Menunggu adalah cinta yang paling tulus, tapi apakah yang ditunggu juga mencintai dengan tulus? Sudah tiga tahun lamanya Anaya Feroza Mardani menunggu sang kekasih pulang dari Indonesia. Kabar kematian sang kekasih tak akan membuat Naya begitu saja percaya sebelum dirinya bertemu dengan jasad sang kekasih.
Penantian tiga tahun itu, membuat kedua orang tua Naya harus menjodohkan Naya dengan seorang Dokter tampan bernama Naufal Putra Abikara anak dari Abikara Grup, yang tak lain adalah musuhnya saat SMA dulu.
Apakah kekasih yang Naya tunggu akan datang? Dan apakah dia masih hidup atau sudah meninggal? Bagaimanakah hubungan Naya dengan Naufal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aniec.NM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 8 Ke Pantai
Terjebak dalam cinta yang tak tau arah itu sakit, kamu tidak akan bisa keluar, kamu hanya bisa keluar ketika kamu sudah benar-benar berani rela melepaskan.
Hari ini Naufal memilih untuk menemani Naya, ia ingin membuat pelangi di hidup perempuan itu, badai sudah menemaninya beberapa hari belakangan ini maka Naufal akan membuat pelangi itu.
Naufal mengajak Naya pergi ke mall, dia tau wanita itu suka sekali belanja karena waktu SMA dia sering pergi shopping bersama teman-temannya.
Naufal mempersilakan Naya membeli barang-barang yang dia suka bahkan barang mahal sekalipun.
“Baik juga ya lo, lagi kesambet apaan sih,” ledek Naya.
“Mall ini kan yang punya bokep gue, udah jadi hak gue juga kan,” sahut Naufal.
Ucapan Naufal barusan membuat Naya membulatkan kedua matanya, pasalnya mall sebesar dan seramai ini milik Abikara grup yang tak lain mertuanya sendiri. Pantas saja, setiap pelayan toko yang Naya kunjungi tersenyum ramah kepada mereka berdua.
**
Kini mereka berada di pepasiran putih, dengan pemandangan laut yang begitu indah dan warna jingga melukis keindahannya.
Keduanya sama-sama memeluk kedua kaki mereka, Pandangan mereka menatap ombak yang ombang-ambing itu.
Pantai adalah tempat ternyaman seseorang untuk meluapkan emosi.
“Coba Lo teriak!” Naufal menyuruh Naya untuk berteriak, agar hati nya lebih terbuka dan prasaan sesak itu menjadi lega.
“Luapin emosi lo disini.”
“Aaaaaaaaaa!!!” Naya berteriak sekencang mungkin.
“Lega?” tanya Naufal memastikan.
“Lumayan.”
“Makasih ya, lo udah belai-belai nggak kerja buat hibur gue.”
“Sok tau lo, orang gue nggak kerja karena mau hiling, bukan mau hibur lo,” desis Naufal.
Naya mengguk menahan tawa, padahal dia tau Naufal tidak kerja karena ingin menghiburnya.
“Naufal, gue tanya. Nyokap lo mana sih, gue kok nggak pernah liat nyokap lo?” tanya Naya.
Naufal seketika terdiam, pertanyaan itu cukup membuatnya teringat akan lima tahun lalu.
“Ibu gue udah meninggal lima tahun lalu.”
Deg
Naya tak enak hati, pertanyaan itu tak sengaja melukai hati lelaki itu.
“Sorry gue nggak bermaksud.”
“It’s oke.”
Terlihat helaan nafas panjang dari lelaki itu, sebelum bercerita tentu bukan hal yang mudah untuk menceritakan bidadarinya itu.
“Dulu, hidup gue bahagia banget. Gue sama Vero seperti anak yang tak kekurangan kasih sayang, setiap hari mama memberikan cinta, kami sangat bahagia, namun kebahagiaan itu hanya sementara saat gue tau kalau umur mama gue nggak lama lagi, disitu gue berharap Tuhan memberikan keajaiban buat gue, tapi Tuhan lebih sayang mama dia ngambil mama saat Vero kelas satu SMP. Disitu gue rasa hidup gue gelap, nggak penerangan apapun, tanpa mama gue nggak bisa apa-apa. Tapi oma selalu ada di samping gue, dia selalu menjadi kekuatan gue. Itulah alasannya kepada gue jadi dokter, gue nggak mau orang-orang di luar sana kehilangan orang yang mereka sayang.”
Tanpa sadar air mata yang Naufal tahan itu berhasil meluncur membasahi pipinya.
Naya mengusap punggung Naufal, memberikan kekuatan pada lelaki itu. Naya kira dia yang paling sakit kehilangan kekasih, namun ada Naufal yang lebih sakit kehilangan figur seorang mama.
Naya salah menilai Naufal, lelaki yang dulu menjadi musuh bebuyutannya itu mempunyai menyembunyikan luka dalam sendirian.
Kehilangan adalah kata yang begitu menyakitkan. Jika kata kehilangan itu mampu membuat seseorang terluka, lalu apakah kata pengganti itu mampu membuat seseorang kembali sembuh?
“Udah ah, capek nangis terus,” keluh Naya mengusap kasar air matanya.
“Awas ingusnya juga jangan lupa di lap,” ledek Naufal.
“Apaan sih lo, nyebelin tau.”
**
Malam ini Vero dan Naufal tengah bermain PS di ruangan tv, pandangan mereka tak lepas dari layar tv.
Bermain PS pada malam minggu bukan menjadi pertama bagi mereka, itu sudah menjadi aktivitas mereka setiap malam minggu.
“Gimana sekolah baru lo?”
“Biasa-biasa aja.”
“Lo nggak buat onar lagi, kan?”
“Nggak nggak lah Bang, gue sekarang makin rajin.”
Itulah alasan kepada Vero pindah sekolah karena ulahnya yang membuat kepala sekolah harus turun tangan, bahkan dia pernah diskor di sekolah selama 2 minggu.
“Bagus deh.”
“Kalau cewek, gimana?”
“Gue udah punya cewek lah Bang, cowok seganteng gue mana mungkin nggak punya cewek.”
“Ya kenalin ya, jangan enak pacarannya aja.”
“Bawel lo Bang, nanti lo juga tau sendiri.”
**
Sedangkan ditempat lain, Naya tengah melakukan sambungan video call dengan Kayra, sembari ada kacang yang menemaninya.
“Kak, kamu tau nggak, sekarang aku udah pacar tau.”
“Oh ya, siapa namanya?”
“Rahasia, nanti Kakak gue tau.”
“Nggak asik, sekarang kamu udah mulai rahasia-rahasiaan sama Kakak.”
“Ya gimana ya, soalnya dia itu spesial banget.”
“Iyah deh sing paling spesial.”
“Btw, Kakak gimana betah nggak disitu?”
“Betah sih, tapi kangen juga sama rumah.”
“Oh ya Kak, aku aku tanya. Kak Naufal itu punya adik cowok.” Kayra sengaja menanyakan itu, ia ingin mengetahui informasi mengenai Vero.
“Iya, dia seumuran sama kamu, sekolahnya juga bareng kamu kan, Dek?”
“Hmmm, nggak tau sih.” Kayra berbohong.
“Ohh, gitu ya.”
**
Di sebuah lorong rumah sakit, para suster bersamaan mendorong kereta pasien, pasien itu tak sadarkan diri dengan berlumuran darah. Naufal berlari mengikuti pasien itu hingga sampai di ruang UGD. Naufal segera menangani pasien kecelakaan itu, semua alat ia keluarkan.
Silang beberapa jam, Naufal menemui keluar pasien itu untuk memberitahu keadaan sang pasien.
“Gimana Dok keadaan anak saya?” Wanita paruh baya itu tak berhentinya menangis.
“Alhamdulillah anak Ibu suda kamu tangani, luka di bagian kepalanya cukup mengeluarkan darah, untungnya di rumah sakit kami ada stok darah jadi anak Ibu bisa melewati masa kritisnya,” terang Naufal.
“Alhamdulillah.”
Setelah itu Naufal kembali ke ruangannya, ia tengah meracik obat untuk pasien tersebut.
Tok!tok!
“Masuk,” sahut Naufal.
Terlihat seorang lelaki masuk keruangan Naufal, kemudian lelaki itu mulai duduk. Naufal menoleh menatap lelaki itu, sontak membuatnya terkejut.
“Juna!”
“Naufal.”
Naufal langsung merangkul lelaki berkumis tipis itu, tak lain teman SMA nya.
“Lo apa kabar?” tanya Naufal.
“Baik, Fal.”
“Jadi lo dokter yang nanganin istri gue tadi?” tanya Juna.
“Oh jadi dia istri lo Jun, wah kebetulan banget ya.”
“Iya, dia kecelakaan tadi, untungnya ada orang yang bawa dia ke sakit.”
Naufal pun menjelaskan tentang keadaan Fitri istri temannya waktu SMA.
Juna ini salah satu anggota Arosky, saat reuni satu tahun lalu bersama anggota Arosky, Juna tak hadir, katanya dia pindah ke Sulawesi tetapi untuk pertama kalinya Naufal bertemu lagi dengan salah satu anggotanya.
Sedangkan di butik tempat Naya bekerja, ia juga tengah sibuk dengan pelanggannya. Naya berusaha sibuk dengan pekerjaannya agar ia perlahan-lahan bisa melupakan Raka.
“Jadi ini tuh baju yang paling bagus di butik kami Tante.”
“Bagus banget ya, ada motif batiknya juga.” Pelanggan itu memilih baju-baju yang ingin dibeli dan Naya menemaninya berkeliling.