"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH EMPAT
*Hari sabtu pukul 13.00 siang*
"Eh Arini kamu udah denger gosip baru belum?." Tanya bu Wati, salah satu tetangga Arini yang siang itu jajan bersama dua orang tetangga lainnya.
"Gosip? Gosip apa?." Jawab sekaligus tanya Arini.
"Itu, gosip tentang mantan adik ipar kamu." Jawab bu Wati.
"Ohh....enggak, saya nggak denger." Balas Arini sedikit malas dan tak peduli mendengar kabar keluarga mantan suaminya, tapi hati kecilnya juga merasa penasaran.
"Katanya mantan adik kamu pisah loh sama suaminya. Gosipnya sih dia di usir sama mertuanya." Kata bu Wati.
"Apa bu?. Di usir?." Tanya Arini dengan nada terkejut.
"Iya. Katanya sih gitu, tapi nggak tahu juga.Yang jelas sekarang mereka udah pisah. Mantan adik ipar kamu sekarang tinggal bersama orangtuanya." Jawab bu Wati.
"Kalau bener dia diusir, jangan-jangan itu karma." Timpal bu Sari.
"Karma apa maksud bu Sari?." Tanya Arini.
"Ya karma, karena dulu kan keluarganya sudah berbuat dzalim sama kamu." Jawab bu Sari.
Arini diam sejenak.
"Ah ....mungkin itu sudah nasibnya Rosa aja. Nggak ada hubungannya dengan saya." Balas Arini.
"Iya, mungkin aja. Tapi....."
"Udah ah bu. Nggak baik ngomongin orang. Nanti ada yang denger, terus nyampe ke orangnya kan bisa-bisa kita dituduh biang gosip." Pungkas Arini lalu masuk ke dalam rumah, meninggalkan ibu-ibu itu, karena tak ingin terlibat dalam pembicaraan yang menurutnya tidak penting. Walau tak dipungkiri ada rasa penasaran dalam hatinya tentang kabar yang ia dengar barusan tentang mantan adik iparnya.
Apa benar yang dikatakan bu Wati tadi?. Rosa bercerai dan di usir mertuanya?.Kalau itu benar, kasihan sekali dia. Aku tahu sekali bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu. Kalaupun benar ini karma, kenapa Rosa yang harus merasakannya?. Dia tidak pernah membuatku sakit hati seperti ibu dan kakaknya. Kata Arini dalam hati.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Tiga bulan Kemudian
Matahari mulai bersinar terang, menyinari bumi, mengusir kabut tebal yang menggulung di pucuk pegunungan. Embun pagi yang membasahi rerumputan, perlahan menghilang seiring sinar matahari yang mulai terasa menghangatkan pagi itu.
Hampir semua penghuni bumi sudah melakukan aktivitas pagi mereka, seperti para buruh tani yang terlihat bersemangat melakukan pekerjaannya. Begitu juga Arini yang setiap pagi disibukkan oleh dagangan dan para pembelinya.
Dua orang laki-laki duduk memesan dua mangkuk bubur ayam dan dua gelas teh hangat. Arini bergegas membuatkan pesanan lelaki tersebut. Lelaki yang sama yang hampir setiap hari jajan di warungnya, yang saat ini datang bersama temannya.
Sambil menunggu pesanan, kedua lelaki itu mengobrol, sembari menikmati gorengan yang tersaji di atas meja.
Arini tidak tahu siapa nama lelaki tersebut. "Si bos" begitulah para pekerja menyebutnya. Hanya itu yang Arini tahu.
Arini menyimpan bubur dan teh nya di meja tepat di depan bangku.
"Silahkan." Ucap Arini sedikit menundukkan kepala. Dia nampak canggung berhadapan dengan lelaki itu. Pasalnya, beberapa waktu lalu para pekerja menggoda dan menjodoh-jodohkan nya dengan lelaki itu.
"Neng, ada salam dari di bos."
"Neng, kata si bos salam kenal."
"Neng, gimana diterima nggak salamnya."
"Terima aja neng. Terima. Neng cocok banget kalau jadi istri si bos."
Itulah kata-kata yang selalu dikatakan para pekerja saat mereka datang ke warungnya. Arini hanya menanggapi dengan senyuman, karena dia yakin mereka hanya menggodanya. Arini sadar dengan statusnya sekarang, banyak sekali orang atau laki-laki yang menggoda bahkan menjodoh-jodohkan nya seperti itu.
Arini tidak atau mungkin belum memikirkan hal seperti itu, karena baginya saat ini yang paling penting hanyalah bagaimana bisa bertahan hidup tanpa seorang laki-laki. Selain itu, dia masih takut berhubungan dengan seorang laki-laki, apalagi dengan laki-laki seperti "si bos" ini yang menurutnya bukan tipe laki-laki setia, dan lagi usianya juga jauh diatas Arini.
Dilihat dari segi fisik, si bos ini jauh dibawah Alfian. Dia nampak sangat dewasa walau selalu berpenampilan seperti anak muda. Memakai celana jeans, kaos, topi dan kacamata yang selalu disimpan di topinya, Arini tidak sedikitpun tertarik dengan lelaki itu, tapi dia tak pernah menunjukannya. Arini tetap menghormatinya sebagai pembeli.
.
"Jadi berapa semua neng sama gorengan?." Tanya si bos
"Dua puluh lima ribu." Jawab Arini.
Laki-laki itu memberikan uang pecahan lima puluh ribu pada Arini.
"Ini....ambil saja kembaliannya " Ucapnya, lalu hendak meninggalkan warung Arini.
"Tunggu pak!! Kata Arini seraya mengambil uang dua puluh lima ribu dari laci dagangannya, lalu berjalan cepat memberikan uang itu pada si bos, yang sudah berdiri di pinggir jalan.
"Ini kembaliannya." Kata Arini.
"Nggak usah, ambil saja." Sahut si bos yang tak mau mengambil uang kembaliannya.
"Maaf pak!! Tapi saya tidak bisa menerimanya." Balas Arini tak mau kalah, lalu menarik tangan c bos dan menyimpan uang itu ditangannya, lalu ia segera kembali ke warungnya. Arini tentu saja tak mau menerima uang atau apapun itu, karena takut c bos ada maksud tertentu kepadanya.
...
Hampir setiap hari para pekerja yang jajan ke warung Arini, selalu menggodanya dengan mengatakan kalau bos mereka menyukainya, membuat Arini merasa risih dan tidak suka. Tak hanya para pekerja, bu Ami pun mengatakan hal yang sama padanya.
"Iya Arini saya serius. Ada salam buat kamu dari pemilik tanah ini." Kata bu Ami.
"Iya....Wa alaikum salam." Balas Arini.
"Apa artinya, kamu menerima salamnya?." Tanya bu Ami sambil tersenyum.
"Saya hanya menjawab salamnya aja bu." Jelas Arini.
Bu Ami terkekeh.
"Udah...terima aja Rin. Kamu beruntung lho disukai sama pemilik tanah itu. Hidup kamu pasti jauh lebih enak kalau seandainya kamu dan dia menikah."
Ya Ampun bu Ami segitunya jodoh-jodohin aku sama laki-laki itu. Enggak , aku nggak mau sekalipun dia kaya, aku nggak mau sama dia.
"Oh iya bu. Saya boleh minta tolong sama ibu?." Kata Arini berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Minta tolong apa?." Tanya bu Ami.
"Sebentar." Jawab Arini, lalu mengambil dompet yang beberapa waktu lalu dia temukan.
"Ini bu. Saya minta tolong ibu bawa dompet ini. Saya udah tanya sama setiap orang yang datang kesini, tapi tak ada satupun dari mereka yang merasa kehilangan dompet ini."
Bu Ami awalnya tidak mau membawa dompet itu, tapi karena Arini terus memaksa, dia akhirnya mau membawanya.
...
Berita tentang Arini yang disukai oleh pemilik tanah itu, sudah menyebar di kampungnya hingga dia kembali menjadi bahan pembicaraan. Walau merasa risih dan tidak suka mendengarnya, Arini tidak mempedulikannya, karena kenyataanya sampai saat ini orangnya sendiri tidak pernah mengatakan langsung pada Arini kalau dia menyukai atau mencintainya, lalu kenapa orang-orang ramai mengatakan hal itu? Arini kira mungkin saja benar, orang-orang itu hanya ingin menjodohkan mereka berdua.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
.
.
.Bersambung 🌿🌿🌿
Hay dears!! Jangan lupa like, vote & komennya ya☺️
follow me ya thx all