Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SOLUSI
Saat ini, Romeo sedang berada diluar ruang rawat untuk menghubungi ibunya. Tujuannya hanya satu, yaitu meminta nomor ponsel orang tua Rere.
"Untuk apa?" Bu Risa jelas bertanya karena ini terasa janggang baginya.
"Ini darurat Bu, tolong segera kirim nomornya, nanti Romeo jelaskan."
Tahu jika anaknya sedang tak ingin diajak berdebat, Bu Risa segera mengirim kontak Pak Tomas pada Romeo. Dia tahu seperti apa keras kepalanya Romeo, kalau tak dikasih, pasti akan terus memaksa.
Setelah mendapatkan nomor tersebut Romeo langsung menghubungi orang tua Rere.
Sedangkan didalam kamar, suster sedang berdebat dengan Rere yang tengah mengamuk. Rere melepas paksa jarum infus yang ada dipergelangan tangannya hingga darahnya menetes netes mengenai sprei dan pakaian.
"Tolong bekerja samalah nyonya, jangan mempersulit kerja saya." Ujar suster yang hendak memasang kembali jarum infus tersebut.
Rere menarik tanganya kasar karena tak mau dipasang infus lagi. Darahnya makin deras menetes, dan terasa perih, tapi ini tak ada apa apanya dibanding luka tak bersadarah yang dia rasakan.
"Saya tak butuh benda ini, saya mau pulang." Rere hendak turun dari brankar tapi dihalangi oleh dua orang suster.
"Anda masih sangat lemah. Kalau anda nekat pulang, bisa berbahaya bagi janin yang ada dikandungan anda."
Mendengar itu Rere malah makin bersemangat untuk menuruni brankar. Jika janin ini mati dengan sendirinya, dia tak perlu susah susah memikirkan cara untuk menggugurkannya. Dan itu artinya, setengah dari masalahnya selesai.
"Itu malah lebih bagus, aku tak perlu susah susah menggugurkannya."
"Astaghfirullah." Kedua suster tersebut geleng geleng sambil beristighfar. Mereka terenyuh melihat ada wanita yang senang jika kehilangan janinnya.
Tiba tiba, Rere teringat tentang artikel yang pernah dia baca di internet.
"Suster, bukankan korban perkosaan, diperbolehkan untuk melalukan aborsi?" Rere seperti mendapatkan jalan keluar.
Kedua suster tersebut saling menatap dengan dahi mengkerut.
"Ada pasal tentang itu kan? Saya korban perkosaan, tolong lakukan aborsi." Rere menarik lengan salah satu suster sambil menatapnya penuh harap.
"Itu memang benar Nyonya. Kehamilan karena perkosaan boleh diaborsi karena ditakutkan bisa menjadikan trauma psikologis bagi korban. Tapi kembali lagi, semua ada prosedurnya. Tak semua orang yang mengaku diperkosa bisa melakukan abortus. Aburtus bisa dilakukan hanya jika usia janin sesuai dengan kejadian perkosaan dan dibawah 6 minggu. Selain itu juga harus ada surat keterangan dari psikolog dan kepolisian."
Rere melepaskan lengan suster itu sambil tersenyum kecut. Ribet sekali prosedurnya. Bagaimana bisa dapat surat BAP dari kepolisian jika dia saja tak melapor. Melaporpun tak ada buktinya.
"Saya tak tahu masalah apa yang sedang anda hadapi dengan suami. Tapi saran saya, bicarakan baik baik, bukan malah meminta abortus, apalagi sampai ngaku ngaku hamil karena perkosaan."
"Suami?" Rere mengernyit mendengar ucapan suster tersebut. Sejak kapan dia punya suami? Dan siapa suaminya?
Haikal, apa mungkin Romeo menceritakan kejadian tadi pada Haikal? Lalu Haikal memutuskan untuk meneruskan pernikahan karena dia mencintaiku dan tak mau kehilanganku?
"Saya lihat suami anda sangat mencemaskan kondisi anda dan janin anda. Miris, sangat berbanding terbalik dengan anda yang malah menginginkan aborsi." Suster tersebut geleng geleng sambil membuang nafas kasar.
Benarkah Haikal sangat mencemaskanku?
Disaat Rere masih sibuk dengan pikirannya, tiba tiba saja Romeo masuk.
"Itu suami anda datang."
Mata Rere membulat sempurna. Kedua telapak tangannya menutupi mulutnya yang terbuka lebar.
Jadi Romeo berpura pura menjadi suamiku? Sepertinya aku terlalu berharap pada Haikal.
Suster meraih tangan Rere dan hendak kembali memasang infus. Tapi lagi lagi, Rere berontak dengan menarik kasar pergelangan tangannya.
"Tolong kerjasamanya nyonya." Suster tersebut dibuat naik darah gara gara kelakuan Rere.
"Aku mau pulang, tolong jangan paksa saya tetap disini." Rere mendorong suster tersebut lalu turun dari atas ranjang. Tapi kepalanya yang pusing membuatnya hampir terjatuh, beruntung salah satu suster memegangi lengannya.
Romeo gegas menghampiri Rere, mengangkat tubuh lemah itu kembali keatas ranjang.
"Menurutlah Re, demi kebaikanmu."
Rere yang merasa pusing berat sekaligus lemas, tak lagi menolak saat suster memasangkan infus ditangannya. Selesai melakukan tugasnya, kedua suster tersebut meninggalkan ruangan Rere.
"Kau bisa pergi, nanti aku akan menyuruh suster untuk menghubungi orang tuaku." Ujar Rere dengan kedua mata terpejam karena pusing.
"Aku sudah menghubungi orang tuamu. Dan aku akan tetap disini sampai mereka datang."
"Tak perlu, aku bisa sendiri."
"Sendiri? Agar kamu bisa bunuh diri lagi atau kabur dari sini?"
"Bukan urusanmu." Rere memiringkan tubuhnya, memunggungi Romeo.
"Tadi kau bertanya solusi padakukan?"
Rere diam saja, dia yakin Romeo juga pasti tak punya solusi.
"Aku punya solusi."
Rere masih setia dengan diamnya.
"Aku akan menikahimu."
Deg
Rere yang terkejut langsung membalikkan badannya kearah Romeo.
"Aku akan menikahimu dan menjadi ayah dari janin dalam kandunganmu."
Rere tertawa. Ucapan Romeo barusan terdengar seperti belas kasihan baginya.
"Aku tak butuh dikasihani Romeo. Aku hanya perlu melenyapkan janin setan ini lalu meneruskan hidup."
"Tolong jangan menolak Re, please."
"Pergilah Romeo, sekali aku tegaskan. Aku tak butuh dikasihani."
"Orang tuamu dalam perjalanan kemari. Aku akan mengatakan niatku untuk menikahimu pada mereka.'
"Tapi aku ti_"
"Diamlah Re." Potong Romeo cepat. "Kamu minta solusi padaku kan? Aku sudah dapat solusi itu, jadi menurutlah."
mboke dikit2 blg titip suamiku
bhkn lbh menjgkelkan lagi mboke titip2 suamiku ke aku. geleng2 aku... 😂😂😂😂dmn2 tuh pihak perempuan titip ke pihak laki2... ini kebalik