keluar, kerjakan tugas mu selanjutnya untuk menyelidiki Organisasi Zouto, berikan beberapa mata-mata pada organisasi itu, dan kumpulkan informasi nya."
"Baik, akan saya kerjakan, izin saya pergi tuan." Han menundukan kepala dengan tangan kanan diatas perut, seolah-olah tengah memberi penghormatan.
Mengangguk, Louis melambaikan tangan, "Silakan."
Pandangan Louis mulai melemah saat punggung Han mulai menghilang, diruangan besar ini hanya ada diri nya. Lalu tangan itu teralih mengambil sebuah bingkai foto berukuran A4 yang selalu ia pajang diatas meja kerja nya.
"Violetta Devincira, jika aku tidak bisa memiliki mu, maka orang lain juga tidak bisa! Kau hanya terlahir hanya untuk ku Violet, hanya untuk ku." Louis terkekeh, mengusap bingkai foto itu dengan pelan.
Kagum, hanya itu lah yang dapat Louis deskripsikan, namun di balik rasa kekaguman itu, ia menyimpan obsesi begitu besar pada wanita jelmaan malaikat bernama Violetta.
Lihat lah, sampai-sampai Louis mengeluarkan begitu banyak uang hanya untuk menggagalkan pernikahan wanita pujaan hati nya.
"Salahkan diri mu sendiri Vio, kau yang masuk kedalam kehidupan ku, dan aku tak akan membiarkan kau pergi bersama pria lain, karena tak ada pria yang lebih pantas selain aku yang bisa bersanding dengan mu."
Louis tersenyum menawan, lalu ia membuka sedikit lengan kemeja nya, disana tercetak jelas nama Violetta yang ditulis secara rapi dan ditampilkan melalui tato berwarna hitam.
"Kau hanya milik ku." Louis terkekeh geli, mencium bingkai foto tersebut, ia bagai orang sinting yang tengah tergila-gila pada calon istri orang lain.
BRAK....
Suara pintu yang dibuka secara kasar terdengar begitu memekik telinga, seorang wanita berdiri kaku dengan tatapan membunus tajam, tangan nya mengepal kuat hingga kuku panjang itu menembus kulit putih nya.
"Kak, apa rencana mu!?" Dia adalah Afnan, wanita yang mendengar segala percakapan Louis bersama tangan kanan nya, dan saat Louis bergumam sendiri.
Louis mendongok, menghela nafas perlahan, "Afnan, bukan kah sudah aku beritahu? Jika ingin masuk, ketu-"
"AKU TIDAK MEMINTA NASIHAT MU! JAWAB PERTANYAAN KU!" Afnan berteriak keras, mata nya bergetar, seolah-olah menahan emosi yang terasa sudah memuncak pada kepala.
Sejenak tatapan Louis termangu, lalu ia kembali taruh bingkai foto bergampar wajah rupawan Violetta itu secara pelan, "Jangan kurang ajar terhadap kakak mu Afnan!" Seru nya memperingati.
Tatapan Afnan mulai menyengit, "Aku bertanya pada mu kak, apa yang akan kau lakukan tepat di pernikahan wanita ular itu!"
"Itu bukan urusan mu Afnan, aku tidak pernah mengajari mu untuk ikut campur urusan orang lain." Louis menjawab santai, seperti nya kali ini ia harus mendidik adik nya lebih tegas.
Terbukti bukan? Afnan semakin beranjak dewasa, semakin kurang ajar terhadap nya.
Afnan menutup mata sejenak, lalu ia mendudukan tubuh nya diatas sofa, helaan nafas berat terdengar begitu menganggu indra pendengaran.
"Aku tidak tau bagaimana jalan pikiran mu kak, namun please, aku takut, aku takut apabila kakak dimanfaatkan lagi oleh wanita ular itu, apa kakak tak ingat bagaimana dia membuang mu bagai sampai daur ulang, dan lebih memilih untuk pergi ke negari seberang, lalu mencari lelaki yang lebih tampan dan kaya?" Afnan menjeda kalimat nya sejenak, sebelum kembali berucap.
"Bahkan aku sempat berpikir seribu kali, mengapa kakak begitu mengilai wanita ular penuh tipu muslihat itu? Apa karena cantik? Bahkan wajah nya bagai itik buruk rupa, dia tak pantas bagi mu kak, dia sama sekali tak pantas!"
Setelah mengeluarkan unek-unek nya yang terasa memberat dihati, akhirnya Afnan bisa bernafas lega walaupun tersisa rasa khawatir akan respon dari Louis.
Suara deritan kursi terdengar, Louis berdiri dari duduk nya, "Jika begitu, apa Jeslyn pantas untuk ku?"
"Dia berbeda dari wanita itu! Jika memang kakak tidak menyukai Jeslyn, baik! Kakak bisa mencari wanita lain, namun tidak untuk Violet! Aku tidak setuju!" Jerit Afnan dengan tatapan tak ingin dibantah.
Mendekat perlahan, Louis mengelus surai hitam Afnan penuh kasih sayang, "Dengar kakak dulu oke? Violetta adalah wanita yang baik Afnan, dulu dia pergi karena sifat ku yang overprotective, playing victim, dan berlebihan, bukan karena dia ingin mencari orang yang lebih baik."
Kekehan tak percaya terdengar, diringi Afnan yang mendengus tanda bahwa ia tak percaya, "Bullshit!"
"Cobalah terima Violet, sebentar lagi dia akan menjadi kakak ipar mu." Louis kembali meluruskan tangan nya, menatap Afnan dingin namun tersirat sebuah harapan besar.
Terkejut, Afnan menatap Louis penuh selidik, "Apa yang akan kakak lakukan!?" Tanya nya menaikan satu taraf intonasi.
Louis menunduk, ia duduk disamping tubuh sang adik, lalu ia genggam tangan wanita itu, "Kamu menyayangi kakak mu ini bukan?"
Anggukan ringan terlihat, "Heum."
"Jika begitu, terima Violet, kakak tidak pernah meminta apapun dari mu bukan? Ini adalah permintaan kakak yang pertama dan terakhir." Seru Louis tersenyum kecil.
"Tapi wanita itu akan menikah! C'mon kak, jangan seperti ini, banyak wanita diluar sana yang lebih dari dia!" Afnan, ia masih berusaha tegar terhadap pendirian nya.
Louis menutup mata sejenak, menetralisir rasa ingin mencaci-maki wanita disamping nya, kalian ingat bukan? Louis memiliki riwayat temperamental, yang terkadang sangat sulit dikondisikan.
Dan Louis tak ingin berujung memarahi Afnan, karena hanya wanita itu yang ia punya dalam kehidupan ini, dan....
Mungkin Violet dimasa depan nanti?
"Yang akan menjadi pengantin pria, adalah aku, Afnan, bukan pria lain." Louis menjawab tegas, mata nya bahkan tersorot sebuah keseriusan.
Sedangkan Afnan terdiam diatas ketidak percayaan nya, bibir Afnan bahkan kelu untuk mengeluarkan satu kata, membuat nya memilih untuk bangun dari duduk, dan berlari keluar, meninggalkan Louis yang hanya menatap punggung sang adik tanpa niatan menghentikan langkah lebar itu.