Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Ketika sedang berbelanja di supermarket, Mayang tak sengaja bertemu dengan Randi. Randi bersama dengan seorang wanita cantik, sedang memilih buah di rak display khusus buah import.
Mayang berusaha menghindari Randi, dengan memutar tubuhnya perlahan agar pergerakannya tak di perhatikan. Namun naas, ternyata Randi sudah melihatnya.
Ia yang berdiri tak jauh dari Mayang mencekal bahu Mayang.
"Ahk! Lepas!" sentak Mayang, dengan menepis tangan Randi.
Ia akan kembali meninggalkan Randi, namun lagi-lagi Randi menahan troli nya.
"Mau kemana kau?" suara bariton milik Randy membuat Mayang bergidik.
Tanpa menatap wajah Randi, Mayang berjalan menjauhi Randi. Randi mengepalkan tangannya karena kesal Mayang mengabaikannya.
"Nes, aku tinggal ya. Aku ada urusan penting." pamit Randi, pada teman kencannya.
Wanita bernama Vanessa itu mengangguk lengkap dengan senyum manisnya.
Dengan langkah lebar, Randi menyusul kepergian Mayang. Matanya sejak tadi awas mengawasi pergerakan Mayang.
Mayang terpaksa harus mengakhiri acara belanjanya, karena takut Randi mengikutinya. Ia berjalan menuju kasir. Tanpa Mayang tau, Randi mengikuti langkah kaki Mayang dalam jarak aman.
Melihat penampilan Mayang saat ini, membuat Randi terpesona. Dress hitam selutut, dengan lengan sampai siku, terlihat pas di badan mungilnya. Tubuhnya yang putih bersih membuat Randi kembali mengingat percintaannya dengan Mayang ketika Mayang masih menjadi istrinya.
Mayang selalu bisa memuaskan hasratnya. Berkali-kali ia menyetubuhinya dalam semalam, tak pernah bisa membuatnya puas. Randi selalu ingin lagi dan lagi. Mayang tak pernah mengeluh lelah, ketika melayaninya diatas ranjang, justru melenguh ketika ia terus menghentaknya dalam.
Rambutnya yang hitam tergerai begitu saja, bergerak kesana kemari, karena Mayang sedikit berlari.
"Rupanya Rion benar-benar memperlakukanmu dengan baik." gumam Randi. Jujur saja, ada sedikit sesak di dadanya saat melihat penampilan Mayang yang terlihat begitu cantik dan terawat. Sesak karena yang membuat Mayang seperti itu bukan dirinya.
Selama menjadi istrinya, Randi tak pernah memperdulikan penampilan Mayang. Yang ia lakukan adalah terus menyiksanya. Karena kesal dengan Sonya, yang telah menipunya. Ia lampiaskan kekesalannya terhadap Sonya, pada Mayang. Gadis malang yang tak tau apa-apa.
Ia berdiri di belakang Mayang, ketika Mayang sudah berhenti di meja kasir dan mulai mengeluarkan barang belanjaannya.
Mayang masih belum sadar, jika Randi berada di belakangnya.
Dengan gerakan tergesa, Mayang meletakkan barang-barang itu diatas meja kasir. Setelah sang kasir memberitahukan total belanjaannya.
Randi mengulurkan kartu miliknya. "Aku yang bayar." ucap Randi.
Mayang yang mendengar suara mantan suaminya seketika mendongak. "Ti-tidak usah." ucap Mayang dengan suara gemetar.
"Ini perintah!" ucap Randi dengan tatapan mengintimidasi. Membuat Mayang susah payah menelan ludahnya.
Ia bergerak menjauhi Randi, dan dengan gerakan perlahan mencoba mengambil ponselnya dari dalam tas. Ia akan menghubungi Rion. Nomor ponsel Rion sudah Rion setting menjadi kontak darurat. Hingga bisa dengan mudah Mayang menghubungi Rion.
Tanpa mengeluarkan ponselnya, ia membiarkan ponselnya di dalam tas. Dan membiarkan Rion mendengarkan apa yang akan terjadi.
Setelah selesai dengan pembayaran. Randi mendekati Mayang. "Ayo! Aku antar kau pulang." ucap Randi dengan suara tegasnya. Membantu Mayang membawakan belanjaannya.
Mayang sangat takut saat ini, ia sampai sulit mengeluarkan suaranya, karena tenggorokanya tercekat. Keringat dingin sudah membasahi keningnya.
Bayang-bayang penganiayaan yang Randi lakukan padanya selama ini, berkelibat di pikirannya.
"Ti-tidak usah. Aku bawa mobil sendiri." ucap mayang lirih.
Mendengar hal itu, Randi tersenyum getir. Bahkan Rion memberikanmu mobil. Katanya dalam hati.
Randi menyeringai dan mengangkat dagu Mayang. "Aku antar! Tunjukan aku dimana rumahmu!" ucapnya penuh penekanan.
Mayang menggeleng dengan mata berkaca-kaca.
"Baiklah! Kalau begitu kau lebih suka jika aku membawamu ke rumahku." jawab Randi. Lengkap dengan seringai mengerikan.
Mayang ingin berteriak namun tenggorokannya tercekat. Ia hanya bisa menggeleng dengan airmata berlinang. Berjalan mundur untuk menjauhi Randi.
Namun semakin ia mundur, semakin Randi maju.
Sementara Rion yang sedang memimpin rapat sebelum bertolak ke Jogja. Langsung mengangkat panggilan Mayang ketika ia melihat nama Mayang tertera dilayar ponselnya.
Dengan senyum mengembang ia mengangkat panggilan sang kekasih. "Tunggu sebentar." ucapnya, pada anak buahnya. ketika akan mengangkat panggilan Mayang.
Para anak buahnya pun mengangguk patuh. Mereka bisa berbincang-bincang sambil menyantap kue yang di suguhkan.
"Halo May!" ucap Rion. Namun ia tak mendengar suara Mayang.
Justru mendengar suara bising. "May!" panggilnya lagi.
"Halo! Mayang! Kamu dengar aku?" lagi-lagi panggilannya terabaikan.
Rion memandang layar ponselnya, memastikan panggilan masih terhubung.
Ia kembali menempelkan ponselnya ke telinga setelah memastikan panggilannya masih berlangsung.
"Ikut aku!" bentak seseorang. Suaranya terdengar seperti suara Randi.
"Ng-gak mas. Aku bawa mobil sendiri, aku bisa pulang." terdengar suara Mayang seperti ketakutan.
Rion membelalakkan matanya, ketika menyadari Mayang sedang di ancam Randi. Ia langsung berdiri dari kursi pemimpin. Mengagetkan anak buahnya.
"Deni, lanjutkan rapat. Aku harus pergi sekarang." ucap Rion pada sang asisten. Lalu keluar ruang rapat dengan tergesa.
"Baik pak!" jawab Deni dengan menunduk hormat. Para karyawan yang melihat Rion panik bertanya-tanya. Ada apa gerangan yang terjadi.
Rion masih mendengarkan percakapan Mayang dengan seorang pria yang ia yakini Randi.
Rion mengecek keberadaan Mayang melalui GPS dari ponsel Mayang.
Setelah masuk kedalam mobil, Rion langsung tancap gas menuju lokasi Mayang berada.
"Jangan membantahku. Jika tidak ingin aku permalukan kamu disini. Aku bisa saja mengatakan pada semua orang disini, jika kamu sebagai istriku, berselingkuh dengan suami kakakku sendiri!" ancam Randi.
Rion yang mendengar ancaman Randi terhadap Mayang, mencengkram setir dengan kuat. Rahangnya mengeras menandakan ia sedang marah.
"Awas kau Randi! Berani-beraninya mengancam Mayang!" ucap Rion dengan rahang menegas.
Ia menekan pedal gas untuk mempercepat laju mobilnya. Di GPS terlihat, jika keberadaan Mayang berada di Panorama Supermarket. Mayang tadi berpamitan untuk pergi ke supermarket sebelum pulang ke rumah. Ia membolehkan Mayang pulang sendirian. Tanpa pengawalan anak buahnya. Karena anak buahnya hanya ia berikan tugas untuk menjaga rumah yang di tempati Mayang.
"Jangan membuat keributan disini mas." ucap Mayang pelan. Rion masih setia mendengarkan percakapan Mayang dan Randi.
"Kalau begitu turuti aku, ikut aku pulang bersamaku. Atau aku antar kau kembali ke rumahmu."
"Maaf mas! Kita sudah bercerai. Sebaiknya kita tidak saling berhubungan lagi."
"Bercerai?" Randi menatap Mayang dengan senyum mengejek.
"Kau yang menggugatku, aku sama sekali tidak ingin bercerai denganmu."
"Tapi pada kenyataannya, sekarang kita sudah bercerai mas!" ucap Mayang lagi. Kali ini ia berbicara dengan nada tinggi. Karena ia kesal pada mantan suaminya. Yang tidak mau melepaskan dirinya pergi.
"May! Aku menyesal telah berbuat kasar padamu selama ini. Aku ingin memperbaiki semuanya, aku akan membelikanmu rumah mewah, untuk tempat tinggal kita nanti jika kau bersedia kembali bersamaku lagi. Aku tidak akan membawamu kembali tinggal dengan orang tuaku." ucap Randi. Ia menatap manik mata Mayang, seolah menunjukan ketulusannya.
"Jangan percaya Mayang, dia iblis, dia penjahat. Jangan percaya dengan mulut berbisanya itu." ucap Rion frustasi. Ia memukul setir mobilnya, karena Mayang tak menjawab apapun. Seolah terpedaya dengan apa yang Randi katakan.
Rion mempercepat lagi laju mobilnya, karena takut Mayang terperdaya Randi dan bersedia ikut dengan mantan suaminya itu.