HarMoni Langit
...Kalau aku cinta kamu, boleh?...
......................
...Gadis itu berlari melewati genangan air yang membuat rok putihnya tampak kotor terciprat bekas genangan air dijalanan. Angkotnya memang berhenti diujung jalan yang membuatnya masih harus berjalan/berlari untuk masuk menuju sekolahnya....
"Aisshhh-- kotor gini" kata Monica melihat roknya yang tampak motif kotor dibagian bawahnya.
Namun dia berusaha mengabaikannya karena 5 menit lagi gerbang Sekolah barunya itu ditutup. Diwaktu yang bersamaan datang mobil yang secara tidak sengaja menerjang genangan air yang membuat air terciprat kearah Monica.
"Duhh.. Gimana ini---" Monica tampak panik melihat setelan putihnya tampak semakin kotor.
Tak lama kemudian mobil itu tampak berhenti dan pintu mobilnya tampak terbuka. Turun seorang remaja pria yang tampak rapi mendatanginya.
"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya sambil melihat kondisi Monica yang tampak berantakan.
"Aku nggak apa-apa, tapi bajuku kotor" kata Monica sambil memperhatikan remaja didepannya yang tampak sama dengannya menggunakan setelan seragam berwarna putih menandakan mereka berdua adalah murid baru di sekolah itu.
"-- Tapi nggak apa-apa kok, Bapakku Guru disini. Ntar aku cari baju pinjaman" kata Monica berusaha menenangkan anak didepannya yang tampak khawatir dengan baju Monica.
"Seriusan?" tanyanya sambil menatap Monica.
Monica mengangguk dan tersenyum dipaksakan walau sebenarnya dia bingung bagaimana dia memberitahukan kepada Bapaknya.
"Tinggal aja, nanti jemput kalau sudah aku chat ya Pak, terima kasih" kata anak laki-laki itu kepada sopirnya sambil mendatangi mobilnya.
"Ayok, sebentar lagi sudah ditutup gerbangnya" ajak anak itu.
Monica lupa akan gerbang yang akan ditutup. Lalu Monica kembali berlari melewati anak itu yang membuat dia terkejut melihat Monica yang berlari secepat kilat melewatinya.
Monica berusaha mencari Bapaknya di ruangan guru yang akhirnya dia menemukannya dan mendatangi Bapaknya dengan tidak enak hati melewati beberapa meja Guru yang tampak bingung melihat kedatangannya.
"Bapak, baju Monica kotor tadi kena genangan air. Angkotnya lama dijalan karena masih harus cari penumpang dulu" kata Monica setengah meratap sambil menahan tangis didepan Bapaknya. Suaranya lirih agar Guru lainnya tidak mendengarnya.
"Lohh nduk, kok sampai kayak gini? Kamu jatuh?" tanya Bapaknya sambil memutar badan Monica.
Monica menggeleng.
"Kamu sih, tadi diajak Bapak bareng nggak mau. Akhirnya gini kan" kata Bapaknya sambil memukul kecil tangannya membuat Monica semakin ingin menumpahkan air matanya.
"Husstt jangan nangis, sudah SMA masa masih cengeng" kata Bapaknya yang berusaha menenangkan Monica.
Monica hidup bertiga dengan adik dan Bapaknya karena Ibunya telah meninggal dunia saat melahirkan adiknya. Bapaknya memutuskan untuk tidak menikah lagi dan membesarkan anak-anaknya.
Bapak Monica bernama Pak Jaka yang adalah seorang guru olahraga di SMA Dharata, salah satu SMA swasta favorit yang terkenal berhasil mencetak siswa dengan prestasi non akademis.
Pak Jaka tampak setengah berlari menuju Guru BK dan membuka lemari yang berisi pakaian bekas, mencari seragam yang bisa digunakan Monica sementara.
Pak Jaka menemukan seragam untuk Monica dan segera memberikannya.
"Cepat ganti nduk, sebentar lagi upacara dimulai. Jangan karena kamu anak Bapak, kamu jadi merasa harus dispesialkan. Yang kuat nduk, nggak boleh cengeng. Kamu anak Bapak" kata Pak Jaka sambil menepuk pundak Monica.
Monica mengangguk dan menarik kembali air matanya yang nyaris jatuh dari kedua matanya. Dia segera berlari ke toilet Guru yang dekat dengan kantor Guru dan segera berganti pakaian. Baju kotornya dimasukkan begitu saja kedalam ransel yang besarnya melebihi ukuran punggungnya.
Monica segera merapikan dirinya dan berlari kembali kearah lapangan yang tampak sudah dipadati oleh siswa baru disekolah itu dan memulai upacara penyambutan siswa baru. Monica berdiri dibagian belakang kelasnya dan bernafas lega karena dia datang tepat sebelum upacara dimulai.
"Hai.." kata anak lelaki disebelahnya menyapanya ramah.
Monica tidak menoleh begitu saja karena takut tertangkap oleh komisi disiplin yang tampak berlalu lalang diantara mereka.
"Hei.. Ternyata kelas kita bertetangga" katanya kembali berusaha membuat Monica menoleh kepadanya.
"Hei.." Anak lelaki itu berusaha mengeraskan suaranya mengira Monica tidak mendengarnya.
"Kamu ngapain kok ngobrol sendiri? Perhatikan upacaranya" kata salah satu petugas yang berjaga menegur anak lelaki itu yang membuat Monica terkejut dan bersyukur dia tidak menoleh.
Upacara penyambutan siswa baru selesai dan setiap kelas dibagi kelompok untuk pengenalan area sekolah. 1 kelompok berisi 2 kelas didampingi oleh siswa senior dan petugas OSIS.
"Hei.. Kok tadi nggak noleh sih" kata anak lelaki itu sambil memegang pundah Monica.
Monica menoleh dan melihat itu adalah anak lelaki yang dijumpainya tadi pagi.
"Kan nggak boleh ngobrol selama upacara" kata Monica sambil berbisik karena takut mengganggu teman lainnya.
"Hmmm.. Iyaa deh siswi teladan" kata anak lelaki itu sambil tersenyum.
"-- Aku Langit, kamu?" kata anak lelaki itu yang memperkenalkan dirinya sebagai Langit sambil mengulurkan tangannya.
"Monica.. Salam kenal" kata Monica sambil menjabat tangannya dan tersenyum kecil.
"Nice" kata Langit sambil tersenyum.
Senyuman yang membuat Monica sempat tertegun beberapa saat. Senyuman yang indah tampak seimbang dengan sudut bibir yang tertarik sempurna.
"Yang belakang jangan ngobrol sendiri" kata salah satu Petugas OSIS yang melihat Monica dan Langit.
Monica langsung melepaskan tangannya dan menunduk tampak takut karena bentakan Petugas OSIS Itu.
Langit tersenyum melihat Monica yang tampak terkejut dan langsung menundukkan kepalanya, sementara dia tampak santai dan kembali mengikuti barisannya. Hingga tiba mereka harus berpisah karena harus masuk ke kelas masing-masing.
Monica sempat berhenti didepan pintu kelasnya melihat Langit masuk kedalam kelasnya dan tampak bercanda dengan teman-temannya. Melihat Langit yang tidak menoleh kepadanya membuat Monica sedikit kecewa dan akhirnya masuk kedalam kelasnya begitu saja.
......................
"Bisa nggak kamu geser sana? Gerah tau" kata Monica sambil berusaha menggeser Langit yang menempel kepadanya.
"Biarin" kata Langit cuek sambil terus memakan gorengan didepannya.
"Tuhh banyak cewek liatin aku Langit. Aku nggak suka kalau sampai mereka mikir yang aneh-aneh" kata Monica sambil menunjuk beberapa siswi lain diseberang kursi mereka yang tampak melihat kedekatan Monica dan Langit dengan lirikan tajam.
"Terus kamu maunya aku deket mereka?" tanya Langit tiba-tiba sambil menatap Monica.
"Ya terserah kamu" jawab Monica spontan.
Langit terdiam lalu segera bangun dari duduknya dan berjalan menuju kursi yang diduduki oleh siswi yang sedari tadi memandang Monica dan menyapa mereka dengan ramah diikuti oleh beberapa teman Langit lainnya.
Sejak penyambutan siswa baru Monica dan Langit menjadi dekat dan bersahabat. Tak jarang Monica mendapat tumpangan gratis dari Langit saat Bapaknya tidak bisa bersamaan pulang dengannya. Persahabatan mereka sudah berjalan 2 tahun hingga kini dia duduk dibangku kelas XI dan akan naik ke kelas XII 3 bulan lagi.
Monica menatap langit dari tempatnya, melihat Langit tampak bercanda dengan para siswi itu membuat hatinya sedikit sakit. Namun dia tidak ingin memiliki masalah dengan mereka. Segerombolan siswi dari kalangan keluarga kaya yang terkadang bertindak semena-mena dengan dalih bercanda.
"Dih-- mereka mah kegatelan sama Langit" kata Bella yang duduk disamping Monica.
Krishna yang duduk didepannya pun menoleh kebelakang dan melihat yang dimaksud oleh Bella.
"Mau gimana lagi. Langit populer. Pembalap muda berbakat, siapa juga yang nggak suka. Kamu kenapa nggak jadian aja sama dia?" tanya Krishna kepada Monica.
"Ngaco. Mana mungkin Langit mau sama aku yang biasa gini" kata Monica sambil memakan nasi uduk didepannya berusaha tidak melihat adegan didepannya namun dia tetap sedikit melirik kearah Langit.
Bel pulang sekolah berbunyi. Monica melihat layar ponselnya, Bapaknya mengirim chat jika Bapaknya harus melatih tim futsal sehingga tidak bisa pulang bersama Monica.
Monica menghela napas berat dan berjalan keluar dari kelasnya.
"Kamu jadian sama Krishna?" tanya seseorang dari belakang.
Monica terkejut dan menoleh dengan cepat, tampak langit yang bersandar dibelakang pintu kelasnya dengan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.
"Ngomong apa sih. Krishna temen deket aku dan dia pacarnya Bella" kata Monica menerangkan.
"Ohh" kata Langit sambil tersenyum.
"-- Pulang sama Pak Jaka?" tanya Langit lagi.
"Nggak, naik angkot" jawab Monica sambil terus berjalan. Entah kenapa dirinya merasa sedikit marah dengan Langit tanpa alasan yang jelas.
"Aku anter aja" kata Langit menawarkan sambil berlari mendahului Monica dan berdiri didepannya membuat Monica berhenti.
Sebelum Monica menjawab tampak siswi lain berlari kearah Langit dan menggandeng tangan Langit.
"Jalan yuk.." kata siswi itu yang bernama Mareta, seorang siswi terkenal di sekolahnya. Salah satu siswi yang ada dibangku yang didatangin Langit tadi.
Langit tidak menjawab dan melihat Monica, menunggu Monica memberikan jawaban.
Monica hanya terdiam sambil menunduk, dia takut berkontak mata dengan Mareta dan kemudian lanjut berjalan melewati Langit dan Mareta.
Langit tampak ingin mencegah Monica namun Mareta sudah menariknya kearah tempat parkir.
Monica terdiam selama dia berjalan. Dia bingung dengan perasaannya sendiri dan membuatnya bingung menyikapinya.
Tak lama dia berjalan sudah tampak angkutan yang menuju kearah Rumahnya dan Monica segera naik angkutan itu dalam diam.
Dari dalam angkot yang mulai berjalan dia melihat Langit keluar dari gerbang sekolahnya dengan motor miliknya dan dibagian belakang tampak Mareta sedang duduk sambil memeluk pinggang Langit dengan erat.
Monica hanya terdiam melihatnya, lalu menundukkan pandangannya merasa tidak mampu lagi menahan hatinya yang tampak berkecamuk tanpa sebab yang dia ketahui.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Sylvia Rosyta
aku mampir kak 😊 semangat buat nulisnya 💪
2024-12-23
1