Seorang kakak yang terpaksa menerima warisan istri dan juga anak yang ada dalam kandungan demi memenuhi permintaan terakhir sang Adik.
Akankah Amar Javin Asadel mampu menjalankan wasiat terakhir sang Adik dengan baik, atau justru Amar akan memperlakukan istri mendiang Adiknya dengan buruk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyelidikan
Amar membiarkan Mahira yang terus memeluknya dan membenamkan wajahnya di dadanya senyaman mungkin. Cukup lama Amar membiarkan itu untuk memastikan Mahira benar-benar tidur dengan nyenyak. Setelah itu perlahan Amar menurunkan tangan Mahira dari tubuhnya. Kemudian turun dan meninggalkan kamar dengan langkah yang sangat perlahan agar langkahnya tak membangunkan Mahira.
Langkahnya dipercepat ketika sudah meninggalkan kamar, berteriak memanggil semua pekerja dirumahnya untuk berkumpul dengan penuh kemarahan.
"Apa saja kerja kalian! kenapa sampai ada orang asing masuk ke kamar Mahira tidak ada yang tahu!?" teriak Amar memarahi mereka semua.
"Kami berjaga seperti biasanya Tuan, tidak ada satupun orang datang tanpa sepengetahuan kami." saut salah satu penjaga keamanan.
"Kau bilang tidak ada satupun orang datang tanpa sepengetahuan kalian!?"
Penjaga keamanan tertunduk ketika Amar mengulang apa yang ia ucapkan.
"Berrraninya kau mengatakan itu sementara aku menangkap basah orang itu menyelinap masuk ke kamar Mahira!"
Mendengar apa yang Amar katakan, mereka terdiam tak bisa lagi menyangkal dan mencari alasan.
"Aku akan memeriksa CCTV, jika sampai kalian terbukti tidak becus dalam bekerja, Aku akan memecat kalian semua!" tegas Amar yang kemudian pergi memeriksa CCTV.
Amar mulai memeriksa CCTV dimulai dari hari kemarin Ia pergi mengajak Mahira ke pesta pernikahan. Terpantau tidak ada yang mencurigakan sampai mereka pulang, bahkan sampai pagi ini saat Ia pergi bekerja.
"Lalu bagaimana bisa bajing4n itu masuk?" gumam Amar yang kemudian kembali mengulang dari awal, mengamati pergerakan detik demi detik sampai akhirnya Amar menemukan sesuatu.
Amar mengulang tayangannya ke belakang, mendekatkan wajahnya ke layar monitor dimana waktu menunjukkan pukul 03.43 wib seorang pria menutupi seluruh tubuhnya dengan kain hitam menyelinap masuk melalui jendela. Secepat kilat pia itu berlari kearah kamar mandi dan menghilang dari pantauan.
Amar yang mendapatkan bukti itu langsung mengalihkan pantauannya dimana CCTV merekam seluruh kejadian di luar rumah. Tapi sayangnya Amar tidak mendapatkan tambahan bukti apapun karena CCTV di luar hanya memantau kejadian dua hari lalu.
"Bagaimana ini bisa terjadi!" Amar menggebrak meja, memarahi pekerjanya yang bertugas memantau keamanan dirumahnya.
"Maaf Tuan, saya sudah menghubungi pihak perusahaan penyedia layanan CCTV dirumah ini tapi sampai sekarang mereka masih belum datang."
"Ini tidak mungkin!" tegas Amar yang merasa semua ini sudah direncanakan karena tidak mungkin semua terjadi serba kebetulan.
"Jika kalian terbukti terlibat dengan mereka, maka Aku tidak akan mengampuni kalian semua!" ancam Amar yang kemudian pergi meninggalkan ruangan CCTV.
"Aku harus menemukan pria itu, Aku tidak akan membiarkannya berkeliaran bebas sementara Mahira..."
Mengingat Mahira, Amar kembali ke kamar dan melihat Mahira yang masih tertidur pulas memeluk guling yang Ia pasang sebagai pengganti dirinya.
Menatap wajah Mahira yang tidur tanpa polesan make up, Amar tak dapat memungkiri kecantikan alami yang Mahira miliki, begitu cantik dengan kulit putih bersihnya. Maka tak heran siapapun yang memandangnya pasti akan tertarik padanya.
"Lalu kenapa aku menyia-nyiakan nya?" batin Amar menyesali apa yang sudah selama ini Ia lakukan pada Mahira.
"Hari ini aku menyelamatkannya tepat waktu, jika tidak, bagaimana tanggungjawab ku pada Amir? tidak-tidak, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi pada Mahira lagi. Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika sampai sesuatu terjadi lagi padanya." Amar terus berbicara dalam hati sambil mengusap lembut wajah Mahira.
"Kak Amar..."
Melihat Mahira tiba-tiba membuka matanya, Amar menarik tangannya dan menjadi salah tingkah.
Bersambung...