Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Begitu tragisnya perjalanan hidup Orang tuanya. Sampai kapan pun Jeslin tidak akan pernah menerima, akhir dari kisah hidup Orang tuanya. Harus berakhir nyawanya di tangan mafia kelas kakap. Sampai kapan pun Jeslin benci kepada Dante. Perbuatan pria itu walaupun sudah menjadi suaminya, tidak akan pernah diampuni. Sampai saat ini Dante belum pernah sekali pun meminta maaf kepada Jeslin. Bahkan, sampai Orang tuanya telah tiada pun. Dante masih menuding yang tidak-tidak tentang Orang tuanya. Sehingga membuat Jeslin ingin marah. Disaat dirinya ingin marah, wanita ini tidak bisa melampiaskan rasa marahnya.
Sesampainya didalam gudang begitu besar. Serta kantor untuk menyergap para musuh saat itu. Baru satu langkah Jeslin memasuki kantor mafia, tahanan dan gudang mafia itu di hutan. Sudah membuat Jeslin semakin merinding. Sehingga dirinya hanya berlindung dibalik tubuh suaminya.
Jeslin akhirnya memberanikan diri untuk masuk. Ketika baru saja masuk pintu pertama masuk ruang tahanan mafia, Jeslin langsung dibuat merinding. Ketika ada seorang kakek tua sedang disiksa, dipaksa untuk jujur setelah melakukan kesalahan. Semua itu atas perintah Dante. Karena merasa kasihan kepada kakek tua itu. Jeslin langsung menarik tangan Dante dari belakang. Sehingga Dante memberhentikan langkah kakinya. Menoleh kearah Jeslin pada saat itu.
"Apa Jes ...?" tanya Dante menoleh kearah belakang.
"Lihat! Kakek tua yang sedang dihukum itu. Apakah kamu tidak merasa kasihan kepada kakek tua itu. Kalau kamu merasa kasihan kepada kakek tua itu. Segera lepaskan kakek tua itu," pinta Jeslin memohon kepada Dante. Wajahnya terlihat lemas dan memelas.
"Hah, semudah itu aku melepaskan musuh aku. Kamu tidak tahu kesalahan apa yang diperbuat olehnya. Kesalahannya sangat fatal dan tidak bisa dimaafkan," seru Dante. Tidak akan pernah melepaskan seorang penghianat.
"Kesalahan apa yang dilakukan olehnya, sampai kamu marah besar?" tanya Jeslin, masih merasa kasihan kepada kakek tua itu.
"Dia telah membunuh salah satu anak buah aku. Dia disuruh oleh mafia lain termasuk musuh aku. Untuk menghancurkan usaha bisnis aku. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menerima hal ini," lirih Dante saat itu, tidak bisa membenarkan perbuatan kakek tua itu.
Jeslin menatap lama Dante saat itu. Lalu berpikir sekeras apa hati Dante. Sampai menghukum orang dengan semena-mena. Perbuatan Dante tidak bisa dibenarkan benar. Jeslin merasa greget pada sikap Dante pada saat ini. Sikapnya sangat tidak terpuji dan bikin sakit hati. Pantas saja Dante pernah cerita kepada Jeslin. Setiap tahun semakin banyak musuh yang ingin menghancurkan kehidupan dia.
"Kamu tahu sangat banyak yang tidak suka dengan aku. Gak apa-apa aku terima itu semua. Tetapi, hanya satu yang aku minta! Jangan pernah berusaha untuk berbuat jahat kepada aku. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah bisa menerima perbuatan jahat. Aku akan menghukum siapa pun yang berbuat jahat, termasuk kakek tua itu," pinta Dante saat itu. Bahkan, rasa kasihan kepada siapapun saat ini, sudah tidak ada lagi didalam benak hatinya.
"Iya ...."
Setelah melewati berapa lorong yang gelap saat itu. Akhirnya mereka sampai di sebuah pintu yang terbuat dari batu bata. Dante membuka pintu itu dan didalam ruangan sangat gelap. Sehingga membuat Jeslin takut menyusuri ruangan yang gelap itu.
"Didalam ruangan ini Orang tua kamu saya makamkan," ucap Dante saat itu.
"Hah, tidak mungkin. Sekejam inikah kamu!" seru Jeslin hanya bisa menyerukan semua yang ada didalam hatinya saat itu.
"Gimana saya bilang, semua ini bermula dari Orang tua kamu. Jadi jangan pernah salahkan saya, sebenernya saya tidak ingin seperti ini," jawab Dante dengan tenang.
Dante menunjukan dengan tangannya, di dalam yang telah dipagari itu, disanalah Orang tua Jeslin berada. Sebenarnya Dante tidak tega ingin melakukan hal ini, tetapi karena rasa sakit yang membuatnya menjadi kejam seperti ini.
"Disana kuburan Orang tua kamu. Pergilah kesana! Saya tidak akan pernah mau, menginjakan kaki untuk menemani kamu disana," ucap Dante menunjukan tempat Orang tua Jeslin dimakamkan.
"Jadi kamu tunggu dimana?" tanya Jeslin dengan suara menggelegar.
"Saya akan berdiri disini saja. Jadi pergilah sana." Dante akan melihat wanita itu dari kejauhan.
"Okey, kalau begitu. Kamu tidak mau menemani saya kesana. Saya takut sendirian disana?" tanya Jeslin saat itu.
"Tidak. Saya tidak mau menemani kamu disana. Saya tetap berdiri disini saja."
"Oke. Saya pergi dulu. Tolong jaga saya karena saya takut dengan kesunyian dan tempat yang gelap," pinta Jeslin meminta Dante untuk menjaganya.
"Baiklah. Saya akan menjaga kamu dari sini. Sana pergi kamu sudah rindu dengan Orang tua kamu," cetus Dante mengangkat semua tangannya ke dada saat itu.
Jeslin merinding melewati beberapa satu meter berjalan kearah sana. Jeslin melewati sesunyian dan tempat yang gelap. Jeslin memberanikan diri untuk berjalan. Saat sudah jumpa dengan makam Orang tuanya. Jeslin merasa rapuh dan hancur sekali. Tangannya gemetaran dan mulutnya gemetaran. Sedangkan Dante menyaksikan wanita itu, ketika menangis pertama kali di makam Orang tuanya.
"Ayah dan Mama. Aku datang untuk ziarah ke makam kalian. Semoga saja ayah dan mama tenang disana. Aku akan menjadi anak yang kuat dan tegar, menghadapi hancurnya kehidupan kepada aku. Walaupun semua sedang tidak berpihak. Aku akan ikhlas menjalani kehidupan aku di tangan mafia itu. Dari pada nyawa aku menjadi taruhannya, aku akan bertahan hidup." Jeslin berbicara dengan terbata-bata di makam Orang tuanya. Jeslin menangis sejadi-jadinya, hatinya belum ikhlas dengan kepergian Orang tuanya.
Setiap malam Jeslin selalu berharap. Orang tuanya masuk kedalam mimpinya. Jeslin berharap Orang tuanya menjadi pelipur lara, ketika masuk kedalam mimpi wanita itu.
"Ayah dan Mama. Aku tidak pernah ihklas dengan kepergian kalian berdua. Selama ini aku berharap, kita menjadi keluarga cemara yang hangat. Tetapi, mafia kelas kakap itu menghancurkan segalanya kehidupan kita." Jeslin mengelus pusara Orang tuanya.
Dante menyaksikan wanita itu menangis sejadinya. Andai saja Orang tua Jeslin tidak melakukan kesalahan ini. Mungkin saja Dante bisa memaafkan Orang tuanya. Tetapi, karena Dante murka akhirnya membuat nyawa kedua orang itu melayang.
"Sebenernya aku ada rasa kasihan kepada kamu Jeslin. Tetapi, bagaimana lagi? Semua telah dilakukan oleh Orang tua kamu. Kesalahan fatal yang tidak bisa dimaafkan sampai kapan pun," gumam Dante didalam hati saat itu.
Dante mulai timbul kenyaman kepada wanita itu. Tetapi, Dante tidak ingin terjebak dalam lingkaran pernikahan dengan wanita itu. Pernikahan kontrak hanya formalitas bagi keduanya, demi Dante bisa mendapatkan anak dari wanita itu. Dante hanya ingin mengambil anak dari wanita itu.