Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
"Lepaskan! Kau mau membawaku kemana, ha?" Alana terus memberontak disaat Silas terus menarik tangan Alana memaksanya untuk masuk kedalam mobil. Tidak tahu mengapa secara tiba-tiba Silas seperti kesetanan membawanya pergi dari ruang ganti.
Silas tidak ada menjawab pertanyaan Alana sedikitpun, memaksa Alana untuk masuk kedalam mobil. "Kau ini kenapa? Kau kira aku barang yang bisa sesukamu begini, ha?!" Alana terus murka, sedari tadi tubuhnya terus ditarik oleh Silas tanpa belas kasih sedikitpun.
Bukannya menjawab pertanyaan Alana malah Silas menyalakan mesin mobil dengan santainya. Mulai melaju dengan kecepatan tinggi sehingga Alana gemetar ketakutan, spontan memegang lengan Silas sebagai kekuatannya.
"Awas ada mobil, aaaaaaaaaa!" Alana menjerit kencang karena mereka hampir saja tertabrak mobil karena Silas menyetir ugal-ugalan.
Menyalip mobil lain tanpa hati-hati bahkan jalan terasa milik sendiri bagi Silas. Alana tidak mampu berkata kata lagi, terus berteriak karena takut mereka akan kecelakaan. Hingga mobil Silas berhenti secara mendadak di depan parkiran Rumah sakit. Mata Alana terpejam sembari memegang erat lengan Silas, ia gemetar ketakutan.
"Apa aku masih hidup?" Alana merasa seperti sudah ada dialam lain sekarang, ia memberanikan diri menatap kearah Silas yang masih diam menatap lurus kedepan. "Kau ini kenapa, tiba-tiba menarik aku lalu malah_" Alana sangat terkejut karna Silas mengajaknya pergi ke Rumah Sakit.
"Kau mau ikut aku atau tidak?" Tanya Silas sembari melepas seatbelt. Ia seperti tidak ingin bercanda seperti terjadi sesuatu yang sangat buruk sekarang.
"Kemana?" Alana tentu saja bertanya karena untuk apa mereka ke Rumah Sakit malam-malam begini. "Kau mau apa disini, Silas? Jawab aku!"
"Bertemu dengan Bella, dan anakku. Mereka ada disini, Anakku sakit. Ikutlah denganku," Jawab Silas tanpa beban sedikitpun menarik tangan Alana untuk ikut turun bersamanya.
Tapi, Alana menyingkirkan tangan Silas. Ia menatap penuh tidak suka pada pria di hadapannya. "Dengar, Silas. Jika kau hanya ingin bertemu dengan anak dan istrimu tidak seharusnya kau mengajak aku!" Alana memberontak, ia menatap tajam Silas yang hanya menatapnya sangat tenang.
Silas tidak menjawab apapun, tetap tenang menatap Alana yang terus mengomel padanya. "Kau tidak masuk akal! Kau mau apa jika aku dan istrimu bertemu, aneh!" Alana ingin turun dari mobil tapi segera dikunci oleh Silas.
Alana tetap memaksa membuka pintu mobil meskipun hasilnya tetap nihil, pintu tersebut tidak bisa dibuka. "Ah!" Alana sebal sekali, ia menatap tidak suka kearah Silas yang masih sama juga menatapnya.
"Aku tidak tenang meninggalkan dirimu di Apartemen seorang diri, itu sebabnya kau aku ajak ke Rumah sakit." Jelas Silas, ia memegang tangan Alana lalu ia kecup sampai lama. "Kalau kau mau, ayo temani aku masuk kedalam. Aku akan mengatakan hal lain kepada Bella nanti, tidak perlu takut."
Alana langsung tertawa kencang karena apa yang dikatakan Silas, bukan takut melainkan dimana coba hati nurani seorang Silas malam ini.
"Kau mau mengatakan kepada Bella jika kita habis membahas pekerjaan bersama, jadi tidak sengaja searah begitu?" Tanya Alana, ia menjauhkan tangannya dari Silas.
Merasa Silas sangatlah percaya diri, Alana menepis tangan Silas yang selalu ingin menyentuh wajahnya. Tetap saja Alana merasa sangat memalukan jika Silas berpikir seperti tadi.
Kedatangan seseorang membuat fokus Silas teralihkan pada sosok wanita yang berdiri didekat mobil mereka. Kebetulan Silas menggunakan mobil Alana sudah pasti Bella tidak sadar jika didalam mobil yang ada didepannya ada Silas dengan wanita lain.
"Dia istrimu?" Tanya Alana disaat melihat Silas terdiam karena kedatangan wanita cantik itu.
Silas tidak menjawab apapun, pria itu ingin turun karena Bella sudah mau pergi kembali masuk kedalam mobil. Alana terpikirkan sesuatu, ia menarik tangan Silas hingga kembali duduk.
"Kau mau kemana, hem?" Alana menjilat telinga Silas membuat gairah pria itu semakin naik.
"Alana, hentikan. Jangan memancing aku!" Silas menjauhkan tubuhnya dari Alana, ia tidak ingin mendapatkan godaan lebih lagi dari Alana yang selalu saja nekad.
Alana tersenyum sinis ia tahu kelemahan Silas sekarang, yaitu masih tidak tega mengkhianati Bella secara langsung.
"Kalau masih sangat peduli dengan perasaan istrimu, lalu kenapa kau menikahi aku, Silas?" Tanya Alana sembari membuka satu persatu kancing bagian atasnya.
Langsung Silas mengalihkan pandangannya, ia melihat kearah Bella yang duduk di teras rumah sakit. Pastinya sedang menunggu kedatangannya karena Bella sangat membutuhkan peran Silas sekarang.
"Pergilah bersama istrimu sekarang, tapi setelah itu jangan harap kau bisa menikmati tubuhku lagi." Alana mengancam, murni ia mengatakan semua itu agar hubungan tidak masuk akal ini segera berakhir.
Alana sangat yakin jika Silas akan lebih memilih bersama dengan Bella serta anak mereka tentunya. Ide yang sangat bagus, Alana sangat yakin jika akan berhasil.
Tapi, yang sebenarnya Silas sangat terpesona dengan godaannya. Bahkan Silas meraih tangan Alana untuk duduk di pangkuannya. Ia menjilat leher Alana sampai wanita cantik itu merinding, tidak hanya itu tapi Silas juga melakukan pagutan pada bibir Alana. Tidak ada balasan dari Alana karena masih terkejut dengan semuanya, ia sudah salah menjebak lawan sekarang.
"Kau mengira jika aku akan lebih mengutamakan Bella dari pada dirimu?" Tanya Silas disaat selesai mengesap bibir manis Alana. "Tentu saja tidak, menghabiskan satu ronde di dalam mobil didepan istriku mungkin akan menjadi hal yang sangat menyenangkan." Ucap Silas, ia tertawa kecil kepada Alana yang melotot sempurna.
"Bukan, ah maksudku.." Alana tidak bisa berkata-kata disaat Silas sudah meremas dua bongkahan miliknya. Rasanya sangat geli tapi Alana merasa tidak tenang karena ada Bella yang duduk didepan teras sana.
Ponsel Silas berdering terus sudah pasti Bella tapi pria itu seakan sudah gelap mata. Menikmati tubuh Alana melebihi sangat penting baginya, Alana salah memancing.
"Hemm, hentikan.. Jangan lakukan itu disini, aku mohon.." Pinta Alana disaat Silas mengesap area lehernya.
"Kau mau kita melakukannya disini? Didepan istriku?"
"Tidak, aku tidak mau melakukannya!"
"Baiklah, dengan senang hati aku akan melakukannya untukmu." Malah Silas mengambil keputusan kebalikan dari permintaan Alana.