Dalam kehidupan sebelumnya, Xin Yi tidak pernah mengerti. Mengapa Gu Rui, yang disebut sebagai Putri satu-satunya keluarga Gu, selalu membidiknya.
Selalu merebut apa yang jadi miliknya, dan berusaha mengalahkan nya disetiap hal yang ia lakukan.
Tidak sampai suatu hari, Xin Yi menemukan catatan lama ibunya.
Dia akhirnya mengerti, bahwa yang sebenarnya anak kandung Tuan Gu adalah dirinya...
" Xin Yi, matilah dengan tenang dan bawa rahasia itu terkubur bersama tubuhmu. "
Gu Rui membunuhnya dengan kejam, merusak reputasinya, mencuri karya miliknya, dan memfitnah nya sebagai putri palsu yang hanya ingin menipu harta ayahnya.
....
" Tunggu, jadi maksudnya aku adalah Xin Yi itu sekarang.. "
Xi Yi, seorang pemenang penghargaan aktris terbaik selama lima tahun berturut-turut.
Harus kehilangan nyawanya akibat ditikam sampai mati oleh fans fanatiknya.
Dia kemudian terlahir kembali sebagai Xin Yi didunia yang lain.
Dia adalah seorang aktris, mampukah dia berubah menjadi Xin Yi Idol.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 : Pertemuan Xin Yi dan Huo Qian
Xin Yi sedang berjalan di taman villa, mencoba memahami situasi aneh ini. Dia terlalu sibuk dengan pikirannya sampai tidak memperhatikan jalannya.
"Bruk!" tiba tiba dia menabrak seseorang.
"Hei! Apa kau tidak punya mata?" seru Xin Yi sambil mengusap dahinya.
Dia mendongak dan melihat seorang pria tinggi dengan wajah sempurna, tetapi ekspresinya seperti es batu.
Huo Qian menatapnya dengan dingin, tapi ada kilatan penasaran di matanya. "Kau yang menabrakku."
Xin Yi melipat tangan di dada. "Oh, jadi ini salahku? Kau berdiri di tengah jalan seperti patung. Siapa yang suruh kau begitu besar?"
Huo Qian mengangkat alis, tidak terbiasa ada yang berbicara kasar padanya. Tapi bukannya marah, dia malah tersenyum kecil, sebuah senyuman langka yang membuat Xin Yi mundur selangkah.
"Jadi, kau pikir aku besar, ya?" Huo Qian mencondongkan tubuhnya sedikit, membuat Xin Yi terpojok di bawah tatapannya.
"Berhenti mendekat! Kau pikir aku takut padamu?!" seru Xin Yi sambil mendorong dadanya.
Namun, dorongan itu malah membuat Huo Qian tertawa pelan. "Menarik. Kau berbeda dari wanita lain."
Xin Yi mendelik. "Apa maksudmu? Jangan berpikir aku akan jatuh cinta pada pesona dinginmu. Aku pernah melihat pria seperti kau di drama—kebanyakan menyebalkan!"
Huo Qian tertawa lagi, sebuah suara yang jarang terdengar. "Aku akan ingat itu. Sampai jumpa, nona drama."
Xin Yi mendengus kesal. "Siapa dia pikir dia?!" Tapi di dalam hatinya, dia merasa bingung. Kenapa pria itu terlihat lebih hidup daripada yang digambarkan di novel?
Xin Yi masuk ke ruang keluarga, di mana sekelompok gadis sedang duduk bersama. Salah satunya adalah Gu Rui, seorang gadis cantik dengan rambut panjang berkilau.
Gu Rui menatap Xin Yi dengan ekspresi terkejut, lalu berubah menjadi cemberut. "Kau siapa? Kenapa kau di sini?"
Xin Yi tersenyum, mencoba bersikap ramah. "Aku Xin Yi. Aku diundang bersama teman-teman sekolahmu."
Gu Rui menyipitkan matanya. "Kau terlalu cantik untuk jadi teman sekolahku."
Xin Yi tersentak. "Apa itu pujian atau hinaan?"
Gu Rui berdiri, mendekati Xin Yi sambil melipat tangan. "Aku tidak suka kau ada di sini. Semua orang memperhatikanmu, bukan aku."
Xin Yi terkikik. "Oh, jadi kau cemburu? Jangan khawatir, aku tidak akan mencuri perhatianmu."
Gu Rui memerah. "Aku tidak cemburu! Aku hanya... hanya tidak suka saingan!"
Xin Yi menahan tawa. Gadis ini seperti anak kecil yang kehilangan permen. Dia memutuskan untuk menggoda Gu Rui lebih jauh.
"Baiklah, aku akan mencoba tidak terlalu bersinar. Tapi itu sulit, kau tahu?" Xin Yi mengedipkan mata.
Gu Rui mendengus dan berbalik, tapi dia tidak bisa menyembunyikan rasa frustrasinya. "Hmph, kita lihat saja siapa yang lebih baik."
Gu Lan sedang duduk di ruang kerja bersama istrinya, Fang Yin. Dia memandang ke luar jendela, teringat pada wajah Xin Yi.
"Ada apa?" tanya Fang Yin, memperhatikan suaminya yang tampak melamun.
"Aku melihat seorang gadis tadi. Dia mengingatkanku pada seseorang... tapi aku tidak tahu siapa," jawab Gu Lan dengan nada serius.
Fang Yin menyipitkan matanya. "Gadis itu... siapa namanya?"
"Xin Yi," kata Gu Lan pelan.
Fang Yin merasakan firasat buruk. "Hati-hati, Lan. Jangan terlalu dekat dengan orang asing. Kau tahu bagaimana orang bisa memanfaatkan kita."
Gu Lan mengangguk, tapi perasaan akrab itu tidak hilang. "Aku hanya merasa... dia seperti bagian dari masa lalu yang hilang."
Fang Yin menggenggam tangannya erat. "Masa lalu adalah masa lalu. Jangan biarkan itu mengganggu kita."
Namun, di dalam hatinya, Fang Yin merasa waspada. Dia tidak tahu kenapa, tapi nama Xin Yi membuatnya merasa ada sesuatu yang akan berubah di keluarga mereka.
Suasana Barbeque di Sore Hari
Matahari mulai tenggelam, menciptakan pemandangan indah di halaman belakang Villa keluarga Gu. Aroma daging panggang memenuhi udara, membuat suasana semakin hangat dan santai.
Xin Yi berdiri di dekat meja, mengipasi daging yang sedang dipanggang dengan ekspresi malas. "Kenapa aku yang harus melakukan ini? Bukankah ini pekerjaan tuan rumah?" gumamnya pelan.
Hua Hua, yang berdiri di sebelahnya, tertawa kecil. "Kau terlihat sangat lucu, Xin Yi. Aku kira kau tidak tahu cara memasak."
"Tentu saja aku tahu!" balas Xin Yi sambil membalik daging dengan sedikit kesal. Setidaknya aku tahu cara bertahan hidup, meskipun aku seorang aktris terkenal.
Di sisi lain halaman, Gu Rui berdiri dengan wajah cerah, mengenakan gaun santai. Dia terlihat lebih ceria daripada biasanya, matanya terus melirik ke arah pintu villa.
"Tunggu sampai kau melihat tamu istimewa yang diundang Ayah," katanya dengan nada penuh semangat kepada teman-temannya.
Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar. Gu Lan muncul bersama seorang pria yang langsung menarik perhatian semua orang.
Itu Huo Qian, dengan jas kasual yang tetap membuatnya terlihat sangat memikat. Aura dinginnya tampak lebih lembut, dan senyum kecil di wajahnya cukup untuk membuat beberapa gadis yang hadir menahan napas.
Gu Rui langsung memerah. Tangannya mencubit lengan temannya dengan gugup. "Dia di sini! Huo Qian ada di sini!"
Huo Qian menyapu pandangannya ke seluruh halaman, tetapi matanya berhenti pada satu orang—Xin Yi, yang sedang sibuk dengan panggangan.
Dengan langkah santai, dia berjalan mendekat.
"Xin Yi," panggilnya dengan suara lembut.
Xin Yi yang sedang fokus membalik daging hampir menjatuhkan penjepitnya. Dia mendongak dengan kaget. "Kau lagi? Kenapa kau selalu muncul di mana-mana? dan bagaimana kau tahu namaku."
Huo Qian tersenyum, kali ini lebih hangat daripada biasanya. "Aku diundang oleh Tuan Gu. Tapi sepertinya aku tidak salah datang. Dan namamu tertulis di seragam yang kau kenakan, Xin Yi."
Gu Rui, yang berdiri tidak jauh, memandang mereka dengan ekspresi campur aduk. Wajahnya memerah lebih dalam saat melihat senyum manis Huo Qian pada Xin Yi.
"Kenapa dia tersenyum seperti itu pada Xin Yi?" gumamnya pelan, merasa kesal.
Sementara itu, Gu Lan memperhatikan interaksi dari jauh. Dia tidak bisa mengabaikan keakraban yang dirasakannya setiap kali melihat Xin Yi.
Fang Yin, yang berdiri di samping suaminya, melirik Gu Lan dengan curiga. "Kau terus memandangnya. Apa ada sesuatu yang perlu aku tahu?" tanyanya dengan nada tajam.
Gu Lan menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya merasa dia... menarik."
"Jangan terlalu tertarik," balas Fang Yin dingin.
"Kalau kau di sini, kenapa tidak membantu?" kata Xin Yi sambil menyerahkan penjepit daging pada Huo Qian.
Huo Qian menerimanya dengan santai. "Baiklah, apa yang harus aku lakukan?"
Xin Yi tersenyum puas. "Akhirnya, kau berguna untuk sesuatu."
Huo Qian tertawa kecil. "Kau benar-benar tidak takut padaku, ya?"
"Kenapa aku harus takut? Kau tidak terlihat menakutkan," balas Xin Yi sambil menyandarkan tubuhnya ke meja.
"Aku tidak menakutkan, tapi orang lain sering berpikir begitu," jawab Huo Qian sambil membalik daging dengan cekatan.
Gu Rui yang memperhatikan dari jauh merasa semakin kesal. "Kenapa dia begitu akrab dengan Xin Yi?" pikirnya sambil menggigit bibir.
Setelah barbeque selesai, para tamu duduk di meja panjang untuk menikmati makanan. Gu Rui, yang sudah tidak tahan lagi, memutuskan untuk menghadapi Xin Yi secara langsung.
"Xin Yi," panggil Gu Rui dengan nada tajam.
Xin Yi menoleh, sedikit terkejut. "Ada apa?"
Gu Rui melipat tangan di dada. "Kau terlalu dekat dengan Tuan Huo."
Xin Yi mengangkat alis. "Dekat? Aku hanya berbicara dengannya. Apa itu masalah?"
"Itu masalah bagiku!" seru Gu Rui. Wajahnya memerah, tetapi dia tetap berdiri tegak. "Aku tidak suka caramu membuat semua orang memperhatikanmu."
Xin Yi mencoba menahan tawanya. "Gu Rui, kau tahu ini bukan kontes, kan? Aku tidak mencoba mencuri perhatian siapa pun."
Gu Rui mendengus. "Kau memang mencuri perhatian. Bahkan Ayah terus memperhatikanmu."
Xin Yi tersentak mendengar itu. Dia melirik Gu Lan, yang sedang berbicara dengan tamu lain, tetapi sesekali matanya memang tertuju padanya.
"Gu Rui, aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, tapi aku tidak punya niat untuk merebut perhatian siapa pun," kata Xin Yi dengan suara lebih lembut.
Gu Rui tampak ragu sejenak, tetapi kemudian dia mendengus dan berjalan pergi.
Saat malam semakin larut, tamu-tamu mulai bubar. Huo Qian mendekati Xin Yi sekali lagi sebelum pergi.
"Xin Yi," panggilnya.
Xin Yi menghela napas. "Apa lagi sekarang?"
Huo Qian tersenyum kecil. "Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku menikmati percakapan kita tadi."
Xin Yi mendelik. "Kau benar-benar aneh."
"Aku sering mendengar itu," balas Huo Qian sambil berjalan pergi.
Gu Lan, yang berdiri di dekat pintu, memperhatikan interaksi mereka dengan ekspresi serius.
"Lan, ayo masuk," panggil Fang Yin dari dalam rumah.
Gu Lan mengangguk, tetapi hatinya penuh dengan pertanyaan. Siapa sebenarnya Xin Yi? Dan kenapa dia merasa begitu terhubung dengannya?
Duh siapa itu kak, apa bakal ada penguntit dirumah xin yi?