WARNING *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA⚠️ ⚠️
Emile adalah seorang mahasiswi yang terpaksa harus menyudahi kuliahnya karena alasan ekonomi dan juga adik kesayangannya yang tengah sakit. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan membiayai pengobatan adiknya yang tak ramah di kantong. Dalam pertemuan yang tak di sengaja dengan bosnya di sebuah bar membuat hidupnya berubah drastis. Ia terjebak dalam sebuah perjanjian kontrak dengan Harry Andreson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang Bersama
Saat jam kantor selesai, baru saja Emile akan pulang, tiba-tiba saja dering ponselnya membuat ia langsung mengangkatnya. Seketika raut wajah malas pun langsung terlihat jelas di wajahnya tak kala mendengar suara yang beberapa hari ini membuatnya benar-benar kesal bukan main.
Dengan terpaksa, ia pun langsung menuju ke ruangannya bosnya itu. Ia sudah tahu pasti akan ada yang terjadi lagi jika pria itu sudah menyuruh ke ruangannya.
Dengan tangan mengepal keras, ia pun berjalan menuju ke ruangan Harry. Ia membuka pintu dengan perlahan-lahan, dan melihat jika pria itu tengah terlentang di kursi kerjanya dengan mata terpejam.
Harry memberikan isyarat dengan jari telunjuknya agar Emile mendekat. Hal itu pun langsung di lakukan Emile.
"kemarilah, duduk bersamaku." Kata Harry namun Emile hanya diam saja mematung sehingga membuat Harry membuka matanya dengan kesal.
"apa kau tidak dengar aku berbicara apa?" Kata Harry dengan suara penuh penekanan.
Dari nada bicara dan raut wajahnya, Emile bisa menebak jika suasana hati Harry sangatlah tidak baik. Ia pun hanya bisa pasrah menurut saja dari pada Harry bertindak dengan kekerasan seperti beberapa waktu.
"duduk di sini, bukan di situ!!" Bentak Harry dengan menendang kursi yang Emile ambil tadi, sembari menunjuk ke arah pahanya.
"Maksudmu, aku duduk di pangkuanmu begitu?" Tanya Emile dengan tidak percayanya.
Tanpa mengatakan apapun, sudah membuat Emile paham keinginan bosnya itu apa. Dengan sedikit ragu, ia pun duduk di paha Harry. Seperti dugaannya, pria itu malah membenarkan posisi duduk Emile seperti yang seharusnya, yaitu duduk di pangkuan Harry dengan saling berhadapan.
Emile hanya memalingkan wajahnya saja karena ia tidak ingin menatap wajah Harry secara langsung. Sebenarnya ada beberapa kali hatinya memuji ketampanan Harry, karena itu ia harus mulai menyadarkan dirinya sendiri.
Tangan Harry mulai mengelus dada Emile yang membuat gadis itu langsung menghentikan aksi Harry. Hal itu tentu saja membuat Harry langsung menatapnya dengan nyalang. Ia sangat tidak suka di bantah atau mendapatkan penolakan.
Glekkkk....
Emile menelan ludahnya dengan kasar. Ketika merasakan adanya sebuah tonjolan besar dan keras yang tepat berada di area sensitifnya. Nafas Harry sudah terdengar memburu dengan gerakan tangannya yang makin lihai memainkan dada Emile.
"Harry....kau...." Ucap Emile
"Aku menginginkanmu sekarang." Kata Harry dengan melepaskan sabuk beserta celananya.
"Akhhhhh...." Emile langsung menutup mulutnya tak kala benda tumpul yang gagah perkasa itu di paksa masuk ke miliknya
"kenapa kau diam saja? Bergeraklah." Kata Harry yang miliknya sudah tertanam semuanya di milik Emile.
"A aku....?? Tidak, aku tidak mau." Kata Emile membuat Harry merasa kesa kembali sehingga ia langsung mengangkat tubuh Emile sedikit dan ia pun melancarkan serangannya pada Emile dari bawah.
"Harry, sudah... A aku...emmhh....akhhh."
"Keluarkan sayang." Kata Harry yang semakin bersemangat.
Dalam satu kali hentakan keras dari tubuh Harry, membuat Emile langsung mengeluarkan cairannya, bahkan kali ini rasanya jauh lebih nikmat dari yang sebelumnya.
Harry menggendong Emile dengan posisi yang masih sama ke atas sofa. kini giliran ia yang akan bermain, tidak peduli bagaimana Emile terus memohon untuk menyudahi permainan itu.
"Astaga....apa itu....siall!!! Mataku ternodai lagi." kata Daniel dengan mengumpat.
Pria itu ingin memberikan dokumen pada Harry, hanya saja karena kebiasaannya, ia lupa mengetuk pintu dan malah melihat pemandangan yang membuat mata polosnya ternodai.
Setelah hasratnya tersalurkan, kini Emile memunguti baju-bajunya. Tiba-tiba saja tangan Harry memegang pundaknya yang membuatnya terkejut. Di luar dugaan, justru pria itu malah membantu Emile mengenakan pakaiannya.
"Aku akan mengantarmu pulang." kata Harry
"Tidak. Terimakasih." kata Emile.
"Kenapa kau selalu membuatku naik darah Emile!! Aku bilang aku tidak suka penolakan!!" bentak Harry.
Akhirnya Emile memilih pasrah saja karena teringat kontrak yang sudah ia tandatangani secara tidak sengaja. Kini merekapun keluar dari ruangan itu. Daniel yang memang penasaran siapa wanita itu pun nampak terkejut tak kala melihat Emile, si cleaning service.
"Tidak mungkin bukan selera Harry turun." kata Daniel dengan menutup mulutnya.
"Harry, aku tidak mau. bagaimana jika ada yang melihat aku pulang bersamamu." kata Emile dengan celingukan.
"Ya, kau akan aku pecat agar tidak menimbulkan keributan." jawab Harry santai.
"Sungguh??! Kau akan memecat ku? Baiklah baiklah, ayo kita pulang bersama, biarkanlah jika ada yang melihat dan jadi buah bibir." kata Emile dengan antusias dan tanpa sadar menggandeng tangan Harry.
"Hei kau! Jaga batasanmu." kata Harry dengan menunjuk dahi Emile agar gadis itu menjauh darinya.
Harry benar-benar tidak habis pikir kenapa justru gadis itu terlihat bersemangat sekali jika ia akan memecatnya, padahal banyak karyawan lain yang sampai memohon agar bisa tetap bekerja di perusahaannya.
"Kau ini tidak waras ya." kata Harry dengan berdecak kesal.
"Kau yang tidak waras, tuan." timpal Emile berkacak pinggang
Kini merekapun berada di dalam mobil dengan suasana yang tenang sunyi. Hal itu membuat Emile benar-benar merasa bosan sekali. Harry yang menyadari jika gadis itu seperti tidak nyaman langsung membuka atap mobilnya.
Emile yang terkejut pun hanya menatap Harry saja, sementara pria itu tidak mengatakan apapun dan hanya menatap lurus ke depan saja. Harry hanya mengantarkan Emile sampai di depan apartemennya setelah itu langsung pergi tanpa mengatakan apapun.
"Ya tuhan, kenapa aku bisa sampai berurusan dengan pria tidak berperasaan itu. kenapa jalan takdirku harus seperti ini." gumam Emile dengan menghela nafasnya.
Saat tiba di apartemennya, ia langsung merapikan dan membersihkan apartemen itu seperti biasa seperti saat dia di rumahnya. Tiba-tiba saja, ia di kejutkan dengan sebuah suara yang membuatnya terkejut.
"Nyo...nyonyaaa...." ucap Emile dengan tubuh gemetarnya.
"Jadi benar kau adalah wanita itu. Sejak kapan kau tinggal disini? Kau tidak jauh berbeda dengan wanita-wanita itu yaaa." tanya Elizabeth dengan tatapan sinis penuh curiga.
"saya tidak seperti yang nyonya pikiran." ucap Emile tanpa berani menatap Elizabeth.
"Tinggalkan Harry, karena kau tidak pantas bersamanya." kata Elizabeth.
"Jika bisa, saya ingin nyonya. tapi saya tidak bisa. Jika nyonya menginginkan saya pergi maka saya akan segera pergi, tapi tolong bantulah saya. Saya juga tidak mau berada di sini." kata Emile dengan memohon.
"Apa maksudmu?" tanya Elizabeth dengan bingungnya.
"Saya terpaksa melakukan ini. Jika bukan karena kebodohan saya, tidak mungkin saya akan berurusan dengan tuan Harry. Sebentar..." ucap Emile dengan membuka hp nya dan menunjukkan bukti jika dirinya terikat kontrak dengan Harry.
"Dasar bocah gila...." gumam Elizabeth dengan geramnya.
Bagaimanapun juga, ia sudah tahu semua seluk beluk kehidupan Emile, tapi rupanya anaknya itu kembali berulah lagi.
"Hei! Bajingan tengik!!! Dimana kau sekarang? Mami sedang di apartemen mu, pulang cepat atau mami akan marah padamu." kata Elizabeth kemudian menutup panggilannya sepihak.
"Sudahlah, tidak perlu di pikirkan. Lebih baik kau mandi dan ganti bajumu. Karena kau sangat bau dan aku hampir muntah karena itu. Cepatlah!" kata Elizabeth membuat Emile bingung tapi langsung bergegas membersihkan dirinya.