Cinta Bunda Pengganti

Pram melangkah gontai keluar dari rumah sakit itu. Hatinya terasa perih, namun dirinya percaya bahwa Revan memang sangat mencintai Chelsea. Pram mengemudikan mobilnya menuju rumah. Rasanya saat ini, dirinya hanya ingin memejamkan mata. Dan berharap ketika terbangun, semua yang di lihatnya tadi hanya mimpi.

Pram tiba di kediamannya, dan melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Salam darinya pun tak ada yang menjawab. Namun dari arah belakang terdengar suara Cilla yang tertawa nyaring. Begitu juga Ibu nya.

Pram melihat Dania yabg sedang bermain bersama Cilla. Tampak Dania yang tertawa, begitu juga Ibunya. Sampai Ibunya melihat kedatangan Pram yang masih mematung di dekat pintu.

" Pram, kamu sudah pulang. Sini, lihat Cilla sedang bermain dengan kelinci barunya."

Fatma menjelaskan pada Putranya itu.

" Sejak kapan Cilla punya Kelinci, Mi?"

" Tadi, Dania keluar untuk membeli beberapa sayur dan kebutuhan lainnya. Mami kira Dania itu ke supermarket, ternyata Dania ke pasar tradisional. Dan begitu lihat kelinci itu, Dania membelinya untuk Cilla."

Pram hanya menatap datar ke arah Dania dan Cilla. Cilla tampak sangat menyayangi kelinci itu, tak lama pandangan mata Pram dan Dania pun bertemu. Dengan cepat, Dania memutus pandangan mereka.

" Pram ke atas dulu, Mi."

Pram pun pamit, lalu meninggalkan taman belakang. Tak lama dari kepergian Pram, Fatma memanggil menantunya. Dania pun mendekat.

" Kenapa, Mi?"

" Kamu buatin minuman ya."

" Mami haus? Biar Dania buatin ya Mi? Mami mau minum apa?"

Dania tersenyum mendapat begitu banyak pertanyaan dari menantunya ini. Lalu Fatma memegang tangan Dania, dan menatap Dania.

" Bukan untuk Mami, tapi untuk suami kamu. Mulai saat ini, kamu harus terbiasa melayani suami kamu, Sayang. Biar kalian bisa saling dekat, dan ikatan kalian semakin kuat. Hm.."

Dania menipiskan bibirnya. Rasanya sangat enggan untuk bertemu dengan makhluk astral itu. Tapi biar bagaimana pun, Ibu mertuanya itu benar. Dania bergegas ke dapur. Membuatkan Pram secangkir Teh hangat.

Dania masuk ke dalam kamar, dan tak di dapatinya Pram disana. Hanya ada suara gemericik air, yang menandakan Pram ada di dalam sana. Dania menyimpan teh itu di nakas. Lalu membuka lemari, dan menyimpan pakaian santai untuk Pram di atas ranjang.

Ceklek

Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat Dania melihat ke arah itu. Pram yang melihat kehadiran Dania pun sejenak terdiam di tempat. Pram hanya membalut bagian bawahnya dengan handuk, dan mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil lain.

" Teh dan Pakaian, sudah aku siapkan. Aku keluar."

Lalu Dania melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu. Sedangkan Pram hanya diam. Pram menyesap teh hangat buatan Dania sambil berdiri di balkon kamarnya. Setelah membalut tubuhnya dengan pakaian yang di sediakan oleh Dania.

Bayangan Revan mencium bibir Chelsea masih terus bermain di kepala nya. Membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Ada rasa tidak suka, sat Revan memperlakukan Chelsea mesra di hadapannya. Bukan, ini bukan Revan yang salah, jelas ini adalah salahnya. Kenapa masih mencintai wanita yang mencintai orang lain.

Pram masih berdiri di balkon kamarnya. Hingga tak lama Dania masuk dengan pakaian yang basah, Dania baru saja selesai memandikan Cilla. Pram menatap Dania, membuat Dania mengerutkan keningnya.

Lima belas menit berlalu, kini Dania sudah keluar dari kamar mandi, dan dengan pakaian lengkap. Dania membuka gelungan rambutnya, lalu menyisir dan mengikatnya menjadi ekor kuda. Wajahnya juga di poles oleh bedak tipis. Serta olesan lipgloss di bibirnya. Sudah tidak ada Pram disana.

Di ruangan keluarga, Dania melihat Cilla yang sedang menonton televisi di pangkuan Pram. Sesekali Pram mencium pipi putri kecilnya itu. Sedangkan Fatma masih berada di kamarnya. Dania duduk di sana. Walau sebenarnya ragu, Dania pun akhirnya membuka suara.

" Hm..Mulai besok, aku akan bekerja."

Pram melihatnya.

" Sejak kapan aku melarang mu. Lakukan apa yang kau mau."

" Aku tahu, aku hanya memberi tahu, sebagai seorang ISTRI, aku berkewajiban melakukan itu."

Dania sengaja menekan kata Istri pada Pram. Bukan karena Dania mengharap Pram mengakuinya, Dania hanya ingin, Pram tau, bahwa sebagai seorang istri, Dania masih menghormatinya.

" Mami banyak mengajarkan ku. Dan aku cuma ingin menerapkan ilmu rumah tangga yang mami ajarkan. Hanya itu."

Pram mendengus, lalu kembali menggoda Cilla yang ada di pangkuannya. Sedangkan Dania melangkahkan kakinya menuju dapur. Dirinya lebih senang membantu Mbak Ratih memasak, dari pada satu ruangan dengan lelaki kulkas itu.

Makan malam menjelang, semua orang sudah berkumpul. Sedangkan Cilla sudah lebih dulu tidur, setelah lebih awal memakan makan malamnya.

" Mi, besok, Dani akan mulai bekerja."

Dania berkata setelah Fatma menghabiskan makanannya setengah nya.

" Kamu sudah keterima di perusahaan lain, Sayang?"

Dania tersenyum. Lalu menggeleng.

" Dani akan bekerja di Cafe. Teman Dani baru saja membuka usaha itu. Dan Dani akan bekerja disana."

Fatma menatap ke arah Dania.

" Mami gak bisa melarang, tapi apa suami kamu setuju?"

Dania melirik ke arah Pram, sedangkan Fatma melihat ke arah Pram.

" Pram gak mau ngelarang, Mi. Asal Dania masih bisa menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri."

Hanya itu jawaban Pram. Dan membuat Fatma tersenyum lembut. Setelah makan malam, Dania pun membereskan meja, dan mencuci piring bekas makan mereka.

Setelah itu, Dania pun menuju kamar, Pram sudah ada disana. Tanpa berkata sedikit pun, Dania langsung merebahkan dirinya di sofa.

Dania menatap Pram yang banyak diam. Sejak pulang hingga malam ini. Dania memberanikan diri mendekati Pram.

" Apa ada masalah?"

Membuat Pram menolehkan sedikit kepalanya.

" Masalah? masalahnya hadir karena aku menikahimu."

" Apa????"

Pram membalikkan tubuhnya, mendekat ke arah Dania, pandangannya tajam. Ada seburat marah di matanya. Dania melangkah mundur saat Pram semakin mendekat ke arahnya.

" Apa kau tau, dari dulu Papi selalu saja memaksaku untuk menikahimu, namun selalu aku tolak. Sampai aku menikahi Sabina. Namun sampai ayahku ingin menutup matanya, dia tetap memintaku menikahimu. Apa kau tau, karena pernikahan ini, aku tidak bisa meraih cintaku?"

" Apa maksudmu???"

Pram mencengkram kedua pipi Dania, membuat Dania meringis kesakitan.

" Aku mencintai, Chelsea. Dan karena aku sudah menikahimu, aku tidak bisa mendekatinya lagi."

Mata Dania membulat sempurna. Selama ini, Dania mengira Pram sangat mencintai Sabina. Ternyata salah, Pram mencintai Chelsea. Rumit. Karena Pram lah yang membuatnya rumit.

" Kau bahagia sekarang? Huh???"

Pram semakin menguatkan cengkraman di pipi Dania. Membuat Dania memegang tangan Pram.

" Lepas, kau menyakiti ku."

" Itu karena kau pantas mendapatkan nya."

Ucap Pram sambil mendorong Dania. Dania jatuh. Dadanya naik turun menahan emosi.

" Kalau begitu, ceraikan aku."