Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 03 : Berubah Drastis
Tokoh Pendamping :
Panji Yaksa (30 tahun)
Sekretaris Pribadi CEO, asisten pribadi CEO, orang kepercayaan CEO. Panji selalu bersikap sesuai perintah Agam. Kehidupan pribadinya sangat rahasia.
***
Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Pekerjaan Agam baru saja selesai. Agam pun mengecek ponselnya. "Satu pun panggilan darinya tidak ada. Sungguh aneh. Biasanya kalau Aku lembur banyak pesan masuk dan telepon masuk darinya, sampai ponsel ini harus ku matikan agar tidak mengganggu," ucap Agam heran, kemudian beranjak dari kursi kerjanya.
"Tuan Agam, Anda ingin pulang sekarang?" tanya Panji, sekretaris pribadinya.
"Panji, bagaimana kondisi Emilia setelah siuman? Apa dokter Orlando ada melaporkannya padamu?" tanya Agam.
Panji tersenyum sesaat sebelum menjawab pertanyaan Agam. Bagaimana tidak, kondisi istrinya sendiri Agam tidak tahu. "Nona Emilia sangat sehat, Tuan. Dia hanya pingsan sesaat karena lemas di dalam air," jawab Panji.
"Mungkin perasaanku saja. Aku merasa ada yang aneh dengan sikapnya. Padahal kepalanya tidak terbentur sampai lantai bawah kolam."
"Benar juga. Biasanya Nona Emilia akan meneror Anda dengan banyak panggilan, atau datang ke sini jika Anda lembur," jawab Panji. Selain Agam, Panji juga tahu pasti betapa Emilia posesif dan bucin pada Agam dulu, hingga membuat Agam membenci Emilia.
Karena hari sudah larut, Agam akhirnya pulang, di antar oleh Panji. Sesampai di rumah, semuanya terlihat damai, termasuk kamar Emilia yang sepi tanpa drama apapun. Agam penasaran dengan kondisi Emilia, dia pun pergi ke kamar Emilia.
"Di kunci?" Agam tidak habis pikir. Pintu kamar Emilia selama tiga bulan ini tidak pernah terkunci. Emilia sengaja tidak menguncinya agar suatu saat Agam ingin masuk, tinggal masuk. Malam ini untuk pertama kalinya kamar Emilia terkunci. Padahal yang biasanya terkunci adalah kamar Agam.
"Tuan Agam? Anda sudah pulang?" Kepala pelayan tiba-tiba datang menghampiri Agam.
"Hhmm," jawab Agam singkat.
"Ada yang bisa Saya bantu, Tuan?" tawar kepala pelayan.
"Emilia sudah tidur? Apa dia membuat keributan di rumah?" tanya Agam.
"Sejak tiba tadi siang hingga malam tampak sepi Tuan. Nona Emilia baik-baik saja. Bahkan saat makan malam dia makan dengan lahap. Padahal biasanya dia tidak ingin makan kalau Tuan Agam tidak duduk bersamanya di meja makan," lapor kepala pelayan.
"Oh ya? Baguslah kalau begitu," sahut Agam, wajahnya tampak kesal. Agam pun langsung masuk ke kamarnya.
Keesokan harinya Emilia bangun pagi sekali. Dia mandi lalu berdandan secantik mungkin. Hari ini dia pergi sekolah.
"Ternyata Emilia lebih cantik dari Aku. Tapi kok bisa ya wajah Kami mirip?" Emilia memutar-mutar tubuhnya di depan cermin besar kamarnya. Membandingkan penampilannya sekarang dan dulu.
"Emilia dulu hanya remaja bucin yang bodoh. Dia tidak memikirkan apapun karena sudah punya segalanya. Tapi Aku berbeda, tahun ini Aku harus peringkat pertama kelulusan. Aku harus mengejar impianku yaitu menjadi CEO perusahaan besar. Pokoknya perusahaan ayahnya Emilia harus Aku yang memimpin, jangan sampai jatuh ke tangan kakak tiri Emilia yang jahat itu."
Dulu saat menjadi Viona, mewujudkan cita-cita menjadi CEO perusahaan besar tampak mustahil. Sekarang setelah menjadi Emilia, Viona percaya diri bisa menggapai impiannya. Viona akan menganggap ini kehidupan kedua baginya. Kesempatan yang di berikan Tuhan, agar dirinya bisa melakukan apapun yang tidak pernah bisa dia lakukan dulu.
Emilia keluar dari kamarnya, menuju meja makan.
"Bi Maya, kenapa hanya ada roti dan susu? Aku mana bisa sarapan seperti ini?" protes Emilia.
"Maaf Nona, biasanya Anda sarapan seperti ini karena Tuan Agam suka sarapan dengan roti dan susu," jawab kepala pelayan.
"Aku bukan Emilia, bisa kambuh maag ku kalau sarapan roti dan susu saja," batin Emilia. "Bi Maya, buatkan Aku nasi goreng ayam, Aku hanya ingin makan itu!" titah Emilia.
"Baik Nona," jawab kepala pelayan. Kepala pelayan segera ke dapur, memerintah koki untuk memasakan pesanan Emilia.