Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 - Mulai Berani
Meski tengah dibuat candu dengan kehadiran istri kecilnya, pria itu tetap menjaga kewarasan. Menatap bahu polos Mikhayla selepas mandi membuat Keyvan tersiksa sebenarnya, pria itu hanya bisa menatapnya gusar. Ya, jelas saja karena dia tidak bisa menyentuhnya untuk saat ini.
Setelah semalaman dia dibuat resah lantaran hanya boleh memeluk sang istri saja, pagi ini dia masih tidak fokus sama sekali. Pria itu tersenyum simpul memandangi pemilik tubuh mungil itu tengah memilih pakaian untuknya ke kantor.
"Yang mana saja, kenapa bingung sekali?" tanya Keyvan mendekat.
Padahal, Mikhayla sudah selesai mandi sejak tadi. Heran juga kenapa istrinya kebiasaan tidak segera mengenakan pakaiannya.
"Hari senin, kata Papa usahakan pilih warna yang cerah agar hari-harinya jadi berkah."
Teori dari mana? Tampaknya sang mertua memang banyak sekali prinsip hidupnya, pikir Keyvan. Pria itu hanya menarik sudut bibir tipis mendengar ucapan sang istri.
"Biru langit maksudmu? Tapi hari ini mendung, tidak cocok sekali."
Sungguh bertentangan sekali dengan dia yang hanya menyukai warna gelap. Hitam, bisa dikatakan Keyvan memang tidak terlalu banyak warna dalam kehidupannya. Pakaiannya senada, hampir mirip dan tidak banyak gaya.
"Terus apa? Hitam lagi?"
Mikhayla menatap datar sang suami, sejak membuka lemari Keyvan dia memang selalu dibuat bingung. Sempat terkejut dengan koleksi pengaman di lacinya, kini dia tidak habis pikir kenapa kemeja Keyvan dominan hitam dan warna gelap lainnya. Apa hidupnya sesuram itu, pikir Khayla.
"Terserah kamu saja."
Dasar tidak punya pendirian, tadi dia menolak kala Mikhayla memilihkan kemeja biru langit tersebut. Satu-satunya kemeja dengan warna cerah di sana, itupun mungkin karena dia khilaf membelinya.
"Baiklah ... pakai biru ya, dasinya ini sama jasnya yang ini."
Pilihan Mikhayla benar-benar bukan Keyvan sama sekali. Dia sedikit keberatan sebenarnya, kemungkinan besar dia akan menjadi bahan olokan Justin dan Keny nantinya. Status Keyvan sebagai duda baru di mata mereka tentu menimbulkan berbagai macam spekulasi nantinya.
"Hm akan kupakai."
Pria itu menghela napas perlahan, rambutnya sampai kering menunggu Mikhayla selesai memilihkan pakaian untuknya. Tidak dia perlihatkan wajah keberatannya, meski hatinya sedikit enggan memakai kemeja.
"Wibawanya semakin keluar, auranya jadi damai kalau pakai kemeja biru. Kenapa cuma satu? Padahal bagus begini daripada hitam semua," tutur Mikhayla kemudian, wajahnya masih terlihat biasa saja dengan rasa penasaran yang cukup mendominasi.
"Iya hanya satu, Liora yang membelikannya beberapa waktu lalu ... alasannya sama sepertimu, kenapa bisa ya?"
Deg
Dada Mikhayla terhenyak seketika, dia meremmas kemeja Keyvan yang dia pegang saat ini. Pasokan udara di ruangan ini seolah tidak membuatnya lega sama sekali, Mikhayla sesak akibat pernyataannya sendiri.
Perubahan wajah Khayla terlihat jelas oleh mata Keyvan. Pria itu menatap teliti gurat wajah sang istri yang tiba-tiba terdiam seribu bahasa, padahal sebelumnya dia banyak bicara dan selalu melibatkan papanya.
"Sini kemejanya, kusut jika kamu genggam begitu," titah Keyvan dan membuat Mikhayla susah payah menarik napasnya. Jawaban Keyvan sebelumnya sukses membuat dada Mikhayla terasa sesak.
"Hitam saja, lain kali birunya."
Istrinya labil, tapi Keyvan suka dan dia tertawa dalam diamnya. Pria itu menggosok ujung hidungnya, hanya karena satu nama suasana hati istrinya tiba-tiba berubah.
"Kenapa? Bukankah seharusnya hari senin pakai yang cerah? Aku ingin membuktikan ucapan papamu."
Mata Khayla sontak memanas, tanpa peduli ucapan Keyvan dia meraih kemeja yang lain. Terserah meski suaminya dianggap suasana suram, untuk saat ini dia mengurungkan niatnya.
"Nanti saja, kemejanya kurang biru ... setelah kulihat-lihat ini bukan biru langit," ungkap Mikhayla bisa saja mencari alasan, memang dia tidak akan pernah kehilangan rencana dalam menjawab lawan bicaranya.
"Lalu apa kalau bukan biru langit?" tanya Keyvan penasaran, sungguh dia sudah tidak bisa lagi menahan gelak tawanya lebih lama lagi. Istrinya terlalu menggemaskan, secepat itu dia mengubah keputusan.
"Biru dongok."
Siallan, Keyvan tertawa sumbang mendengar jawaban sang istri. 30 tahun dia hidup, baru kali ini dia mengetahui ada warna itu. Mikhayla kembali mencari kemeja yang lainnya, lagi-lagi Keyvan merasa tergelitik lantaran istrinya terlihat sengaja megembalikan kemeja biru langit itu dengan sedikit kasar. Tampaknya emosi, pikir Keyvan.
.
.
.
Selesai dengan kemeja sang suami, barulah dia bergerak memakai bajunya. Memang terdengar aneh, tapi beginilah kebiasaan Mikhayla. Dia hanya akan menggunakan underware dibalik handuk itu, sementara memakai baju tentu saja ketika niatnya sudah matang.
Dia yang baru selesai dibuat terkagum dengan penampilan Keyvan pagi ini. Pertama kalinya mata Mikhayla dibuat tak berkedip melihat sang suami yang sudah amat rapi, wajah tampan dengan rahang tegas dan bulu halus di sana membuatnya sedikit tidak fokus.
Come on, Khayla ... dia bukan tipemu sama sekali.
Ketampanan Keyvan memang begitu sempurna, tapi biasanya Mikhayla menyukai pria yang seumuran bahkan dibawahnya. Jelas berbeda jauh dari Alka yang baru beranjak dewasa, meski Alka memang tampan tapi dari postur tubuh dan segala sisinya jauh lebih sempurna suaminya.
"Kenapa? Baru sadar aku tampan?"
Keyvan bicara demikian padahal matanya sama sekali tidak menatap ke arah Mikhayla. Pria itu menoleh dan menghampiri istrinya, pamit untuk pergi ke kantor tentu saja.
"Air liurmu," goda Keyvan yang sukses membuat Mikhayla cepat-cepat menyentuh dagunya dengan punggung tangan, sungguh dia benar-benar berpikir jika air liurnya menetes seperti kata Keyvan.
Menyebalkan, bisa-bisanya aku tertipu.
"Aku pergi, jangan banyak bergerak ... cepat sembuh, aku tidak bisa menahannya jika terlalu lama," bisik Keyvan usai mengecup bibir Mikhayla sekilas, senyum tipis nyaris tak terlihat itu dia berikan kembali, pagi ini sudah berapa kali Mikhayla dibuat berdebar oleh suaminya sendiri.
- To Be Continue -
sumpah.. ini lucu..
lagi mbayangin wajah om Babas..
wkwkwkkwk
daddy's little girl is always daddy's little girl..