Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas.
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Velia punya pacar?
"Abel, hidup gue capek" keluh Lisya lalu berbaring di kasur Sabela
"Setan! Padahal gue yang baru balik RS malah lu yang ngeluh ngeluh capek" gerutu Sabela lalu duduk bersila di atas kasurnya
Lisya terkekeh lalu duduk "kalau capek, ngapain tiba-tiba manggil gue kesini?"
"Pengen denger kemajuan menjadi pesaing" ucap Sabela
"Gak ada kemajuan" ujar Lisya dengan lesu
"Emang apa aja yang udah lo lakuin?"
Lisya bangkit dan duduk bersila menghadap Sabela "Waktu buat nyaingin dia tuh gak ada. Tapi pernah sih pas jam olahraga kita digabungin terus gue nyetak banyak gol daripada dia pas olahraga basket tapi gak ada tuh tampang iri irinya" ucapnya
"Ya buat apa iri dari olahraga basket" ucar Sabela malas
"Ya cuma itu kegiatan yang bisa nyaingin dia tapi gue termasuk hebat loh main basket" ujar Lisya dengan bangga
Sabela menghela nafas panjang "gak bakal maju lo sih ca"
"Oke gue gak bakat nyaingin secara terang terangan jadi gue mau coba plan B"
Sabela melotot "seriusan? plan B mau lo pakai"
"Udah gue pakai malah" ujar Lisya santai
"Wajib cerita sih lo" pekik Sabela antusias
Lisya menceritakan kejadian di perpustakaan lama dan di kelas saat Revan dengan terang terangan merebut korek dari Alan karena dia tak suka asap rokok
"Tapi gue gak mau gr sih pas dia ngambil korek Alan"
"Fiks tu korek diambil emang karena dia gak mau lo gak nyaman sama mereka. Aaa demi apa dipikir pikir lu berdua emang cocok, tukar misi aja ca jadi merebut Revan dari Seira" ujar Sabela antusias
Lisya memutar bola matanya malas "Dia tuh bukan tipe gue dan pas di perpus juga gak di sengaja"
"Lo berdua sama-sama dihukum emang gak disengaja tapi dia ngendong lo itu pasti sengaja lah biar deketan sama lo" goda Sabela
"Gak juga, gue kan masih rada linglung pas ditarik jadi mungkin dia mikir gue masih takut jatuh" ujar Lisya masih membantah
"Pokoknya lu berdua cocok!"
"Sekali lagi, dia bukan tipe gue!"
"Naksir sampai bucin akut mampus lo" Sabela berdo' a dalam hati agar Lisya menjadi bucinnya Revan
Aksi do'a Sabela terhenti karena dering ponsel Lisya. Lisya mengambil ponselnya yang ia taruh di nakas dan melihat nama panggilan telepon itu
Ia tergugu sebentar lalu menatap Sabela yang penasaran
"Siapa?" ujar Sabela penasaran
"Nyokap Velia"
...****************...
"Tante cuma sendirian di rumah?"
"Iya, suami tante kerja terus Vicky nya masih di luar negeri"
"Kalau tau bokap Velia gak ada, gue paksa ikut Sabela" batin Lisya
Dengan mendadak ibu Velia menelpon dan mengajak main kerumah. Mereka baru pulang dari luar negeri jadi sekalian memberi oleh-oleh untuknya. Lisya tentu tak mengharap kan itu karena keluarga di depan nya ini sudah mendapat citra buruk di pandangan Lisya.
Tadinya Lisya dan ibu Velia mengajak Sabela tapi Sabela menolak dengan alasan gak enak badan. Aslinya mah takut ketemu ayah Velia. Lisya juga mau menolak tapi tak enak bagaimanapun Lisya dulu cukup dekat dengan mereka.
"Tante gak nyangka loh kamu pindah ke sekolah Velia. padahal dulu udah ditawarin malah gak mau" ujar ibu Velia menyeduh teh nya dengan anggun
"Tiba-tiba aja pengen, tante. walau telat karena Velianya udah gak ada, aku jadi gak ada temen deketnya disana" ujar Lisya dengan suara selembut mungkin, dia tak boleh kalah anggun dengan wanita ini
"Tapi kamu pasti punya banyak temen baru apalagi kamu cantik gini siapa sih yang nolak temenan sama kamu"
Lisya lalu tertawa pelan "Tante bisa aja, Lisya emang udah punya temen disana tapi... gak sedekat sama Velia dan Sabela" ujarnya
"Pacar udah punya belum?" goda ibu Velia tiba-tiba
Lisya hanya tertawa garing "gak punya tan"
"Gak percaya ah, disana kan banyak cowok ganteng masa gak ada yang kamu suka"
"Emang gak ada tan. mungkin belum ada yang menarik di mata Lisya" ujar Lisya lalu tersenyum manis
"Sayang banget, Velia aja punya"
Uhukk
Uhuk
Lisya terbatuk usai kalimat itu dilontarkan. Terkejut? Tentu saja karena setahu nya Velia tak pernah bilang kalau dia punya pacar
"Tante serius? Velia punya pacar?" tanya Lisya tak percaya
Ibu Velia mengangguk "loh kamu gak tau?" ujarnya bingung
Lisya menggeleng "enggak, mungkin dia malu ngasih tau Lisya"
"Heran juga ya, padahal kamu teman paling dekat sama dia. Sebenarnya sih tante tau 3 Minggu sebelum dia meninggal itu pun Vicky yang ngasih tau. Terus Tante tanya sama dia dan dia ngaku kalau dia punya pacar"
"Ayah Velia tau?"
Ibu Velia menggeleng "kamu tau sendiri bagaimana ayah Velia. Dia bakal marah besar kalau tau Velia punya pacar jadi kami usahain gak sampai ke telinga suami tante"
Lisya mengganguk, mungkin penyebab Velia tidak mau memberi tahunya karena takut bocor sampai ke ayah Velia. "Tante tau siapa pacarnya?"
"Gak tau, soalnya gak pernah Velia kenalin bahkan fotonya aja gak pernah dilihatin ke tante"
"Lisya jadi penasaran"
"Tante juga penasaran tapi tante gak mau terlalu maksain dia buat ngenalin ke tante pas itu"
"Bukan gak mau maksa tapi emang gak ada waktu untuk dengar curhatan anaknya" batin Lisya. Fyi, ibu Velia itu jarang dirumah karena selalu mengikuti suaminya kemanapun.
Mereka berdua lanjut mengobrol tentang bagaimana hari-hari Lisya di sekolah, orang tua Lisya, bahkan Lisya juga mengungkap kenangannya bersama Velia. Dan dapat Lisya lihat raut sedih dari wanita paruh baya ini.
Salah sendiri tak pernah meluangkan waktu untuk anak bungsunya itu.
"Lisya pulang dulu ya tan" pamit Lisya lalu menyalimi wanita itu
" Iya hati-hati, yakin gak perlu diantar sopir" tawar ibu Velia
"Gak usah tante, aku naik ojol aja udah terpesan juga" tolak Lisya dengan halus
"Panas loh"
"Gak papa tan"
Lisya menunggu ojeknya di depan gerbang mansion Wana. Ia melamun memikirkan pacar Velia yang tak pernah ia ketahui.
Apa mungkin Vicky mengetahui nya?. Tiba-tiba terlintas di otak Lisya untuk menanyakannya pada Vicky. Ia mengeluarkan ponselnya dan menelpon nomor dengan nama 'kak Vicky'
"Halo ca?"
"Halo kak, kakak kapan pulang?"
Vicky terkekeh di seberang sana "kenapa? Kangen sama gue"
"Lebih tepatnya ada hal yang mau gue tanyain"
"Terkait Velia?"
"Iya, tentang cowok Velia"
"Oh udah tau. Tunggu gue pulang, 5 hari lagi kalau cepet, semuanya tergantung kerjaan gue. Jadi jangan terlalu ditungguin"
"Yah lama banget"
"Sabar aja dek"
"Iya deh kak lanjut kerja aja sana, bye"
"Bye, my sister"
Tut
Lisya menghela nafas panjang. Lagi-lagi harus bersabar
...****************...
mau pilih Lisya Jewar atau Lisya Revan