> "Dulu, namanya ditakuti di sudut-sudut pasar. Tapi siapa sangka, pria yang dikenal keras dan tak kenal ampun itu kini berdiri di barisan para santri. Semua karena satu nama — Aisyah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Jalan yang Ditempuh
Bab 29: Jalan yang Ditempuh
"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka."
(QS. At-Talaq: 2-3)
---
Kembali ke Pesantren
Setelah acara dakwah yang sukses di desa, Fahri kembali ke pesantren dengan perasaan yang penuh kedamaian. Perjalanan itu membuka pandangan baru dalam hidupnya. Di tengah kesibukannya belajar, ia mulai merasa bahwa ia harus memberi lebih banyak waktu untuk masyarakat, terutama mereka yang membutuhkan bimbingan spiritual.
Di pesantren, ia sering berbicara dengan para santri muda yang baru saja memasuki dunia dakwah. Mereka penuh semangat, dan kadang-kadang, Fahri merasa seolah ia melihat dirinya sendiri beberapa bulan yang lalu, sebelum ia benar-benar terjun ke dalam perjalanan spiritual ini. Keinginannya untuk terus berbagi dan membantu orang lain semakin kuat.
Pada suatu sore, saat Fahri sedang duduk di sebuah taman pesantren, Ustadz Amin, seorang guru senior yang sangat dihormati, menghampirinya. "Fahri," katanya, "Aku mendengar tentang pengajaranmu di desa. Kau mulai banyak menarik perhatian. Teruskan jalan ini, karena dakwah yang tulus akan memberikan banyak berkah."
Fahri tersenyum dan merendahkan diri. "Saya masih banyak kekurangan, Ustadz. Tapi saya merasa ini adalah jalan yang harus saya tempuh."
Ustadz Amin duduk di sebelahnya. "Memang, Fahri. Tidak ada yang sempurna. Semua orang yang berniat baik pasti akan mendapat ujian. Namun, ketahuilah bahwa semakin kita memberi, semakin kita akan merasa diberi oleh Allah."
Kata-kata itu membuat Fahri terdiam. Ia merasa seperti menemukan jawaban atas kebingungannya selama ini. Sesuatu dalam hatinya berbisik, memberi itu tidak hanya tentang materi, tetapi tentang memberi kebaikan, pengajaran, dan inspirasi kepada orang lain.
---
Langkah Pasti Menjemput Rezeki
Hari-hari Fahri di pesantren semakin sibuk. Selain mengajar, ia juga mulai menulis buku kecil tentang perjalanan hidupnya dan pelajaran-pelajaran yang ia peroleh selama bertobat. Buku itu berisi kisah-kisah inspiratif tentang perubahan dan pentingnya kesabaran dalam menghadapi ujian hidup. Fahri berharap, buku kecil itu bisa menjadi bekal bagi orang-orang yang sedang berjuang untuk memperbaiki diri.
Suatu hari, seorang pemuda datang kepadanya setelah salah satu pengajian. Pemuda itu bernama Taufik, seorang santri yang tampaknya penuh dengan kegelisahan. Taufik bercerita tentang masalah keluarganya yang sangat rumit. Ia merasa terjebak dalam konflik yang tak bisa ia selesaikan. "Ustadz, saya merasa Allah tidak mendengarkan doa saya," kata Taufik dengan wajah penuh kesedihan.
Fahri menatapnya dengan penuh perhatian. "Taufik, mungkin Allah memang tidak memberikan apa yang kita inginkan saat itu juga. Tetapi percayalah, Allah selalu punya cara untuk memberikan yang terbaik. Setiap ujian adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan Allah akan memberikan jalan keluar di saat yang tepat."
Taufik mengangguk, meskipun ia masih ragu. Fahri melanjutkan, "Apa yang bisa kita lakukan adalah terus berdoa, terus berusaha, dan berikhtiar. Kita tidak tahu apa yang telah Allah siapkan untuk kita, tetapi yakinlah bahwa Allah tidak akan memberi ujian di luar kemampuan kita."
Kata-kata itu menyentuh hati Taufik. "Terima kasih, Ustadz. Saya akan mencoba untuk lebih bersabar dan terus berusaha."
Fahri merasa bangga bisa membantu Taufik. Meskipun ia tidak bisa menyelesaikan masalah langsung, setidaknya ia bisa memberi harapan dan membantu orang lain melihat jalan keluar.
---
Keputusan yang Tak Terduga
Suatu hari, Fahri menerima surat dari Aisyah. Surat itu datang tanpa pemberitahuan sebelumnya, dan ia merasa gugup saat membuka amplop tersebut. Dengan hati yang berdebar, ia membaca surat itu.
"Fahri, aku tahu aku belum pernah menjelaskan kenapa aku menikah dengan orang lain. Aku ingin kamu tahu bahwa keputusan itu bukan karena aku tidak mencintaimu, tetapi karena keadaan yang tidak memungkinkan. Aku tahu kamu sekarang telah berubah, dan aku sangat bangga dengan perjalananmu. Aku berharap kamu menemukan kebahagiaan dan ketenangan yang kamu cari."
Fahri membaca surat itu beberapa kali, mencoba meresapi setiap kata yang tertulis di sana. Ada perasaan yang campur aduk, namun di dalamnya, ia bisa merasakan bahwa Aisyah telah membuat pilihan dengan alasan yang kuat.
Meskipun perasaan pahit sempat menghampirinya, Fahri tahu bahwa ia tidak bisa mengubah masa lalu. Yang bisa ia lakukan adalah terus menjalani hidupnya dengan lebih baik, seperti yang ia ajarkan kepada orang lain.
---
Menatap Masa Depan
Dengan surat di tangan, Fahri berdiri dan menatap langit senja. Ia merasa seperti menemukan kedamaian yang lebih dalam dari sebelumnya. Masa lalu memang tak bisa diubah, tetapi jalan di depan masih terbuka lebar. Ia telah memilih untuk mengubah hidupnya, dan kini, dengan tekad yang lebih kuat, ia akan terus melangkah maju.
Fahri tahu bahwa hidup ini penuh dengan ujian, namun ia juga yakin bahwa dengan keyakinan dan usaha, setiap ujian pasti akan membawa berkah. Ia tak akan pernah berhenti belajar, berdakwah, dan memberi manfaat kepada orang lain.
Dalam hatinya, Fahri memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk terus menjalani jalan yang benar. "Ya Allah, terima kasih telah memberiku kesempatan untuk berubah. Aku serahkan semua urusanku kepada-Mu. Semoga jalan yang kutempuh ini membawa berkah bagi diriku dan orang-orang di sekitarku."
Dengan tekad yang baru, Fahri siap melangkah ke depan, menatap masa depan dengan penuh harapan.
---
Langkah Fahri kini semakin pasti. Meskipun jalan yang ia tempuh tidak selalu mudah, ia tahu bahwa setiap langkah membawa pelajaran berharga. Ia siap menghadapi apa pun yang Tuhan takdirkan untuknya, dengan keyakinan bahwa Allah selalu menyertai langkahnya.