kehadirannya tak pernah di harapkan. kelahirannya di anggap kesalahan besar dan bencana.
ia lahir karena sebuah kesalahan.
Dia...
seorang anak haram dari seorang pengusaha terkenal.
Ryicki Mahendra Setiawan Ananta.
dia lahir dari rahim seorang wanita malam yang sengaja di jadikan jebakan untuk menghancurkan nama baik sang pengusaha.
mampukah ia menjalani kehidupannya dengan baik,
setelah hal buruk juga perlakuan buruk tanpa keadilan kerap kali ia terima dalam setiap jengkal langkahnya.
dalam setiap hembusan nafasnya,
hanya hinaan yang ia terima.
dialah gadis cantik berwajah dingin...
Maurelia Agastya prameswari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18 pub
Sebuah taksi melaju menembus terangnya malam karena penerangan lampu lampu jalan yang sudah menyala.
Taksi itu terus melaju membelah keramaian jalan raya dan berkeliling memutar alun alun kota.
Gemerlap lampu penerangan kota di malam hari benar benar seolah mampu menghipnotis siapa saja anak kecil yang melihatnya.
Tapi mungkin juga orang orang dewasa.
Lampu lampu kota yang menyala menandakan jika hari telah gelap.
Taksi itu nampak beberapa kali berputar putar di alun alun kota.
Maura duduk di bangku belakang dengan tatapan matanya menatap sendu kearah luar jendela.
Sesekali ia mengusap dengan kasar air mata yang mengalir tanpa permisi di pipinya.
Ia tak henti merutuki dirinya yang selalu cengeng dan rapuh jika itu berhubungan dengan seorang Ricky Ananta.
Ia bisa tegak dan tetap kokoh bagai batu karang di tengah lautan meski ombak tak henti menerjangnya,
Jika ia hanya terlibat masalah dengan orang lain.
Tapi jika itu adalah seorang Ricky,
Kenapa ia begitu rapuh seperti kayu kering yang telah lapuk termakan usia.
Seperti saat ini...
Ia merasa begitu sakit tak terkira. Dadanya sesak dan hatinya terasa di remas remas.
Ini bukanlah yang pertama ia di perlakukan semena semena seperti ini.
Di tuduh, di caci maki dan kemudian di hakimi tanpa keadilan sedikitpun memihaknya.
ia bahkan sudah sangat sering di perlakukan tak adil oleh pria itu,
Tapi kenapa rasanya masih sesakit ini.
" kita mau kemana nona.. ?! kita sudah terlalu lama berputar putar di sini sejak tadi ?! " tanya sang sopir taksi.
" Paradise " jawab Maura akhirnya singkat.
" nona....Paradise....."
" ya aku tahu, memangnya kenapa kalau aku ingin ke sana ?! " jawab maura ketus
" tidak apa apa nona...." jawab supir taksi itu kemudian.
Sopir taksi itu akhirnya melajukan kendaraannya dengan pasti menuju ke suatu tempat.
Penumpangnya itu telah mengatakan pasti kemana tujuannya.
Maka tak ada alasan bagi sopir taksi itu untuk tidak menurutinya.
Toh dia di bayar untuk itu.
Perkara resiko, itu tentu bukan urusannya bukan....
Dan setelah beberapa menit perjalanan, taksi itu akhirnya berhenti di pelataran berpaving sebuah kafe yang bertuliskan.
PARADISE CAFE AND CLUB.
Sebuah tempat hiburan malam legal yang menjadi tempat favorit para kaum muda berkelas borjuis di kota itu.
Maura memang mampu datang ke tempat mewah seperti itu, tentu jika menyangkut materi.
Ia mendapat hak yang sama dengan si kembar Kayka dan Keyla.
Hanya saja....
Jika si kembar bisa bebas memakainya hingga menghabiskannya tanpa memikirkan akan membayarnya suatu hari nanti
Berbeda dengan Maura,
Ia memang mendapat materi sama besar dengab saudaranya, tapi ia harus berfikir bagaimana kelak ia bisa mengembalikannya.
Karena apa yang di berikan kepadanya bukanlah gratis.
Tapi terkadang, Maura tak ingin terlalu larut dengan kepenatan dan kerumitan hidupnya.
Semakin bertambahnya usia,
Ia pun memiliki cara sendiri untuk menghibur dirinya sendiri.
Ya....
Walau tak terlalu sering, tapi Maura juga tak hanya sekali dua kali datang ke tempat ini.
Dia punya beberapa alasan kenapa ia memutuskan datang ke tempat ini,
Dan yang salah satunya alasannya adalah....
Tak masalah rasanya ia menghabiskan uang seorang Ricky Ananta untuknya sedikit nakal dan bersenang senang.
Toh.....nanti dia juga akan membayarnya dan menggantinya.
Maura membayar sopir taksi itu dengan beberapa lembar uang kertas berwarna merah dan tak berminat meminta kembaliannya.
Setelahnya ia mulai melangkah masuk ke dalam bangunan itu.
Awal masuk,
Maura di suguhkan dengan pemandangan kafe yang di desain dengan interiornya yang cukup kekinian dan fashionable.
" pub..." kata Maura kepada salah seorang pelayan yang menghampirinya.
Dan hanya sesingkat itu, tak ada basa basi yang keluar dari bibirnya yang mungil itu.
Pelayan itu mengerti dan kemudian membawa Maura menuju tempat yang ia inginkan.
Meski ia sempat mengerutkan keningnya demi mendengar ucapan gadis itu.
Singkat, padat, jelas....dan tak basa basi.
Sampai.....
Sebuah tempat dengan lampu warna warni yang terus bergerak dengan pencahayaan yang remang remang.
Dentuman suara musik segera menyapa gendang telinga Maura.
Sejauh mata memandang,
Maura melihat pemandangan berpuluh puluh pasangan yang sedang asyik melantai di bawah sana dengan di iringi suara musik yang di mainkan oleh DJ yang sengaja di sewa oleh pengelola kafe.
" silahkan nona " pelayan yang mengantarkan Maura mempersilahkan gadis itu untuk segera masuk.
" jangan khawatir nona, tempat ini legal...." kata pelayan itu lagi.
Melihat Maura yang tak kunjung beranjak, pelayan itu beranggapan jika Maura tak tahu jika tempat ini adalah tempat hiburan malam yang legal.
" percayalah nona, di sini tidak ada obat obatan terlarang....jika anda masih khawatir,
hanya ada minuman beralkohol yang telah di rekomendasikan " pelayan itu masih mencoba menjelaskan agar Maura paham.
Maura menoleh menatap pelayan itu,
Jujur....
Ia merasa risih dengan penjelasan pelayan ini.
Ini bukan yang pertama dia datang ke tempat ini.
Beberapa kali ia melepaskan segala kepenatan dan sesak di dadanya di tempat ini.
Jelas ia juga tahu hal yang tadi di terangkan oleh pelayan itu.
Maura meski terbilang sering datang kemari, namun ia tak pernah minum hingga mabuk.
Karena itu jugalah....
Ia tak pernah membantah ketika orang orang di rumah menyebutnya gadis liar.
" aku sudah tahu semua yang kau jelaskan..." jawab Maura kemudian dengan tegas dan tanpa basa basi.
Selanjutnya ia segera melenggang pergi begitu saja menuju meja bartender meninggalkan sang pelayan yang tiba tiba berwajah cengo setelah mendengar jawabannya itu.
Maura terus melangkah dan kemudian duduk di kursi tepat di hadapan seorang bar tender yang nampak sedang meracik minuman.
Ia tak menyadari adanya sepasang mata yang terus mengikutinya dengan tatapan matanya dari salah satu tempat di ruangan itu.
Seseorang yang sempat terkejut ketika melihat kehadirannya tadi di tempat ini.
Satu gelas pesanan Maura tersaji di meja di hadapan Maura.
" special low alkohol for you sweety...." sapa bartender itu sambil tersenyum hangat kepada Maura sembari meletakkan gelas di depan Maura.
Maura tak menjawab,
Ia hanya segera meraup gelas itu dan menenggaknya hingga tandas.
Matanya terpejam sejenak ketika rasa pahit menyapa indera pengecapnya dan rasa panas melewati tenggorokannya.
" wow...!! slowly baby..." kata bartender itu.
Maura hanya mengibaskan tangannya dan menyerahkan kembali gelas itu, tanda ia ingin lagi.
Bar tender itu mengisi lagi gelas Maura yang kosong.
Lagi lagi, Maura menenggaknya hingga tandas.
lagi...
Ia meminta bar tender itu mengisi gelasnya.
Hingga entah di gelas keberapa, Wajah Maura mulai nampak memerah.
Beberapa kali ia juga terdengar mulai bersendawa.
" enough sweety....kau sudah mabuk " kata bartender itu yang segera menjauhkan botol berisi alkohol yang ia pegang ketika Maura lagi lagi menyodorkan gelas kosongnya ke padanya dan minta di isi lagi.
Meski kadar alkohol yang Maura minum tak terlalu tinggi.
Namun Maura mengkonsumsinya secara ugal ugalan....
Jelas....
Ia akhirnya pun kemudian mabuk.
Maura yang menidurkan kepalanya di meja bartender dengan beralaskan lengannya sontak mengangkat kepalanya dan menatap nyalang pria di hadapannya itu.
" kau takut aku tak bisa membayar minumanku ?! " sentak Maura.
Brak....
" ini....ambil ini " Maura mengeluarkan cardnya dan meletakkannya dengan kasar di atas meja di hadapan bar tender itu.
" are you have problem baby....?! please talk to me... ?! "
bar tender itu pun akhirnya sedikit bersimpatik dan berniat memberi perhatian pada Maura.
ia juga khawatir jika Maura terlalu mabuk, sementara tadi ia melihat gadis itu hanya datang sendirian.
Entah kenapa ia merasa kasihan melihat gadis itu. Di wajah gadis itu ia seolah melihat luka yang begitu dalam.
" ckk..
Tidak usah ikut campur urusanku, beri aku minum " sentak Maura dengan suara parau dan tubuh yang mulai nampak sempoyongan.
" but you...."
" beri yang dia inginkan, aku akan membayarnya...." tiba tiba seseorang nampak berdiri di sisi Maura.
Seseorang itu kemudian mengambil card Maura dan memasukkan kembali card itu ke dalam tas gadis itu.
" but she is....."
" dia tanggung jawabku....."
Mendengar jawaban itu,
Bar tender itu tak lagi banyak bicara, ia juga merasa sedikit lega.
Setidaknya ada seseorang yang akan bertanggung jawab jika gadis itu mungkin mabuk berat dan berakhir pingsan di tempat ini.
Tak menunggu lama,
Bar tender itu pun kemudian menuangkan minuman yang ia pegang ke dalam gelas kosong Maura.
Maura langsung menenggaknya. Dan seperti itu terus hingga beberapa kali.
Hingga akhirnya kepala Maura kembali ambruk di meja. Ia pun mulai meracau tak karuan.
" aku ingin lagi...mana minumanku " kata Maura sambil terus meracau.
" cukup.....
kau sudah mabuk....kau sudah terlalu banyak minum " kata pria itu kemudian sambil menyampi tangan Maura yang terulur kepada sang bar tender tanda ia masih menginginkan minumannya.
" tidak....aku tidak mabuk,
aku masih kuat " jawab Maura sambil berusaha bangkit untuk menunjukkan jika dirinya baik baik saja.
Tapi itu jelas tak berhasil.
Ia tak bisa berdiri tegak, tubuhnya sempoyongan.
" aw...!! " Maura hampir saja ambruk ke lantai jika saja seseorang itu tak lekas menangkap tubuhnya.
Tak banyak bicara,
Seseorang itu segera membayar bill minuman Maura dan membawa Maura pergi dari sana dengan cara memapahnya.
" lepaskan aku....aku mau minumanku, mana minumanku...." racau Maura.
" kau sudah terlalu banyak minum..."
" biarkan aku....aku ingin minum........
serrraaaangngng....🔫🔫🗡️🗡️💣💣
btw, majikanmu masih hidup jadi perjuangin... kalau perlu minta tolong sama kakek nenek Maura. mereka kayaknya udah mulai sayang sama Maura.
biar Ricky nyesel udah nyia-nyiain anak kandung sendiri demi anak orang.
anak yang kata-katain anak pelacur malah anak gadis baik-baik. justru yang dianggap istri yang baik malah seorang wanita murhn