Untuk menyembunyikan aib kakaknya. Alora terjebak hubungan dengan cowok misterius yang dijuluki si buruk rupa di sekolahnya
Siapa sangka dari hubungan tidak terduga itu timbul benih cinta, yakin cowok tersebut buruk rupa? Tetapi kenapa Alora sampai menyukainya, bahkan memberi cinta utuh untuknya, atau ada alasan dibalik julukan buruk rupa itu?
Cerita ini mengandung adegan sedikit kelewatan ya? haha.. menceritakan kenakalan remaja yang pernah hidup di negara luar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malu-Malu Mau
Melihat kedatangan Alora membuat Sean menoleh. Ia memberikan senyum terbaiknya yang bisa saja langsung membuat Alora meleleh, jantung Alora semakin berdetak dengan hebat tatkala Sean menatapnya.
"Lo udah pulang?" pertanyaan Aluna menyadarkan lamunan Alora.
Gadis itu hanya mengangguk saja sebagai respon, ia merasa aneh dengan adanya Sean di rumahnya yang tiba-tiba, lebih aneh lagi Sean terlihat sedang memasak bersama dengan kakaknya.
"Mandi dulu gih, bis itu ke sini, gue sama Sean bikin kue," lanjut Aluna.
Alora hanya mengangguk saja. Sebelum kepergian nya, ia menatap Sean yang sedari tadi hanya diam, tetapi tatapan mata Sean terus mengarah padanya.
"Kalian pacaran? Tapi kaya nggak saling kenal?" tanya Aluna membuat Sean hanya mengedikan bahunya dengan senyum tipis.
Aluna tidak mengambil pusing, ia mulai menyiapkan piring beserta minuman, tidak lupa kue yang baru dibuatnya dengan beberapa bantuan Sean juga mulai ia hidangkan.
Ternyata cowok yang Aluna temui di sekolah pada waktu itu ialah Sean, pacar dari adiknya. Sean memang mengaku pacar Alora ketika Aluna bertanya tadi.
"Bentar ya Se, gue panggil Ara dulu," ujar Aluna berniat untuk memanggil adiknya.
"Biar gue aja kak," cegah Sean.
Aluna menoleh, menatap Sean sebelum akhirnya mengangguk dengan senyum.
"Kamar Ara di sana," tunjuk Aluna hanya dibalas anggukan kepala oleh Sean.
Meski tidak tahu pasti dimana letak kamar Alora, namun tidak begitu sulit bagi Sean menemukan kamar gadis itu. Hanya butuh waktu sebentar sebelum ia melihat pintu dengan cat putih tulang di depan nya. Rumah Alora tidak sebesar rumahnya, dan mungkin rumah Alora hanya berapa bagian dari ruangan yang ada di rumah Sean.
Sudut bibir Sean tertarik ke atas melihat pintu dengan cat putih tulang di depan nya. Terapat nama gadis yang sedang dicari kamarnya pada bagian atas pintu.
Sean mengetuk pintu kamar Alora beberapa kali, namun tidak ada sahutan, ia tetap mencoba mengetuk pintu lagi tanpa bersuara. Entah apa tujuan Sean yang jelas ketika untuk ketiga kalinya ia mencoba dan masih tidak ada respon Alora, Sean langsung membuka pintu kamar tersebut.
"Sial," umpatnya menyadari jika pintu kamar Alora tidak terkunci.
Bukan karena takut ada yang masuk ke kamar Alora, tetapi Sean merasa seperti mendapat kesempatan untuk masuk dengan pintu kamar Alora yang tidak dikunci, tanpa menunggu lama lagi Sean langsung masuk ke dalam. Matanya terpaku pada pintu kamar mandi yang terdengar gemericik air di dalamnya. Ia menelan ludahnya kasar menyadari jika Alora berada di dalam dan sedang mandi atau dalam keasaan naked.
Langkahnya secara pelan mulai mendekati pintu kamar mandi Alora. Hingga ia berdiri tepat di depan nya. Tidak melakukan apa-apa selain hanya berdiri di sana menunggu gadis itu selesai.
Ceklek
Sekitar 3 menit berlalu hingga pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan Alora yang baru saja selesai mandi dengan baju santai lengkap. Tetapi gadis itu mengenakan celana pendek sepaha juga baju tanpa lengan.
Sial, penampilan terlalu santai Alora saat ini harusnya tidak dilihat oleh Sean, lihat saja mata Sean yang kini tidak lepas menatap Alora.
Begitu juga sebaliknya, Alora terpaku dengan adanya Sean di depan nya. Di dalam kamarnya dan tepat di depan pintu kamar mandi, bayangkan saja bagaimana wajah kaget Alora saat ini. Ia langsung mendorong tubuh Sean agar menjauh.
"Keluar dari kamar gue," usir Alora.
Sean diam tidak menjawab, tangan nya justru menangkap tangan Alora yang tadi sempat mendorong tubuh tegapnya. Kepala Sean ia condongkan untuk menghirup dalam-dalam wangi stoberi dari gadis di depan nya ini, sangat mengganggu sekali bagi Sean, bahkan sampai membuat Sean ingin menerkam Alora sekarang juga.
Jika Alora menyukai bau wangi yang ada pada tubuh Sean, maka sebaliknya, Sean pun memiliki hal yang sama seperti Alora, menyukai bau yang ada pada diri Alora, terlebih ketika Alora baru saja mandi seperti sekarang, bau stroberi pada tubuh Alora tercium sangat segar dan menggirkan.
"Lepas Se," protes Alora.
Sean tersenyum tipis. Ia menatap wajah was-was Alora. Sean tahu jika Alora tidak nyaman dengan adanya dirinya di kamar gadis itu, dan mungkin juga takut ketahuan oleh kakaknya.
Seringai terlihat jelas dari wajah Sean, Alora menyipitkan matanya paham jika pasti ada maksud tertentu dibalik senyum jahat itu.
"Cium gue, baru gue keluar dari kamar lo."
Kan benar tebakan Alora. Sean pasti akan mempunyai cara untuk itu, dan tidak akan pergi begitu saja dari kamarnya tanpa menggunakan kesempatan apa-apa.
"Ra, Sean! Buruan sih."
Terdengar suara Aluna dari dalam kamar Alora yang pintunya ternyata masih dibuka oleh Sean tadi ketika masuk.
Alora mendelik ke arah Sean, bukan marah perihal pintu yang tidak ditutup, Alora justru merasa aman dengan pintu yang dibiarkan terbuka. Tetapi permintaan Sean yang salah waktu, sekarang bukan waktu yang tepat untuk main-main. Sean tidak seharusnya menggunakan kecurangan nya dalam situasi seperti sekarang.
"Nggak usah becanda Se, lo denger kan kak Luna udah manggil?"
Sean tampak menggeleng. Ia masih tetap pada pendirian nya. "Gue nggak lagi becanda, dan gue juga nggak peduli kalau kaka lo ke sini terus liat kita lagi-"
Cup
Tubuh Sean kaku seketika, ketika benda kenyal tiba-tiba menempel pada bibirnya. Apa yang dilakukan Alora terlalu tiba-tiba sampai membuatnya tidak siap. Tetapi Sean sangat menyukai keberanian Alora. Meski ia tahu apa yang dilakukan gadis itu terpaksa.
Tepat ketika Alora berniat menjauh, tangan Sean dengan sigap mencegah, menekan tengkuk leher Alora agar mereka kembali berciuman dan bahkan semakin liar. Terbukti dari Sean yang terus mengecupnya begitu lembut, penuh dengan kasih sayang.
Alora ingin menolak, ia mencoba memukul-mukul dada Sean walau tidak berati apa-apa, setengah dari tindakan nya memang ia sebenarnya sangat menikmati, Alora akui ia selalu terbuai dengan permainan Sean. Bahkan Alora tidak lagi berniat untuk berontak, membiarkan Sean melakukan dengan caranya. Cara penuh kelembutan yang mampu membuat Alora terbuai.
Tidak hanya memainkan lidah Alora. Tangan nakal Sean kini mulai mengelus bagian perut Alora. Sudah dikatakan meski Alora memakai baju lengkap tetapi bukan berati baju panjang yang bisa menutup tubuhnya dengan sempurna. Alora memakai baju rumahan yang kelewat santai bahkan bisa dikatakan minim sekali. Terlebih ada Sean di rumahnya. Itu akan menjadi masalah untuk Alora sendiri pastinya.
Terbukti dari tindakan Sean sekarang yang sudah mengusap-usap perut rata Alora dengan begitu lembut, membuat sensai berbeda yang baru Alora rasakan. Alora bahkan sampai kewalahan untuk kembali menormalkan dirinya sendiri jika saja Sean tidak menghentikan kegiatan mereka saat ini.
"Sorry," lirih Sean menatap Alora yang memasang wajah kecewa.
Entah Alora merasa kecewa karena apa, yang jelas ia seperti tidak rela jika Sean berhenti begitu saja di tengah jalan dan secara tiba-tiba.
"Sorry kalau gue udah bikin lo pengen," bisik Sean sebelum kepergian nya.
Alora melebarkan matanya. Ia merasa malu dan juga kesal dalam waktu bersamaan. Kata-kata Sean seakan menyadarkan nya.
"Anjir gue malu banget," lanjutnya lagi.
Ia melihat pantulan dirinya di depan cermin, pipinya sangat merah dan membuat Alora merasa semakin malu saja rasanya. Apa lagi mendengar kata-kata Sean tadi.
"Sean babi."
up up kk
Cuss biar bs lgsg halal biar ga nakal trs😁😁🤣🤣