NovelToon NovelToon
Forbidden Love

Forbidden Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang
Popularitas:411
Nilai: 5
Nama Author: Fallenzio

seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 35

Nabillah menutup pintu mobil setelah Andika mengantarkannya pulang ke rumah. Andika menurunkan kaca mobilnya.

“Bang Dika, terima kasih ya. Maaf merepotkanmu,” ucap Nabillah.

“Aman, Bil. Lo nggak ada yang lecet, kan?” tanya Andika, membuat Nabillah bingung sejenak. Namun, ia kemudian menggelengkan kepala.

“Nggak, Bang. Memangnya kenapa?” balas Nabillah.

“Syukurlah. Takut-takut gue dihantam sama Delvin kalau lo sampai lecet,” jawab Andika sambil bercanda, membuat Nabillah tertawa kecil.

“Ya sudah, Bil. Gue balik dulu, ya,” lanjut Andika.

Nabillah mengangguk dan melambaikan tangannya saat Andika mulai melajukan mobil.

Ia tersenyum sambil memperhatikan mobil Andika yang perlahan menjauh. Nabillah merasa senang karena keluarga Delvin menerimanya dengan baik, meskipun mereka tahu ada perbedaan antara dirinya dan Delvin.

Setelah itu, Nabillah masuk ke dalam rumah, lalu merebahkan tubuhnya di kamar setelah melepas hijab yang ia kenakan.

“Baru ditinggal sebentar aja udah kangen,” gumam Nabillah, yang mulai merindukan Delvin.

Tak lama, Nabillah pun terlelap di atas ranjang karena sedari tadi ia sebenarnya menahan rasa kantuk.

.

Sore pun tiba. Nabillah terbangun dari tidurnya, lalu melirik jam dinding di kamar. Ia merentangkan tangannya sambil menguap. Kepala terasa sedikit pusing karena tidur terlalu lama. Nabillah memijat pelipisnya sejenak sebelum bersandar pada tembok, sambil mengecek ponselnya. Namun, tidak ada pesan dari Delvin.

“Belum sampai, ya?” gumam Nabillah pada dirinya sendiri.

Tidak ingin terlalu memikirkannya, ia bangkit, lalu membersihkan diri. Beberapa menit kemudian, Nabillah sudah bersiap-siap keluar kamar. Di ruang tamu, ia melihat adiknya, Hani, sedang bersantai.

“Kak Nabillah mau ke mana?” tanya Hani, yang menyadari kehadirannya.

“Mau keluar sebentar, cari angin,” jawab Nabillah.

“Sama Kak Delvin, ya?” tanya Hani lagi.

“Enggak, kakak sendiri. Kak Delvin lagi pulang kampung,” jawab Nabillah.

Hani mengangguk tanda mengerti. “Ya sudah, Kak. Sana pergi, aku mau lanjutin kegiatanku,” ucap Hani sambil bercanda, meninggalkan Nabillah.

Sebelum pergi, Nabillah pamit terlebih dahulu pada ibunya. Setelah mendapat izin, ia mengendarai motor mencari tempat yang sejuk. Beberapa menit kemudian, Nabillah memutuskan duduk di tepi danau yang tidak jauh dari rumahnya.

“Sendirian aja nih,” celetuk seseorang tiba-tiba.

Nabillah menoleh dan terkejut melihat seorang perempuan berdiri di depannya.

“Jenny?” tanya Nabillah memastikan.

“Iya, ini gue. tambah Cantik, kan?” jawab Jenny dengan percaya diri, lalu duduk di samping Nabillah.

“Lo kapan balik?” tanya Nabillah.

“Kemarin. Tadi gue ke rumah lo, tapi kata ibu lo, lo lagi keluar. Gue inget lo sering ke sini,” jawab Jenny.

“Kenapa nggak ngabarin gue?” tanya Nabillah.

“Biar kejutan,” sahut Jenny sambil merentangkan tangan, meminta pelukan. Nabillah langsung memeluk sahabat kecilnya itu.

“Lo ngapain ke sini sendirian?” tanya Jenny setelah melepaskan pelukan.

“Cuma mau cari angin aja,” jawab Nabillah.

“By the way, lo makin cantik aja, Bil. Pasti udah nggak jomblo, kan?” goda Jenny sambil merangkul pundak Nabillah.

Merasa berat, Nabillah melepaskan rangkulan Jenny. “Kata siapa? Gue udah punya pacar, kok,” jawabnya sedikit sombong.

Jenny tersedak mendadak. “Serius?” tanyanya tidak percaya.

Nabillah mengangguk cepat.

“Alhamdulillah. Akhirnya sahabat gue yang satu ini nggak jomblo lagi. Jadi, kapan nikah?” Jenny mengangkat alis, menggoda.

Namun, pertanyaan itu membuat Nabillah terdiam, menunduk sedih. Jenny segera menyadari perubahan ekspresi Nabillah.

“Kenapa? Kok tiba-tiba sedih? Salah ngomong, ya?” tanya Jenny, kebingungan.

“Enggak, kok. Lo nggak salah,” jawab Nabillah dengan senyum tipis.

“Terus kenapa?” desak Jenny.

Nabillah menghela napas panjang. “Kayaknya gue sama dia nggak akan bisa sampai nikah, Jen,” ucapnya lirih.

“Loh, kenapa? Kalian saling mencintai, kan?” tanya Jenny heran.

“Iya, gue sama dia memang saling mencintai. Tapi kalau gue sama dia sampai nikah, yang gue dapetin bukan pahala, malah dosa,” jawab Nabillah lirih, membuat Jenny semakin bingung.

“Gue nggak ngerti, Bil. Kalau lo tahu itu salah, kenapa masih pacaran sama dia?” tanya Jenny, mencoba logis.

Nabillah terdiam. Ia menatap Jenny sejenak, lalu menghela napas. “Udah, ya. Gue duluan,” ucapnya, mengalihkan pembicaraan, lalu pergi meninggalkan Jenny yang masih bingung dengan sikapnya.

“Heh, lo mau ke mana?” teriak Jenny yang sadar Nabillah meninggalkan diri nya. sedikit kesal karena Nabillah tidak menjawab. Namun, Nabillah terus berjalan tanpa menoleh.

Merasa penasaran, Jenny langsung menyusul sahabatnya itu dengan langkah cepat.

“Bill, tunggu dulu dong,” ucap Jenny, akhirnya berhasil mengejar Nabillah yang sudah hampir sampai di area parkir motornya. Jenny menarik lengan Nabillah agar berhenti.

“Lo kenapa sih? Gue cuma nanya, kok malah pergi gitu aja?” ujar Jenny, nada suaranya terdengar sedikit kecewa.

Nabillah menunduk, menghindari tatapan Jenny. “Maaf, Jen. Gue nggak bermaksud bikin lo bingung atau marah. Gue cuma... nggak tahu harus jawab apa.”

Jenny mendengus pelan, mencoba bersabar. “Gue bukan marah, Bil. Gue cuma mau tahu apa yang sebenarnya lo rasain. Kalau gue salah ngomong, bilang aja.”

Nabillah akhirnya menatap Jenny. Wajahnya tampak berat, seperti menahan sesuatu. “Jen, hubungan gue sama dia... itu nggak semudah yang lo pikir. Gue cinta sama dia, dia juga cinta sama gue, tapi…” Nabillah menggantungkan kalimatnya.

“Tapi kenapa?” potong Jenny dengan nada lembut.

“Dia beda agama sama gue,” jawab Nabillah akhirnya, suaranya pelan.

Jenny terdiam mendengar jawaban itu. Sebagai sahabat, ia tahu bahwa Nabillah adalah orang yang cukup taat dengan keyakinannya. Jawaban itu membuat semua sikap dan ucapan Nabillah tadi masuk akal.

“Jadi… itu masalahnya?” tanya Jenny, mencoba memastikan.

Nabillah mengangguk lemah. “Gue tahu, cinta itu penting. Tapi gue nggak bisa menutup mata kalau perbedaan ini bakal jadi masalah besar. Bukan cuma buat gue sama dia, tapi juga buat keluarga kami nanti. Gue nggak mau jalanin sesuatu yang ujung-ujungnya cuma bikin dosa buat gue.”

Jenny menghela napas panjang. “Tapi lo masih sama dia sekarang? Maksud gue, kenapa nggak diselesaikan aja kalau lo udah tahu ini nggak bakal bisa diterusin?”

“Karena gue belum siap, Jen,” jawab Nabillah jujur. “Gue belum siap kehilangan dia. Dia baik banget ke gue, selalu ada buat gue. Gue tahu gue salah, tapi gue nggak bisa ngelupain dia gitu aja.”

Jenny terdiam, mencoba mencerna perasaan Nabillah. Ia tahu bahwa cinta sering kali tidak sejalan dengan logika.

“Gue nggak mau ngehakimi lo, Bil,” ujar Jenny setelah hening beberapa saat. “Tapi lo tahu, kan, lo nggak bisa terus kayak gini? Lo harus bikin keputusan, entah sekarang atau nanti. Kalau nggak, lo bakal terus ada di posisi ini, ngerasa salah tapi nggak bisa berhenti.”

Nabillah tersenyum tipis, meskipun matanya tampak berkaca-kaca. “Gue tahu, Jen. Gue cuma butuh waktu. Gue harap gue bisa lebih kuat buat ngelepasin ini semua.”

Jenny menepuk pundak Nabillah pelan. “Gue bakal ada buat lo, apa pun yang lo pilih. Tapi lo juga harus jaga hati lo, ya? Jangan sampai lo lupa sama diri lo sendiri.”

“Thanks, Jen,” ucap Nabillah lirih.

Jenny mengangguk sambil tersenyum kecil. “Yuk, gue temenin lo dulu biar nggak sendirian. Kita jalan aja sambil ngobrol. Mungkin lo bakal ngerasa lebih lega.”

Nabillah mengangguk setuju. Bersama-sama, mereka berjalan meninggalkan tepi danau, melanjutkan percakapan tentang masa kecil mereka untuk mengurangi suasana tegang. Jenny tahu, meskipun Nabillah tersenyum, hatinya pasti masih penuh dengan pergolakan.

TBC....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!