Xiao Yuen sang putra mahkota kerajaan Hindipura, yang dianggap sampah lantaran memiliki Dantian yang cacat semenjak lahir, setiap saat, mendapat hinaan dan siksaan dari pangeran Gumantri saudara tiri nya.
Hingga pada suatu hari, seorang pertapa tua mengajak nya pergi ke Negeri seberang untuk mencari keberadaan ayah nya.
Bertemulah dia dengan ayah nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bantuan Ratu Duyung.
Xiao Yuen segera masuk kedalam air mengikuti Shi Lai Yung si Ratu Duyung itu, namun masih tidak ada keanehan apapun yang terjadi dengan diri nya.
"Menyelam lah adik!" seru Shi Lai Yung.
"Gooooooh!" ....
Suara raungan mahluk Lagoh itu terdengar kian mendekat.
Xiao Yuen segera menyelam kedalam air mengikuti Shi Lai Yung.
Xiao Yuen takjub, karena tiba tiba dia bisa bernafas di dalam air layak nya di atas daratan, bahkan berbicara pun dia bisa.
"Ikutilah aku keselatan, disana ada pulau yang aman untuk mu adik!" ujar Shi Lai Yung si Ratu Duyung itu.
Xiao Yuen segera berenang di dalam laut, mengikuti ratu duyung itu.
Sangat lama mereka berenang, hingga matahari terbit di belahan timur, mereka terus berenang.
Sesekali Xiao Yuen menatap kebelakang, kini pulau tempat dia terdampar dulu, hanya tampak sebesar telapak tangan saja lagi.
Shi Lai Yung si Ratu Duyung terus berenang keselatan, sesekali dia berenang sambil menggendong Xiao Yuen dibelakang nya, karena bocah itu kelelahan turus menerus berenang di air.
Bahkan saat kelelahan, kedua nya beristirahat diantara bunga bunga karang dan goa goa bawah laut.
Setelah beberapa hari berenang, akhirnya mereka tiba di sebuah pantai berpasir putih.
Pulau ini hampir seluruh nya ditutupi oleh hutan yang lebat.
"Tinggallah di pulau ini adik, aku akan mengunjungi mu purnama mendatang, di tengah pulau ini, konon menurut leluhur ku ada sebuah kuil besar, kau bisa tinggal disana!" ujar Shi Lai Yung si Ratu Duyung.
Setidak nya, Xiao Yuen bisa bernafas lega, karena terhindar dari empat mahluk Lagoh itu.
"Kakak!, kakak akan kemana?" tanya Xiao Yuen menatap kearah Ratu Duyung itu.
"Aku akan kembali ketempat ku, mungkin rakyat ku sudah gelisah mencari ku, aku akan mengunjungi mu nanti, maaf aku tidak bisa mengajak mu ke istana ku, ada kutukan bahwa jika istana ku dimasuki bangsa manusia, maka bencana akan datang melanda bangsa kami, baik baik lah adik hidup di pulau ini, semoga Dewa melindungi mu!" sahut Shi Lai Yung pergi berenang ketengah laut, meninggalkan Xiao Yuen sendirian di pulau asing itu.
Perlahan, Xiao Yuen melangkah ketepian pantai, memperhatikan sekeliling nya beberapa saat, lalu melangkah kembali.
Tidak ada suara manusia satu pun yang terdengar, yang ada hanya suara burung dan teriakan monyet yang lari saat melihat kedatangan Xiao Yuen.
Xiao Yuen berjalan menyusuri tepi pantai berpasir putih itu perlahan, sambil meningkatkan kewaspadaan nya.
Setelah berjalan beberapa jauh, Xiao Yuen tiba di sebuah muara sungai kecil dengan air deras mengalir kelaut.
Sungai itu tidak terlalu besar, hanya sekitar tiga depa saja lebar nya.
Xiao Yuen menyusuri aliran sungai itu arah ke hulu nya, menuju ke sebuah bukit yang cukup besar dan tinggi.
Setelah perjalanan nyaris seharian, Xiao Yuen kini tiba di sebuah telaga yang tidak terlalu besar, namun berair sangat jernih, dan saking jernih nya, dasar telaga tampak seperti tidak terlalu dalam.
Di tepi telaga bagian Utara, ada sebuah air terjun yang tidak terlalu tinggi, namun cantik bertingkat tiga.
Di barat telaga, ada sebuah bukit yang ditutupi rimbunan semak belukar yang sangat rapat sekali, sehingga batu atau tanah nya tidak tampak sama sekali.
Xiao Yuen meneguk air telaga itu untuk melepaskan haus dan lelah nya.
Dipinggir telaga itu ada sebatang pohon Siong tua yang di lilit oleh semacam akar hutan hingga nyaris seluruh dahan Siong itu tertutup tumbuhan akar itu.
Di atas akar itu, nampak sedang mengeluarkan buah berwarna oranye sebesar dengkul yang sangat banyak.
Ada beberapa ekor monyet kecil, berebut memakan buah itu.
"Pluk!" ....
Sebiji buah berwarna oranye itu jatuh dari pohon kedalam air di pinggir telaga itu.
Bergegas Xiao Yuen memungut buah itu, yang terlihat masih utuh tanpa ada bekas gigitan monyet kecil itu.
Kulit buah itu agak lembek tidak keras, dan sedikit bergetah, isi didalam nya berwarna oranye seperti kulit nya, namun lebih terang lagi, dan rasa nya sangat manis dengan sedikit rasa asam.
Karena rasa nya yang enak, Xiao Yuen segera memanjat akar yang menjalar ke atas pohon Siong itu, dan menjatuhkan beberapa biji ke tepi telaga.
Beberapa ekor monyet kecil itu nampak heran memperhatikan Xiao Yuen yang baru dia lihat di pulau itu.
Setelah merasa cukup, Xiao Yuen bergegas turun kebawah, mengumpulkan buah yang dia petik tadi.
Sambil duduk diatas sebongkah batu besar, Xiao Yuen mulai menikmati buah itu.
Dipinggiran telaga itu banyak terlihat batu batu kecil sebesar ibu jari kaki berwarna warni sangat indah.
Iseng, Xiao Yuen memungut sebutir batu berwarna hitam, lalu di lemparkan nya kearah batu berwarna hitam lain nya seperti anak anak pada umum nya bermain gundu.
"Jder!" ....
Terdengar suara ledakan kecil dari dua buah batu yang saling bertabrakan itu, sehingga menimbulkan percikan bunga api yang cukup besar.
Untuk beberapa waktu, Xiao Yuen berdiri takjub melihat kejadian itu.
Rasa penasaran, kembali dia memungut sebutir batu, namun sekarang dengan warna lain, lalu di lemparkan nya kearah batu lain nya, namun tidak terjadi apa-apa.
Berulang ulang dia mencoba nya, namun tidak terjadi apa-apa.
Xiao Yuen sangat heran dengan kejadian itu, dia berpikir keras, ada apa batu tadi menimbulkan percikan bunga api, namun sekarang tidak lagi.
Dia berpikir, mencoba mengingat ingat kejadian tadi.
"Tadi aku mengambil batu hitam licin itu dan ku lemparkan kearah batu hitam lain nya, apakah hanya batu hitam itu saja yang bisa menimbulkan percikan bunga api?" pikir Xiao Yuen.
Kembali Xiao Yuen mengambil sebutir batu hitam sebesar ibu jari kaki, lalu dia pukulan kearah batu hitam lain nya.
"Jder!" ....
Percikan bunga api kembali memancar dari pergesekan dua batu hitam mengkilap tadi.
"Ah apa mungkin ini yang dinamakan orang batu api itu?" pikir Xiao Yuen takjub.
Kembali di pungut nya dua buah batu hitam mengkilap, lalu di pukulan nya satu sama lain nya.
"Jder!" .....
Bunga api memercik kemana mana dari hasil pergesekan dua batu hitam mengkilap itu.
Di kejauhan mendung mulai tampak berkumpul.
Xiao Yuen melihat kesekitar nya, mencari tempat yang bisa di jadikan tempat berteduh.
Di barat telaga, terlihat sebuah bukit yang tertutup semak belukar yang sangat lebat, hingga tak terlihat dasar nya.
"Ah biasanya di tebing seperti itu ada celah batu yang bisa di jadikan tempat berteduh" gumam Xiao Yuen bermonolog sambil menyibak celah semak belukar.
Akhirnya dugaan nya tepat, setelah menyibak dibeberapa tempat semak belukar itu, akhirnya dia menemukan sebuah lobang goa tepat di selatan bukit, menghadap ke arah laut selatan.
Xiao Yuen segera membersihkan mulut goa itu seadanya nya dengan tangan nya, karena dia tidak punya pedang ataupun pisau.
Setelah dikira cukup besar, Xiao Yuen segera memasuki goa itu, melihat keadaan didalam nya.
Ternyata ruangan didalam goa itu sangat besar, namun karena hari hampir senja, sehingga yang terlihat di dalam nya hanya kegelapan saja.
Xiao Yuen segera keluar goa untuk mengumpulkan ranting ranting kering, untuk membuat api unggun di dalam goa nanti nya.
Setelah beberapa kali mengangkut kayu bakar kedalam goa, akhirnya Xiao Yuen merasa kayu bakar yang dia kumpulkan sudah cukup banyak, tinggal menyalakan api nya saja lagi.
Dengan batu api yang dia pungut dari tepi telaga, serta bantuan lumut kering, Xiao Yuen segera menyalakan api di dalam goa itu.
Setelah api unggun menyala, bari terlihat jelas, jika ruangan goa itu sangat besar, dan berbentuk persegi.
Diluar, angin laut mulai bertiup kencang membawa rintik hujan, dan kesenyapan malam pun mulai turun menyelimuti pulau itu.
Xiao Yuen tidur meringkuk di dekat api unggun, sambil sesekali bangun, menambahkan kayu kering kedalam api.
Hujan kini benar benar turun dengan lebat nya bersama desauan angin menerpa mulut goa, seperti suara naga bersiul.
Di kejauhan, dentuman gelombang menetap pantai, terdengar dengan jelas sekali.
Xiao Yuen kembali terbangun, memasukan beberapa potong ranting kering kedalam api, sambil duduk di dekat api unggun, diambil nya sebutir buah yang dia petik tadi sore, lalu dimakan nya, sekedar mengurangi rasa perih karena perut lapar.
Saat hujan reda, malam telah larut, dan bulan purnama tua sudah tinggi, terbit di temani bintang yang bertaburan.
...****************...