Niat ingin mencari ibunya yang sudah pergi meninggalkannya sejak kecil, justru membuat Yona harus terjebak ke dalam kehidupan seorang mafia yang sangat misterius. Yang akhirnya membuat keduanya jatuh cinta. Namun hubungan mereka penuh liku dan berpengaruh besar pada proses pencarian ibu Yona.
Akankah cinta mereka berdua tetap bertahan setelah ibu Yona ditemukan? Atau harus berakhir demi Yona bisa berkumpul lagi dengan Sang Ibu?
Simak terus kelanjutan kisahnya.. jangan lupa follow akun ig author @dee_k9191
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee_K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Keadaan Yona
Pria itu masih berada di tempat yang aman tanpa diketahui oleh Jarvis. Mengambil ponsel, lalu mengirim pesan pada bosnya tentang apa yang ia lihat dan ia dengar baru saja. karena informasi apapun tentang Yona akan sangat penting bagi bosnya.
Kini Jarvis mengikuti Yona yang akan dibawa ke sebuah ruangan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dia tidak diperbolehkan masuk. Hanya diminta menunggu di luar.
Hati ayah siapa yang tidak hancur saat mengetahui kondisi putrinya yang kritis. Jarvis benar-benar menyesali perbuatan. Andai saja ia tidak menghukum Yona dengan mendiamkannya, mungkin kejadian ini tidak akan pernah ada.
“Maafkan Ayah, Yona!” gumam Jarvis seraya meremat rambutnya dengan kasar.
Jarvis hanya bisa menunggu dan mendoakan yang terbaik untuk Yona. Dia juga berharap, setelah keadaan putrinya membaik, gadis itu tidak membencinya.
Sementara itu Finn yang malam ini sudah berencana nekat datang ke rumah Yona untuk bertemu dengan kekasihnya itu, namun saat sudah sampai di rumah Yona, ia mendapatkan informasi kalau Yona dilarikan ke rumah sakit. Dan orang yang memberitahunya itu adalah bodyguard yang akhir-akhir ini diminta menjaga Yona.
Tanpa banyak kata, Finn segera pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Yona. Jujur saja ia sangat terkejut dan sangat khawatir pada kekasihnya. Entah apa yang terjadi, atau Yona mengidap sakit apa, sampai harus dilarikan ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit dan bertanya pada petugas yang jaga, akhirnya Finn sudah mendapatkan informasi di kamar mana Yona dirawat. Finn juga mendapat informasi mengenai sakit Yona.
Kini Finn berjalan menuju ruangan VVIP di mana Yona dirawat. Sedikit ragu karena ia pasti akan bertemu dengan ayah Yona. Namun Finn sudah bertekad untuk menemui kekasihnya itu.
Dan, sesampainya di depan kamar rawat Yona, Finn mengetuk pintu pelan. Setelah itu membukanya dengan hati-hati. Di dalam sana, di sebuah kursi dekat brankar Yona, tampak Jarvis sedang menatapnya tajam seolah ingin memakannya hidup-hidup. Namun Finn tetap melangkah maju, tidak menunjukkan ketakutannya sama sekali.
“Malam, Om! Maaf, bagaimana keadaan Yona?” tanya Finn dengan sopan.
Sedangkan Yona yang tampak berbaring di atas brankar itu masih memejamkan matanya rapat. Setelah dilakukan observasi lanjutan tadi, sampai saat ini Yona masih dalam pengaruh obat, dan belum bangun.
Jarvis bangkit dari duduknya. Melangkah mendekat ke arah Finn. Tatapannya masih tajam dan terlihat tidak suka dengan lelaki di hadapannya itu.
“Jangan ganggu istirahat Yona!” ujar Jarvis pelan, kemudian pria itu melangkah keluar dari ruang rawat Yona.
Finn tercengang mendengar ucapan Jarvis. Apa maksud dari ucapan pria itu dengan tidak boleh mengganggu Yona yang berarti dia diijinkan untuk melihat keadaan kekasihnya itu. namun tidak boleh mengganggu istirahatnya. Kalau pun Jarvis melarangnya, pasti pria itu sudah mengusirnya. Atau paling tidak, menariknya keluar dari ruangan ini.
Finn merasa lega kala melihat Jarvis keluar dari ruang perawatan Yona. Kini ia pun mendekati kekasihnya yang masih terbaring tidur di atas brankar.
Finn ikut sakit melihat keadaan Yona seperti itu. tampak sekali kalau tubuh Yona sekarang lebih kurus dibandingkan sebelumnya.
“Semoga kamu segera membaik, Sayang!” ucap Finn dengan lirih. Tangannya mengusap lembut lengan Yona.
Yona sama sekali tidak memberikan reaksi apapun. Pengaruh obat lah yang membuatnya tidur cukup lelap selama beberapa jam. Finn juga tidak bisa berlama-lama. Yang penting dia cukup lega karena tidak mendapat penolakan dari ayah Yona.
“Aku pulang dulu! aku janji besok akan datang lagi. semoga kamu lekas membaik,” pamit Finn lalu memberikan kecupan singkat di kening sang kekasih.
Finn keluar kamar. di sana ternyata ada Jarvis yang terlihat baru saja menghubungi seseorang, kemudian memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
“Terima kasih, Om. Sudah diberi kesempatan bertemu dengan Yona. Aku pulang dulu!” pamit Finn dengan sopan.
Jarvis tidak menanggapinya. Pria itu bergegas masuk kembali ke dalam ruangan putrinya. Finn hanya menggeleng pelan. Setidaknya pria itu sudah memberikan ijin bertemu dengan Yona. Meski ekspresi wajahnya sangat datar.
***
Di sebuah ruangan, tampak seorang pria yang sedang gelisah. Baru saja anak buahnya mengirim pesan dan memberitahu tentang keadaan gadis yang selama beberapa hari ini diintai oleh anak buahnya dari luar rumahnya.
Ada perasaan bersalah pada gadis itu. terlebih setelah ia mengatakan kebohongan mengenai ibunya. Sungguh saat itu Baron tidak ada niatan untuk menyakiti hati Yona. Ia terpaksa melakukan itu karena ia tidak ingin kehilangan istrinya. Namun setelah kepergian Yona saat itu, ia mendengar istrinya kalau sempat bermimpi bertemu dengan putri kecilnya. Danita hampir setiap hari tampak murung karena sangat merindukan putrinya yang sudah lama ia tinggalkan. Namun di satu sisi, wanita itu sangat takut akan penolakan putrinya jika suatu saat bertemu.
“Apa lebih baik aku pertemukan Danita dengan putri kandungnya?” gumam Baron yang masih gelisah.
Baron keluar dari ruang kerjanya kemudian masuk ke dalam kamarnya. Sore ini istrinya sedang bersantai di kamarnya. Seperti biasa, Danita akan menghabiskan waktunya di balkon kamar sambil menikmati keindahan taman bunga miliknya.
“Sayang, apa kamu tidak bosan berada di sini terus?” tanya Baron yang kini sudah berdiri di belakang kursi roda istrinya.
“Tidak. Asal kamu masih ada di sisiku, aku tidak akan pernah bosan,” jawab Danita tersenyum tipis menoleh pada suaminya.
Baron kini duduk di kursi depan istrinya. Menggenggam lembut tangan Danita. Berharap wanita itu tidak marah setelah pengakuannya nanti.
“Ada yang ingin aku sampaikan pada kamu,” ucap Baron dengan hati-hati.
“Tentang apa? kenapa raut wajah kamu sangat serius?” tanya Danita penasaran.
Baron menarik nafasnya dalam, kemudian menghembuskannya pelan. Setelah itu menceritakan tentang seorang gadis yang beberapa waktu lalu sempat datang ke sini dan bertujuan untuk mencari ibunya. Gadis itu mencari ibunya yang tidak lain adalah Danita. Baron juga mengatakan kalau ia mengusir Yona dan memberikan informasi palsu kalau ibunya tidak pernah menginginkannya. Raut wajah Danita berubah marah, dan menatap kecewa pada suaminya.
“Sayang, kumohon dengarkan penjelasanku dulu! aku melakukan semua itu karena aku tidak mau kehilangan kamu lagi. aku tidak mau dengan kamu bertemu dengan putrimu, kamu akan pergi meninggalkanku,” ujar Baron merasa bersalah.
Baron, pria yang terkenal sangat kejam terhadap siapa saja yang berani padanya dan berani mengusik hidupnya, ternyata kelemahan pria itu adalah istrinya. Danita sudah ia anggap seperti dunianya. Dia tidak ingin sampai kehilangan wanita itu.
“Kenapa kamu tidak bilang padaku waktu itu?” tanya Danita dengan tatapan kecewa.
“Yona memang anak yang lahir dari kesalahanku. Dari pernikahan yang sama sekali tidak aku inginkan. Tapi bukan berarti aku membenci putri kandungku sendiri. Justru aku yang takut kalau putriku membenci ibu kandungnya sendiri,” ucap Danita yang kini sudah menangis sesenggukan. Sudah lama sekali ia memendam perasaan rindu pada putrinya.
“Maaf!” hanya itu yang Baron ucapkan.
“Apa kamu masih meragukan perasaanku sampai saat ini, Jendra? Sampai-sampai kamu mempunyai pikiran buruk tentangku?” suara Danita memekik.
“Tidak, Sayang! Aku tidak meragukan cintamu. Maafkan aku! aku akan mempertemukan kamu dengan putri kamu. Besok kita terbang ke Idonesia,” ujar Baron dengan yakin.
.
.
.
*Happy Reading!!