Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Setelah hari Alvin mengajak ngobrol Dini dikantin. Alvin jadi sering main ke fakultas Dini. Alvin tahu kalau Dini sering nongkrong di kantin, entah untuk makan atau mengerjakan tugas.
"Hai" seperti hari kemarin, Alvin menyapa Dini yang sedang nongkrong di kantin.
"Hai, Vin" sapa Dini membalas.
"Hari ini dalam rangka apa lagi kesini, Vin?" Rony langsung to the point. Jika kemarin beralasan, pengen main aja atau ada keperluan di dekat sini. Sekarang Rony penasaran. Sebenarnya tanpa bertanya, orang juga tahu kalau Alvin suka sama Dini.
Alvin yang ditanya seperti itu hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Duduk, Vin" Gina menawarkan kursi pada Alvin yang sedang berdiri.
"Thanks"
"Kalian masih kuliah?" tanya Alvin basa-basi.
"Iya, hari ini masih ada 2 matkul. Sebentar lagi kan ujian jadi harus ngejar materi" ucap Dini lesu.
"Mana jam terakhir Pak Dimas lagi" Gina ikut bicara.
"Pak Dimas?" tanya Alvin.
"Kamu kenal Pak Dimas, Vin?" Rony yang bertanya dan dianggukin Alvin.
"Siapa yang ga kenal Pak Dimas. Satu kampus juga tahu Dosen muda yang ganteng, begitu kata ladies-ladies"
"Ah, mereka tahunya cuma gantengnya doang. Ga tau kalau sudah ngajar dan ngasih tugas ckckck bikin tekanan darah melonjak tinggi. Tuh, Dini sering dapat hukuman" kata Rony.
"Emang benar, Din?" Alvin bertanya.
Dengan tersenyum Dini bilang "Iya".
"Eh guys dah jam 10. Ayo masuk nanti keburu Bu Emil masuk" Kata Gina mengingatkan teman-temannya. Dini dan Rony langsung sama-sama melihat jam dan ternyata benar
"Vin, kami duluan ya. Takut telat" pamit Dini menepuk pundak Alvin.
"Oke" balas Alvin sedih.
Bayang-bayang Dini menjauh, menghilang dibalik dinding.
***
"Din, kayaknya Alvin suka sama Lo deh" ucap Rony ketika mereka bertiga berjalan menuju kelas untuk kuliah selanjutnya setelah matkul Ibu Emil.
"Sembarangan Lo kalau bicara, Ron" bantah Dini memukul lengan Rony.
"Menurutmu Gimana, Gin?"
"Kalau Gue perhatikan apa yang dibilang Rony benar seh. Setiap Lo bicara tatapan mata Alvin seperti bersinar"
"Ah, itu hanya persepsi kalian aja. Ayo, kita masuk ntar keburu Pak Dimas lagi" Dini menggandeng lengan Gina dan Rony.
"Ehem..ehem" suara bariton mengagetkan mereka bertiga. Suara yang mereka kenal.
"Eh, Pak Dimas." Rony menegur dosennya.
"Jika kalian belum selesai bicara bisa minggir, saya mau lewat. Kalian bertiga menghalangi jalan orang lain"
Dini dan kedua temannya saling pandang. Jika Dimas duluan yang masuk kelas berarti mereka bertiga terancam mendapat hukuman.
"Satu.. Dua.. Tiga" Rony memberi aba-aba. "Kami duluan, Pak" lanjut Rony. Akhirnya mereka bertiga pada lari dilorong lobi kampus. Dimas hanya memperhatikan.
"Baik, karena minggu depan kalian sudah mulai ujian dan materi tinggal 1 bab lagi jadi hari Selasa akan ada tambahan mata kuliah saya jam 1. Untuk kelas nanti diinfo. Ada yang ingin ditanyakan sebelum saya tutup?" tanya Dimas. Para mahasiswa menggeleng.
"Oke karena tidak ada yang bertanya. Saya tutup kuliah hari ini. Selamat sore" pamit Dimas dan langsung keluar dari kelas.
"Ron, Gue ikut Lo pulang ya. Gue ga bawa mobil" seru Gina.
"Siap, Bos. Lo pulang sama sapa, Din?" tanya Rony.
"Ehm, Gue dijemput" jawab Dini asal.
"Sudah datang?" Gina yang gantian bertanya.
"Kayaknya belum"
"Ron, Lo ada acara gak?"
"Gak"
"Kita tunggu Dini dulu ya. Kasihan, kampus sudah sepi kalau jam segini" ucap Gina dan dibalas Rony dengan dua jari jempol.
"Eh, ga usah. Kalian duluan aja. Gue ga papa"
"Ga papa, Gin. Rony juga ga buru-buru dan gue ga ada acara. Ntar kalau Lo kenapa-kenapa bisa berabe kami" Gina tetap memaksa.
"Aduh, Gue harus cari ide apa ya biar mereka ga nemenin" guman Dini.
"Ehmm, g usah teman-teman. Pak Willy masih lama jemputnya. Masih sama papaku. Lagian kampus masih ramai kok" alasan Dini akhirnya.
Gina melihat sekeliling, masih ada beberapa mahasiswa yang berada disekitar kampus. Jika mau ulangan, kampus bakal ramai karena ada kuliah tambahan.
"Baiklah kalau Lo ga mau ditemanin. Tapi kalo ada apa-apa info ya" ucap Gina mengalah.
"Siap, sayangku. Udah sana nanti kemalaman Rony sampai rumahnya"
"Kami tinggal ya, Din" Pamit Rony.
"Bye, sayangku" Gina melambaikan tangan sebelum benar-benar pergi dan dibalas Dini dengan lambaikan tangan juga.
the best kalian