Ketika Ibu kandung Arif meninggal dunia, Arif dititipkan seorang adik sambung penyandang down syndrome. Ayah Eva sudah lama meninggal dunia. Di hari pemakaman ibunya kekasih Arif yang bernama Mawar tidak bisa ikut pemakaman dengan alasan ia ada quiz sehingga ia tidak bisa bolos kuliah. Bahkan ketika acara tahlil ibu Arif, Mawar tidak datang ke acara tahlil.
Semenjak itu Mawar menghilang tanpa jejak. Bahkan orang tua kandung Mawar tidak mau memberi tahu keberadaan Mawar. Arif merasa sedih karena kekasihnya meninggalkan dirinya begitu saja tanpa pesan apapun.
Setelah tujuh hari meninggalnya ibu Arif, saudara-saudara ayah Eva datang ke rumah untuk menemui Arif. Mereka hendak menanyakan tentang pengasuhan Eva selanjutnya. Arif mengatakan dia yang akan mengasuh Eva. Para keluarga ayah Eva tidak setuju Arif tinggal satu rumah dengan Eva karena Arif bukan muhrim Eva. Mereka ingin Eva dan Arif tinggal terpisah.
Arif bertambah bingung karena desakan keluarga ayah Eva. Ia ingat ibunya berpesan untuk tidak melepaskan Eva dan harus menjaga Eva dengan baik. Akhirnya dengan terpaksa Arif membuat keputusan.
Hai-hai jangan lupa follow akun FB Deche Sudarjono, Ig @deche62 dan Tiktok @deche_sudarjono.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. USG.
Arif dan Eva mendengar penjelasan dokter Mariska. Eva mendengarkan hanya sesuai dengan batas kemampuan Eva untuk mengerti. Arif bernapas lega mendengar penjelasan dokter. Di dalam hati Arif berjanji akan menjaga istri dan anaknya dengan baik.
“Ibu ada keluhan?” tanya dokter Mariska kepada Eva.
Eva mengatakan semua yang ia rasakan. Arif juga mengatakan ketika sarapan Eva meminum secangkir kopi kemudian dimuntahkan. Dokter Mariska memberikan pengertian kepada Eva apa yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan oleh Eva. Eva mendengarkan semua nasehat dokter Mariska.
Setelah itu dokter Mariska menyuruh Eva berbaring di atas tempat tidur untuk diperiksa dengan alat USG. Arif membantu Eva berjalan menuju ke tempat tidur. Pelan-pelan Eva naik ke atas tangga agar bisa berbaring di tempat tidur. Tempat tidur untuk periksa cukup tinggi, sehingga harus naik menggunakan tangga.
Arif memegang tu buh Eva tidak jatuh dari tangga. Setelah Eva berbaring di tempat tidur, baru Arif kembali ke tempat duduk semula. Suster menying kap pakaian Eva, Eva langsung menahan dengan tangan.
“Jangan dibuka. Nanti Eva malu!” kata Eva.
“Tidak apa-apa, Bu. Di sini tidak ada laki-laki lain selain suami ibu,” ujar suster.
Eva menoleh ke Arif yang sedang berbicara dengan dokter Mariska. “Kakak.” Eva memanggil Arif.
Arif berhenti bicara, ia menoleh ke Eva. “Ada apa?” tanya Arif.
“Suster mau buka baju Eva. Eva malu kalau baju Eva dibuka,” kata Eva dengan manja.
“Tidak apa-apa baju Eva dibuka. Kan Eva mau lihat adik bayi di perut Eva,” ujar Arif dengan sabar.
“Oh, Eva bisa lihat ade bayi?” tanya Eva dengan lugu.
“Iya,” jawab Arif.
Pandangan Eva kembali ke suster. “Suster. Kata kakak, baju Eva boleh dibuka.”
Suster tersenyum mendengar perkataan Eva. Ia harus sabar menghadapi pasien penyandang down syndrome. Suster menying kap kemeja Eva lalu membuka membuka kancing cel ana Eva.
Eva memperhatikan suster yang sedang membuka kancing dan resleting celana. “Ce lana juga dibuka?” tanya Eva.
“Iya, Bu,” jawab Suster. Eva membiarkan suster membuka resleting ce lana.
Setelah siap, dokter Mariska menghampiri Eva. Ia duduk di sebelah tempat tidur. Dokter mengolesi transducer dengan jeli lalu ditempelkan ke atas perut Eva. Eva merasa dingin ketika jeli dan transducer berada di atas perutnya. Ia merasa geli ketika transducer berjalan di atas perutnya.
“Ih .... geli.” Badan Eva bergerak-gerak menahan geli.
“Tahan dulu, ya, Bu. Kan bayinya mau dilihat dulu,” ujar dokter Mariska. Pandangannya tertuju ke arah layar monitor.
Eva menoleh ke layar monitor, ia hendak melihat bayi yang ada di dalam perutnya. Dokter Mariska memperlihatkan kantung rahim kepada Eva.
“Ini bayinya. Masih kecil sebesar kacang.” Dokter Mariskan menunjuk titik putih yang ada di dalam kantong rahim.
“Kecil sekali,” kata Eva sambil memperhatikan layar monitor.
“Ibu harus makan makanan yang bergizi agar bayinya cepat besar,” ujar dokter Mariska.
Akhirnya dokter Mariska selesai memeriksa Eva. Suster mengelap perut Eva dengan tissue. Setelah selesai Eva kembali ke tempat duduk semula.
“Kakak, ade bayinya kecil,” kata Eva.
Arif tersenyum mendengar perkataan Eva. “Nanti juga dia akan bertambah besar di perut Eva,” ujar Arif.
Dokter Mariska memberikan resep obat, kartu pasien dan foto USG kepada Arif. “Minggu depan kembali lagi ke sini. Mudah-mudahan bayinya tumbuh dengan sehat,” ujar dokter Mariska.
“Baik, Dok. Terima kasih,” ucap Arif.
“Ayo Eva, kita pulang.” Arif membantu Eva berdiri.
“Terima kasih, Dokter,” ucap Eva.
“Sama-sama, Bu. Minggu depan kita ketemu lagi,” jawab dokter Mariska.
Eva dan Arif keluar dari ruang periksa. Mereka berjalan menuju apotek. Sesampai di apotek Arif menyuruh Eva duduk di kursi. “Eva tunggu di sini. Kakak mau beli obat untuk Eva,” ujar Eva.
“Obat untuk ade bayi juga?” tanya Eva.
Arif mengusap kerudung Eva dengan penuh kasih sayang. “Untuk ade bayi juga,” jawab Arif.
“Eva tunggu di sini,” kata Eva. Ia bagaikan seorang anak kecil yang menurut kepada kakaknya.
“Sebentar, ya. Kakak tidak lama.” Arif meninggalkan Eva di ruang tunggu. Ia menghampiri seorang perempuan muda yang menggunakan seragam apotek. Perempuan itu adalah karyawan apotek.
“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” sapa karyawan apotek.
Arif memberikan resep dokter kepada karyawan apotek. “Saya mau menebus resep dokter,” ujar Arif.
“Tunggu sebentar, Pak. Saya cek dulu.” Karyawan apotek menghampiri kasir lalu memberikan resep kepada kasir.
Tidak lama kemudian kasir memanggil nama Eva. “Ibu Eva Haliza.”
Arif menghampiri kasir, kasir menyebutkan total obat yang harus dibayar oleh Arif. Arif membayar obat Eva. Setelah itu Arif diminta menunggu kembali. Arif tidak menghampiri Eva. Ia melihat-lihat isi estalase apotek. Mata Arif menangkap susu untuk ibu hamil yang berada di atas rak.
“Teh!” Arif memanggil karyawan apotek.
Karyawan apotek menghampiri Arif. “Ada apa, Pak?”
“Saya mau lihat susu untuk ibu hamil,” jawab Arif.
“Ada susu ibu hamil yang tidak bikin mual?” tanya Arif. Karyawan apotek mendengarkan perkataan Arif hingga selesai.
“Istri saya sering mual-mual. Kalau habis minum atau makan, ia muntahkan kembali,” lanjut Arif.
“Ada, Pak. Biasanya ibu hamil yang sering mual dan muntah suka minum susu itu,” jawab karyawan apotek.
“Sebentar saya ambilkan dulu.” Karyawan apotek menuju ke rak penyimpanan susu. Ia mengambil satu kotak susu untuk ibu hamil lalu diperlihatkan kepada Arif. Ia menerangkan kandungan yang terdapat di susu tersebut.
“Saya beli empat kotak,” ujar Arif setelah karyawan apotek selesai menerangkan.
“Mau rasa apa, Pak?” tanya karyawan apotek.
“Sebentar, saya panggil istri saya dulu. Biar dia memilih sendiri rasa susu.” Arif menghampiri Eva. Eva sedang asyik menonton televisi.
Arif mengusap kerudung Eva. Eva menoleh ke arah Arif. “Eva, Kakak mau beli susu untuk Eva. Eva mau rasa apa?” tanya Arif.
“Eva mau pilih sendiri,” jawab Eva.
“Ayo.” Arif membantu Eva berdiri lalu memapah Eva menuju ke estalase. Eva memperhatikan kotak susu yang berada di atas estalase.
“Ada rasa apa saja, Teh?” tanya Arif.
Karyawan apotek menyebutkan rasa susu ibu hamil satu persatu sambil melihat ke rak susu. Eva memperhatikan susu yang ia pegang dan susu yang berada di atas rak susu.
“Eva nggak mau susu ini.” Eva menaruh kembali kardus susu. Arif kaget mendengar perkataan Eva. Biasanya Eva tidak pernah menolak jika ditawari susu.
“Loh, kenapa?! Ini kan susu untuk ibu hamil,” tanya Arif.
“Eva mau susu yang itu.” Eva menunjuk ke rak tempat susu.
“Eva mau susu yang ada gambar ade bayi,” lanjut Eva.
Arif menghela napas mendengar perkataan Eva. “Eva, itu susu untuk ibu menyusui. Sedangkan Eva sedang hamil, jadi harus minum susu untuk ibu hamil.” Arif berusaha memberikan pengertian kepada Eva
.
.
Hallo pembaca. Deche minta maaf kemarin Deche ketiduran jadi lupa up.
Deche mau memperkenalkan novel karya Razi Maulidi yang berjudul Jadilah Ibu Untuk Anakku. Ceritanya seru dan bikin gregetan. Jangan lupa mampir, biar tidak penasaran dengan jalan ceritanya!